Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi output industri logam dasar di Indonesia
Abstract
Industri logam dasar yang terdiri dari industri logam dasar besi dan baja, industri logam dasar bukan besi dan baja, serta industri pengecoran logam, merupakan industri hulu bagi banyaknya industri lainnya, seperti industri otomotif, industri manufaktur, industri transportasi, industri properti, infrastruktur hingga peralatan rumah tangga yang sederhana. Industri ini telah memberikan kontribusi yang cukup besar dalam menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Kondisi produksi industri logam dasar mengalami peningkatan selama periode penelitian yaitu tahun 1983-2008. Hal ini dikarenakan berkembangnya proses pembangunan infrastruktur di Indonesia, sehingga meningkatkan kebutuhan konsumsi logam dasar. Peningkatan produksi ini mengindikasikan besarnya kontribusi industri logam dasar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia melalui penciptaan nilai tambahnya yang semakin meningkat. Sehingga, industri logam dasar memegang peranan yang strategis untuk mendorong terjadinya industrialisasi di Indonesia.
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis pengaruh perubahan input terhadap output pada industri logam dasar di Indonesia, (2) menganalisis elastisitas dari masing-masing input dan skala hasil usaha industri logam dasar di Indonesia, (3) menganalisis nilai tambah dan efisiensi industri logam dasar di Indonesia, dan (4) menganalisis pengaruh krisis moneter tahun 1997/98 terhadap output pada industri logam dasar di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder deret waktu periode tahun 1983-2008 dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif dengan metode Ordinary Least Square. Model yang digunakan adalah model fungsi produksi Cobb-Douglas dan menggunakan alat bantu piranti lunak Microsoft Office Excel 2003 dan E-Views 6.1. Industri logam dasar yang dianalisis dalam penelitian ini berdasarkan kode International Standard Industrial Classification of All Activities (ISIC) nomor 27.
Hasil estimasi diperoleh pada taraf nyata sepuluh persen. Output industri logam dasar di Indonesia dipengaruhi secara nyata oleh variabel bahan baku, bahan bakar dan energi, tenaga kerja, dummy krisis moneter, sementara variabel biaya sewa modal tidak berpengaruh nyata. Skala hasil usaha industri logam dasar berada pada kondisi Increasing Return to Scale (IRTS) dengan Nilai Tambah Bruto (NTB) yang meningkat selama periode penelitian. Tingkat efisiensi produksi industri logam dasar tertinggi terjadi pada tahun 1987. Peningkatan output industri logam dasar selanjutnya dapat ditingkatkan melalui sinergi yang kuat antara pemerintah, pelaku usaha, dan produsen dalam meningkatkan arus investasi melalui pembentukan klaster industri logam dasar serta penambahan penggunaan jumlah tenaga kerja karena nilai elastisitas tenaga kerja dalam penelitian ini merupakan nilai elastisitas yang paling tinggi.
ANALISIS