Produksi dan pendapatan petani di areal percontohan usaha pelestarian sumberdaya alam (UPSA), areal dampak, dan areal non proyek
Studi perbandingan di wilayah proyek non proyek rehabilitas lahan dan pengembangan agroforestry di sub centre Semarang, Desa Paawas Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut, Jawa Barat
Abstract
Secara umum petani lahan kering yang terkonsentrasi di bagian hulu DAS dapat secara cepat
menurunkan kualitas lahan yang selanjutnya menyebabkan terjadinya lahan kritis. Sampai dengan
akhir Felita III dan memasuki Felita IV upaya pemulihan kerusakan lahan kritis pada DAS di
Indonesia lebih dititikberatkan pada sasaran yang bersifat teknis. Pada Felita V terjadi perubahan
kebijaksanaan dimana subyek sasaran beralih pada kesejahteraan manusia.
Pada DAS Cimanuk hulu telah berjalan proyek Rehabilitasi Lahan dan Pengembangan Agroforestry (RLPA) dengan bantuan dana dari ADB pada periode 1986-1987 hingga 1990-1991, dengan program UPSA yang mencakup 2500 hektar lahan pada tiga sub centre dan satu centre. Proyek ini bertujuan untuk memperbaiki lahan kritis, mengendalikan erosi dan meningkatkan pendapatan pertanian. Pada program UPSA ini diterapkan 12 komponen inovasi teknologi berupa (1) pembuatan teras, (2) pembuatan SPA, (3) pembuatan pengaman jurang, (4) penanaman tanaman semusim, (5) penanaman tanaman rumput, (6) penanaman tanaman tahunan, (7) pemeliharaan teras, (8) pemeliharaan SPA, (9) pemeliharaan pengaman jurang, (10) pemeliharaan tanaman semusim, (11) pemeliharaan tanaman tahunan, dan (12) pemeliharaan tanaman rumput.