Analisis sektor unggulan dan daya saing sektor-sektor perekonomian Kabupaten Ponorogo sebelum dan pada masa otonomi daerah
Abstract
Penerapan otonomi daerah di Indonesia telah membawa perubahan
paradigma pembangunan kebijakan yang lebih bersifat kemitraan dan
desentralistik. Seiring dengan diberlakukannya kebijakan tersebut oleh pemerintah
pusat, maka setiap daerah termasuk Kabupaten Ponorogo diharuskan untuk
mengatur dan menentukan arah pembangunan daerahnya sendiri. Dengan
kewenangan tersebut diharapkan setiap daerah mampu meningkatkan daya saing
daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan,
keistimewaan dan kekhususan daerah sehingga terjadi pertumbuhan ekonomi.
Potensi fisik, sosial, dan ekonomi yang terdapat di suatu wilayah
merupakan modal dasar suatu wilayah dalam melaksanakan pembangunan di
wilayahnya. Pembangunan suatu wilayah selalu didasarkan pada optimalisasi
pemanfaatan sumber daya yang ada di wilayah bersangkutan. Kondisi wilayah di
Kabupaten Ponorogo sangat mendukung untuk pembangunan sektor pertanian.
Hal ini ditunjukkan dengan luas panen dan tingkat produksi pertanian yang
meningkat pada tahun 2007 seluas 63.580 Ha, meningkat dari tahun 2006 seluas
57.070 Ha. Produksi padi juga turut meningkat dari 3.262.480 kwintal pada tahun
2007 dan meningkat menjadi 3.978.000 kwintal pada tahun 2007. Namun, disisi
lain kontribusi sektor pertanian terhadap pembentukan PDRB Kabupaten
Ponorogo semakin menurun. Penurunan kontribusi sektor pertanian mulai terjadi
pada tahun 1999, pada tahun tersebut kontribusi sektor ini sebesar 31,81 persen
dan terus menurun hingga 28,50 persen. Dengan kondisi tersebut maka diperlukan
penelitian yang dapat menentukan sektor yang dapat menggerakan perekonomian
dan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Ponorogo.
Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mempelajari
laju pertumbuhan dan kontribusi sektor-sektor perekonomian Kabupaten
Ponorogo, (2) menganalisis daya saing sektor-sektor perekonomian Kabupaten
Ponorogo, (3) mengidentifikasi sektor unggulan di Kabupaten Ponorogo, sebelum
dan pada masa otonomi daerah, sehingga dapat diketahui sektor-sektor yang
termasuk dalam kelompok pertumbuhan progressive (maju) atau kelompok
pertumbuhan lambat.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini analisis deskriptif dan
analisis Shift Share. Analisis deskriptif digunakan untuk mempelajari laju
pertumbuhan dan kontribusi sektor-sektor perekonomian Kabupaten Ponorogo,
sedangkan analisis Shift Share digunakan untuk menganalisis komponen
pertumbuhan wilayah. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa nilai
PDRB Kabupaten Ponorogo dan Provinsi Jawa Timur tahun 1993-2007
berdasarkan harga konstan 2000. Dalam penelitian ini digunakan empat periode
3
waktu, yaitu tahun 1993-1996 periode sebelum otonomi daerah yang
menggambarkan kondisi perekonomian stabil, tahun 1997-2000 yang
menggambarkan kondisi krisis ekonomi, tahun 2001-2004 periode pada masa
otonomi daerah pasca UU No. 22 dan 25 tahun 1999, dan tahun 2005-2007
periode pada masa otonomi daerah UU No. 32 dan 33 tahun 2004.
Hasil analisis menunjukkan bahwa secara umum otonomi daerah tidak
banyak membawa perubahan, baik dilihat dari kontribusi ekonomi sektoral, daya
saing sektoral dan sektor unggulan dalam perekonomian Kabupaten Ponorogo.
Pada masa krisis ekonomi laju pertumbuhan ekonomi rata-rata Kabupaten
Ponorogo memiliki pertumbuhan yang negatif, sedangkan pada masa otonomi
daerah pertumbuhan semakin membaik meskipun pertumbuhannya tidak seperti
masa sebelum otonomi daerah sebesar 6,72 persen. Secara keseluruhan kontribusi
sektor pertanian adalah paling besar dibandingkan dengan sektor yang lainnya,
sedangkan kontribusi terkecil adalah sektor listrik, gas, dan air bersih. Pada masa
sebelum otonomi tahun 1993-1996, sektor pertambangan dan penggalian
merupakan sektor yang mempunyai daya saing paling baik dan pada tahun 1997-
2000 adalah sektor listrik, gas, dan air bersih. Selama kurun waktu tahun 1997-
2000, sektor bangunan atau kontruksi merupakan sektor yang memiliki daya saing
paling baik. Pada masa otonomi daerah tahun 2001-2007, sektor yang berdaya
saing terbaik adalah sektor listrik, gas, dan air bersih bila dibandingkan dengan
sektor yang sama dari kabupaten lain.
Berdasarkan hasil analisis, selama kurun waktu tahun 1993-1996, sektor
listrik, gas, dan air bersih, sektor bangunan serta sektor pengangkutan dan
komunikasi termasuk sektor unggulan, sedangkan saat krisis ekonomi (1997-
2000) yang menjadi sektor unggulan adalah sektor listrik, gas, dan air bersih,
sektor pengangkutan dan komunikasi, serta sektor jasa-jasa. Pada masa otonomi
daerah (2001-2004), sektor sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor industri
pengolahan serta sektor pengangkutan dan komunikasi termasuk sektor unggulan,
saat otonomi daerah II (2005-2007), sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor
industri pengolahan, serta sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor
yang paling progressive sehingga ketiga sektor ini termasuk sektor ungggulan.
Karena hal di atas, maka pemerintah daerah Kabupaten Ponorogo diharapkan
untuk terus mendorong perkembangan setiap sektor, terutama sektor-sektor yang
memiliki pertumbuhan yang progressive tersebut serta tidak luput untuk
memperhatikan sektor pertanian disebabkan sektor ini merupakan sektor padat
karya. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan sarana dan prasarana
pendukung seperti jalur transportasi, jaringan komunikasi, sarana irigasi,
pengunanan teknologi, pengadaan instalasi air bersih, serta menciptakan iklim
investasi yang baik bagi investor. Sehingga visi Kabupaten Ponorogo Mukti
Wibowo akan tercapai.