Dinamika kelompok Jasa Transportasi Ojek Kampus IPB Darmaga Bogor: Studi kasus Kelompok Pangkalan Ojek Depan Kampus IPB Darmaga, Bogor
Abstract
Daya tampung sektor industri sangat terbatas, sehingga tidak semua tenaga
kerja dapat tertampung di sektor industri. Pada kondisi tersebut sektor infonnal
menjadi altematif pilihan bagi para pencari kerja. Salah satu jenis sektor infonnal
yang dapat dimasuki oleh para pencari kerja adalah bidang usaha pelayanan jasa
transportasi kendaraan roda dua (ojek). Kemudahan-kemudahan akan pemberian
kredit sepeda motor oleh para perusahaan pembiayaan memberi peluang kepada
para konswnen sepeda motor termasuk tukang ojek untuk dapat memiliki sepeda
motor.
Dilihat dari sudut pandang suatu kelompok, kelompok jasa transportasi
ojek terbentuk dari beberapa orang individu yang saling berinteraksi melalui pola
dan struktur tertentu dan dalam waktu yang cukup panjang, serta rnemiliki
kepentingan bersama yang identik yaitu memberikan pelayanan yang efektif
terhadap penumpang. Dalam hal ini faktor-faktor dinamika kelompok akan
mempengaruhi aktifitas individu dan kelompok tersebut untuk mewujudkan
tujuannya.
Penelitian bertujuan untuk melihat bagaimana kelompok jasa transportasi
ojek mewujudkan tujuan kelompok melalui faktor-faktor dalam dinamika
kelompok. Analisis kelompok didasarkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi
dinamika kelompok, dengan menggunakan pendekatan psikologis yang terdiri dari
sembilan faktor yaitu: (1) tujuan kelompok (group goals); (2) Struktur kelompok
(group stnicture ); (3) Fungsi tugas (task function); ( 4) Pengembangan dan
pemeliharaan kelompok (group building and maintenance); (5) Kekompakan
kelompok (group cohesiveness); (6) Suasana kelompok (group atmosphere); (7)
Tekanan Kelompok (group pressure); (8) Keberhasilan kelompok; dan (9)
Maksud-maksud tersembunyi (hidden agendas).
Penelitian dilakukan di pangkalan ojek linghmgan Kampus IPB Dannaga
Bogor tepatnya di pintu masuk depan kampus (dekat BNI Darmaga).
Pengumpulan data dilakukan selama kurang lebih dua bulan dari bulan Agustus
sarnpai dengan bulan September 2003 dengan menggunakan pendekatan kualitatif
dan strategi studi kasus melalui penerapan berbagai metode triangulasi (kombinasi
sumber data), yang mencakup data sekunder maupun data primer. Data sekunder
diperoleh dari analisis arsip/dokumentasi/profil dan mempelajari literatur yang
terkait dengan penelitin. Data primer dikumpulkan dengan menggunakan metode
pengamatan (observation) dan wawancara mendalam (in-depth interviewing).
Pengolahan data dilakukan dengan cara kualitatif dengan mendeskripsikan serta
menginterpretasikan data yang ada untuk menggambarkan fenomena yang terjadi
di lapangan dan dianalisis melalui tiga jalur, yaitu : reduksi data , penyajian data,
penarikan kesimpulan serta verifikasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok ojek kampus yang
menjadi kasus dalarn penelitian ini, pada awalnya terbentuk dengan sendirinya
tanpa adanya inisitif dari individu anggota dan setelal1 mengalami mulai
perkembangan mun cul inisiatif anggota untuk mengem bangkan keberadaan
kelompok melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat produktif. Munculnya
kelompok dilatar belakangi karena adanya kesamaan dalam beraktifitas yaitu
sebagai tukang ojek dan karena adanya kedekatan, yaitu sama-sama warga desa
sekitar kampus yang mangkal di pintu masuk kampus, serta adanya kesamaan
tujuan yaitu mencari nafkah melalui pelayanan terhadap penumpang.
Melalui struktur kelompok, hubungan semua anggota kelompok termasuk
pengurus terjalin secara harmonis. Dalam kelompok juga nampak adanya
keterbukaan dalam inenerima masukan dari semua anggota. Keterbukaan
kelompok dalam menerima masukan dari semua anggota kelompok memberikan
kepuasan anggota terhadap keberadaan kelompok.
Arus infonnasi dalam kelompok terjadi dengan lancar, dimana setiap
anggota saling memberi informasi tentang hal-hal yang perlu dilakukan sebagai
bagian dari kelompok. Dalam kelompok terdapat fungsi inisiatif untuk
mewujudkan tujuan dan memajukan kelompok. Selain itu juga nampak adanya
fimgsi koordinasi.
Dalam upaya pengernbangan kelompok nampak bahwa selain dari aktifitas
rutin yang dilakukan kelompok yaitu melayani penumpang, juga terdapat
kegiatan-kegiatan Iain seperti penghirnpunan dana kesejahteraan yang
kesemuanya dapat mempengaruhi anggota kelompok untuk dapat berpartisipasi
dan ditujukan untuk semakin rnemperkuat kebersamaan diantara anggota
kelompok. Selain itu, nampak adanya aturan yang menjadi kontrol sosial bagi
anggota kelornpok dalarn menjalankan aktifitasnya sebagai bagian dari kelompok.
