Analisis efektivitas program beras untuk keluarga miskin: studi kasus di Desa Cabanteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
View/ Open
Date
2005Author
Anggen, Aglery Krisiliane
Hakim, Dedi Budiman
Metadata
Show full item recordAbstract
Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997/1998 menimbulkan dampak
peningkatan jumlah penduduk miskin di Indonesia. Pada akhir tahun 1998, jumlah
penduduk miskin mencapai 49,5 juta jiwa dimana 31,9 juta diantaranya terdapat di
pedesaan dan selebihnya sebesar 17,6 juta jiwa terdapat di perkotaan. Peningkatan
tersebut mendorong pemerintah untuk melaksanakan program OPK (Operasi
Pasar Khusus) dan pada tahun 2002 berubah nama menjadi program RASKIN
(Beras Untuk Keluarga Miskin). Sasaran dari kedua program tersebut adalah
Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1.
Pada pelaksanaan program RASKIN secara nasional terdapat hal-hal yang
dapat dimasukkan dalam lingkup kesalahan maupun penyelewengan. Hal-hat
tersebut adalah kualitas beras yang tidak sesuai dengan yang dijanjikan oleh
pemerintah, RASKIN tidak dibagikan kepada keluarga miskin melainkan
kelompok masyarakat lain yang tidak termasuk ke dalam kategori penerima
RASKIN, terdapatnya biaya tambahan, RASKIN yang dibagikan bukan dalam
bentuk ukuran per kilogram tetapi per liter sehingga beras yang diterima
jumlahnya kurang. Permasalahan yang terjadi secara nasional tersebut terjadi juga
di Desa Ci banteng, Kecamatan Ciampea, Ka bu paten Bogar. Permasalahan yang
terjadi adalah pihak desa mengambil beras I bulan sekali tetapi terdapat kebijakan
lokal yang membagi daerah penerima menjadi 2 wilayah sehingga penerima
manfaat menerima 2 bulan sekali, terdapatnya sistem bagi rata, harga lebih dari
Rp 1.000,00 dan jumlah beras yang diterima sangat kurang dari 20 kg/KK.
Ketidaksesuaian tersebut akan merugikan penerima manfaat dimana penerima
manfaat menerima beras tidak setiap bulan, jumlah beras yang diterima kurang
dari yang ditentukan karena golongan masyarakat yang bukan kriteria penerima
RASKIN dapat membeli RASKIN dan penerima manfaat memperoleh beras
dengan harga yang lebih mahal (lebih dari Rp 1.000,00). Hal ini akan
mempengaruhi peningkatan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga yang
merupakan tujuan program RASKIN. Permasalahan yang terjadi di Desa
Cibanteng disebabkan kurangnya pengawasan pada saat pelaksanaan penyaluran
RASKIN, terdapatnya kendala-kendala yang dihadapi oleh lembaga-lembaga
yang terlibat penyaluran RASKIN dalam melaksanakan tugas dan fungsinya di
lapangan, dan lain-lain.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis proses pelaksanaan program
RASKIN di D.esa Cibanteng, mengkaji kinerja dan kendala-kendala yang
dihadapi lembaga-lembaga yang terlibat penyaluran RASKIN dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya di lapangan, menganalisis keberhasilan
pelaksanaan program RASKIN di Desa Cibanteng dan faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan tersebut, menganalisis keefektifan pelaksanaan
program RASKIN di Desa Cibanteng.
Penelitian ini bersifat studi kasus dengan daerah penelitian Desa
Cibanteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Pengumpulan data primer
dilakukan melalui kuisioner dan pengumpulan data sekunder melalui instansiinstansi
yang terkait. Data kuantitatif diolah dengan program MS Excel 2000 dun
SPS\' 11 untuk mcngctahui faktor-foktor yang mcmpcngnruhi kchcrhusilun
program RASKIN. Data-data kualitutif diunulisis unluk mengetahui pelaksanan
program RASKIN, mengunalisis kinerja dan kendala-kendala yang dihadapi
lembaga-lembaga yang terlibat penyaluran RASKIN dun mengetahui
keberhasilan pelaksanaan program RASKIN di Desa Cibanteng.
Pelaksanaan program RASKIN di Kecamatan Ciampea terbagi ke dalam 2
pola. Desa Cibanteng menggunakan pola ke 2 dimana pola 2 terlihat lebih efektif
dan efisien daripada pola 1 apabila dilihat dari segi biaya dan waktu.
Kelembagaan yang terkait dalam penyaluran RASKIN yaitu PEMDA Bidang
Kesejahteraan Rakyat, Bulog, BKKBN (PLKB), pihak kecamatan dan pihak desa.
Program RASKIN dikatakan berhasil karena jumlah responden yang
mengalan1i peningkatan konsumsi pangan lain (95 %) > jumlah responden yang
tidak mengalami (5 %). Selain itu keberhasilan program RASKIN dapat dilihat
dari peningkatan jumlah pangan lain dari RI (jumlah sebelum pelaksanaan
program RASKIN) ke R2 (jumlah setelah pelaksanaan program RASKIN) dimana
jumlah R2 lcbih hcsar duri jumlah RI. Selain itu program, RASKIN dapat
meningkatkan surplus konsumen sebesar P 1 ABP2
Berdasarkan hasil analisis chi-square, diketahui bahwa dari beberapa
faktor yang diduga memiliki hubungan dengan keberhasilan RASKIN yaitu umur,
tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, tanggapan penerima manfaat, jumlah
anggota keluarga, sosialisasi dan waktu penyaluran tetapi hanya tanggapan
penerima manfaat yang memiliki hubungan dengan program RASKIN. Faktor
tanggapan penerima manfaat memiliki hubungan dengan program RASKIN
karena nilai X\hi1ung > xi ao.05 db 4 dimana X\hitung (13,265) dan x2
o4.o5 db 4 sebesar 9,488 maka hipotesis awal (Ho) yaitu tanggapan penerima manfaat dan keberhasilan RASKIN tidak berhubungan ditolak.
Keberhasilan program RASKIN tidak menjamin bahwa program tersebut
berjalan dengan efektif. Keefektifan pelaksanaan program RASKIN di Desa
Cibanteng masih sangat rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari ketidaktepatan
sasaran (terdapatnya sistem bagi rata), ketidaktepatan waktu (dilaksanakan dua
bulan sekali) dan ketidaktepatan jumlah (kurang dari 20 kg/KK). Peningkatan
harga RASKIN karena adanya biaya transportasi akan mengurangi surplus
konsumen sebesar Rp 12.500,00.
Pelaksanaan RASKIN di Desa Cibanteng masih memiliki beberapa
kekurangan sehingga disarankan untuk menerapkan beberapa hal yaitu Desa
Cibanteng perlu memiliki DPM (Daftar Penerima Manfaat), perlu dilakukan
pemeriksaan beras baik kuantitas maupun kuantitas sebelum dibawa ke desa,
perlunya peningkatan kesadaran masyarakat akan manfaat kegiatan sosialisasi,
perlunya pembentukan institusi khusus level bawah (tingkat penerima manfaat)
semacam Kelompok Kerja Penanggulangan Kemiskinan Tingkat Desa/Kelurahan
yang anggotanya tokoh masyarakat setempat.