Minimisasi Biaya Pengadaan Beras Pada Strategic Business Unit (SBU)Perberasan, PT Pertani (persero); Studi Kasus Pada Unit Penggilinan Padi Haurgeulis, Indramayu
Abstract
Beras merupakan komoditi yang sangat pentittg di Indonesia, karena
sebagian besar penduduk Indonesia mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok
sehari-hari. Bagi masyarak Indonesia beras bukan saja merupakan bahan pangan
pokok, tetapi sudah merupakan komoditi sosial sehingga suplai beras harus tetap
terjamin karena jika tidak maka akan menyebabkan keresahan, sosial. PT Pertani
adalah salah satu perusahan BUMN yang bergerak di sektor pertanian dengan
salah satu unit usahanya atau yang disebut dengan strategic business unit (SBU)
berfokus pada bidang perberasan. Unit Penggilingan Padi (UPP) Haurgeulis
adalah salah satu UPP SBU Perberasan yang berada di wilayah Jawa Barat yang
memiliki masalah biaya,perigadaan beras yang tinggi
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi kombinasi
pengadaan beras yang selaina ini dijalankan di UPP Haurgeulis. Mencari
kombinasi kuantitas pengadaan beras yang dapat mengefisienkan biaya pengadaan
beras pada UPP Haurgeulis serta membandingkan kondisi kombinasi kuantitac;
pengadaan beras yang selama ini dijalankan (aktual) oleh UPP Haurgeulis dengan
kondisi kombinasi optimalnya. Penelitian dilakukan pada Unit Penggilingan Padi
(UPP) Haurgeulis salah satu unit penggilingan padi SBU Perberasan PT Pertani
(persero) yang berada di wilayah Indramayu, Jawa Barat. Penelitian menggunakan
data primer dan sekunder dan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan
Agustus 2004. Pencarian solusi biaya minimal pengadaan beras menggunakan alat
analisis metode kuantitatif linear programming. Proses minimisasi biaya
pengadaan dihadapkan pada beberapa kendala antara lain kendala keterbatasan
pasokan gabah maksimal dari petani, kendala proporsi hasil pengolahan, kendala
target penjualan maksimal dan minimal yang telah ditetapkan, kendala kapasitas
rnesin penggilingan dan kendala break even point kuantitas serta kendala biaya
dan keuntungan minimum. Koefisien fungsi tujuan dalam penelitian ibi adala
biaya pengadaan per unit setiap jenis beras, nilai fungsi tujuannya adalah total
biaya pengadaan seluruh jenis beras per bulan sedangkan variabel keputusannya
adalah kuantitas pengadaan per bulan dari setiap jenis beras dan katul yang
dihasilkan.
UPP Haurgeulis menghasilkan eliam produk berbahan baku beras
dimana salah satunya adalah produk sampingan. Produk yang berupa beras adalah
beras super (Xi ). beras kepala (X2). beras medium (X3), beras medium BJ (X4),
beras broken (X5), dan produk sampingannya adalah katul (X6). Perumusan fungsi
tujuan dan kendala diproses menggunakan software AB:QM untuk mempermudah
perhitungan solusi biaya pengadaan minimum. Hasil minimisasi menunjukkan
bahwa kendala yang ikut menentukan kombinasi kuantitas pengadaan optimal
(kendala aktif) berjumlah enam kendala. Kendala-kendala aktif tersebut adalah
kendala proporsi hasil samping katul minimum (C4), kendala permintaan
minimum untuk beras super dan beras kepala (C 10), kendala BEP beras super
(C 13), kendala BEP beras medium (C15) dan beras medium BJ (C16) serta kendala
keuntungan minimal (C1 9).ecara efisien dan efektif.
Kombinasi kuantitas pengadaan tiap jenis beras perbulan (aktual) yang
dil akukan oleh UPP Haurgeulis adalah; beras super sebanyak 23 953.30 kg per
bulan, beras kepala sebesar 142 403.00 kg per bulan, beras medium sebesar 42
292.30 kg per bulan, beras medium BJ diproduksi sebesar 13 666.10 kg per dan
beras broken sebesar 22 293.30 kg per, bulan sedangkan katul yang dihasilkan
sebagai hasil samping dari kombinasi kuantitas pengadaan aktual adalah sebanyak
8 839.67 kg per bulan. Kegiatan pengadaaan beras aktual tersebut menghasilkan
biaya total pengadaan beras sebesar Rp 725 3 71 999 .5 per bulan.
Analisis dengan menggunakan linear programming dalam penelitian ini
menghasilkan kombinasi kuantitas pengadaan dari kelima jenis produk beras dan
katul adalah sebagai berikut: beras super diproduksi sebanyak 22 776.94 kg per
bulan, beras kepala sebanyak 144 223.06 kg per bulan, beras medium sebesar 40
063.46 kg per bulan beras medium BJ sebanyak 12 945.88 kg per bulan dan beras
broken sebesar 26 404.05 kg per bulan. Kuantitas katul yang dihasilkan sebagai
k0ri sekuensi dari kombinasi kuantitas pengadaan tersebut adalah 7. 470.96 kg per
bulan. Apabila UPP Haurgeulis melakukan ktiantitas pengadaan masing-masing
jenis beras seperti kombinasi hasil solusi optimal tersebut maka akan
menehasilkan biaya total pengadaan beras sebesar Rp. 725 028 530.80 per bulan.
Kombinasi kuantitas pengadaan aktual ini berbeda dengan hasil solusi
minimisasi. Untuk menghasilkan kombinasi kuantitas pengadaan sama dengan
kombinasi kuantitas optimal maka kuantitas pengadaan aktual beras super harus
aktual diturunkan sebesar 4.91 persen, kuantitas pengadaan beras kepala hams
ditingkatkan sebesar 1.28 persen, beras medium diturunkan sebesar 5.27 persen,
sedangkan beras medium dikurangi sebesar 5.27 persen. Beras broken yang
dihasilkan dalam kondisi aktual harus dinaikkan pen gadaannya sebesar 18.44
persen agar sama dengan kuantitas pengadaan optimal. Katul yang dihasilkan
sebagai hasil samping dari kombinasi kuantitas pengadaan aktual harus diturunkan
sebesar 15.48 persen. Kegiatan pengadaan beras model optimal mampu
me mberikan biaya pengadaan yang lebih efisien sebesar Rp. 343 458. 74 per bulan
dari biaya pengadaan beras aktual. Dari sisi keuntungan, kombinasi kuantitas
pengadaan optimal memberikan laba sebesar Rp. 26 720 326.55 sedangkan
keuntungan yang didapatkan oleh kombinasi aktual adalah sebesar Rp. 26 116
357.81 sehingga kombinasi kuantitas pengadaan optimal memberikan tambahan
keuntungan sebesar Rp. 603 968.74 per bulan.
Dari hasil pengolahan analisis post optimal didapatkan bahwa Skenario 1
dilakukan penurunan pada jumlah permintaan minimum beras super dan kepala
sebesar IO 000 kg per bulan. Skenario 2 dilakukan pada penurunan BEP beras
medium menjadi 28 000 kg per bu Ian. Dari kondisi perubahan tcrsebut didapatkan
bahwa skenario 1 mengbasilkan biaya total pengadaan sebesar Rp. 710 61 O
504.200 per bulan dan skenario 2 sebesar Rp. 697 473 609.45 per bulan.