Kontrol sosial tersebut bernpa aturan main yang harus dilakukan setiap anggota
kelompok. Selain itu juga nampak adanya fasilitas yang dapat mendukung
keberadaan kelompok seperti lokasi (pos pangkalan) tempat kelompok berkumpul
dan beraktifitas dan tersedianya penjual kredit suku cadang kendaraan roda dua
dan warung makan yang selalu siap melayani mereka di lokasi pangkalan.
Dalam rangka kekompakan kelompok nampak bahwa dalam kelompok ojek
yang menjadi kasus dalam penelitian ini menunjukkan adanya kekompakan. Hal ini
dapat dilihat dari adanya keterikatan yang k'llat diantara anggota kelompok untuk
mewujudkan kebersamaan. Adanya kesamaan asal anggota yaitu dari warga desa di
sekitar lingkungan kampus, semakin memperkuat rasa kekompakan diantara
mereka. Semua anggota kelompok memberi penilaian yang positif terhadap tujuan
kelompok. Mereka menilai bahwa tujuan dari kelompok membawa manfaat bagi
semua anggota kelompok.
Sehubungan dengan suasana kelompok nampak gambaran suasana dari
kelompok yang mempengaruhi sikap dan perasaan anggota terhadap keberadaan
kelompok yaitu bahwa hubungan antar anggota kelompok nampak hormonis
(rukun) karena masing-masing anggota selalu menjaga kebersamaan. Mereka
nampak akrap dalam kehidupan keseharian dipangkalan. Suasana lingkungan
disekitar kelompok juga mempengarnhi keberadaan kelompok untuk
melaksanakan aktifitasnya. Adanya ketegangan dari luar yang ditujukan untuk
kelompok menimbulkan rasa solidaritas yang tinggi diantara anggota kelompok
Adanya tekanan pada kelompok menjadi stimuli bagi kelompok untuk
tidak bersikap statis. Adanya tekanan kelompok tersebut menjadi pendorong bagi
kelompok untuk berbuat sesuatu demi tercapainya tujuan kelompok. Tekanan
berasal dari dari dalam maupun luar kelompok. Tekanan dari dalam kelompok
seperti adanya aturan yang mengatur aktifitas anggota sebagai bagian dari
kelompok. Tekanan dari Iuar seperti adanya isu pengadaan angkot oleh pihak IPB
yang bekerjasama dengan Kopma. Dalam menghadapi tekanan dari luar upaya
yang dilakukan adalah dengan semakin memperkuat kebersamaan diantara
mereka.
Keberhasilan kelompok nampak dari keberhasilan dalam mewujudkan tiga
unsur keefektifitas kelompok yaitu produktifitas, moral dan kepuasan anggota
serta memberikan kepuasan bagi seluruh anggota rnelalui perwujudan tujuan
kelompok.
Maksud (tujuan) tersembunyi baik yang berasal dari individu anggota
maupun dari kelompok menunjukkan cenderung sejalan dan saling mendukung
dengan maksud utama (tujuan terbuka). Hal ini disebabkan karena antara tujuan
tersembunyi dan tujuan terbuka tidak ada maksud yang bertentangan. Kondisi ini
menjadikan kedinamisan kelompok untuk mewujudkan tujuannya.
Antara tujuan individu anggota dengan tujuan kelompok terdapat
keidentikan. Hal ini juga nampak dari kepuasan anggota terhadap keberadaan
kelompok karena tujuan individunya tercapai melalui tercapainya tujuan
kelompok.
Penulis menyarankan kepada: (1) para pemerhati pekerja informal, agar
dalam mernbantu menertibkan keberadaan para pekerja infonnal, selain bertujuan
agar lingkungan menjadi tertib dan teratur juga perlu dipertimbangkan kebutuhan
para pekerja informal tersebut dalam mencari nafkah; (2) para peneliti lain, perlu
melakukan penelitian pada kasus yang memiliki latar belakang berbeda; (3) pihak
IPB, perlu sosialisasi rutin untuk mengingatkan kepada para tukang ojek agar
selalu meningkatkan pelayanan, seperti batas kecepatan, penggunaan helm,
asuransi (bila perlu) dan penetapan tarif sesuai kesepakatan; ( 4) pemerintah, agar
membuat UU yang mengakui angkutan ojek sebagai angkutan umum yang resmi,
sehingga penyedia jasa ojek maupun penggunanya mendapatkan kepastian hukum
terhadap aktifitas yang mereka lakukan; dan (5) para tukang ojek pada mrnunnya
dan khususnya yang beroperasi di dalam lingkungan kampus IPB Darmaga, yang
belum menyatukan dirinya dalam kelompok, sebaiknya dapat mengelompokkan
diri, agar pelayanan terhadap pengguna dapat Iebih baik.