Morfologi Dan Struictur Fungsional Ovarium Icambing Serta Icualitas Oosit Pada Satu Periode Siiclus Estrus
Abstract
Kebutuhan lnasyarakat aka11 pangan, khususnya protei~i hewani dewasa ini cenderung selalu meningkat baik dalam segi kuantitas maupun kualitas. I<ece~iderunganin i perlu diantisipasi ole11 seluruh sektor pertanian khususnya sektor l~etemakan. Pengembangan ternak karnbing merupakan salah satu alternatif untuk mcmcnc~hi itebutuhan pangan teruta~na dalanl rangka pemenuhan kebutuhan protein hewani. Ovariu~n merupakan organ reproduksi primer llewa~l bekina yang mcmpunyai dua fungsi dasar yaitu sebagai organ eltsokrin yang aka11 memproduksi scl tclur (oosit) dan sebagai organ endokrin yang akan menseltresikan hormon ltela~iiin betina yaitu estrogen dan progesteron. Siklus estrus adalah interval anka1.a timbulnya suatu peride berahi ke pertiiulaan berahi berikutnya. Siltlus estrus terbagi atas empat fase yaitu proestrus, estrus, metestrus dan diestrus. Fase proestrus dan estrus merupakan fase folikuler. Sedangkati liletestrus dan diestrus merupaka~l fase Iuteal diniana terdapat korpus luteunl pada ovariumnya. Penelitian ini dfiakukan untuk melihat pengaruh siklus estrus dan posisi ovari~~t~erihia dap berat dan ~tkurano varium serta j~~mlafhol ikel dan kualitas oosit. ICualitas oosit dikelolilpokan berdasarkan kekonipakan sitoplasmanya dan sel ~LIIIILI~LoISo phorus yang mengitarinya. Hasil pengainatan terljadap ukuran lebar, tebal dan voluine ovaritrm menunjukan perbedaan nyata (P<0,05) antara kambing yang berada pada fase luteal dan fase foliltuler (1,215 f 0,263 vs 1,043 i- 0,182 U I I ~ L Il~eb ar, 0,894 i- 0,254 vs 0.777 i 0,169 untuk tebal dan 2,00 i- 1,31 vs 1,333 + 0.660 U I I ~ L I v~ o lume). Sedaligltan ukuran panjang ovarium, berat dan jumlah folikel tidak meuu~i.jultan liasil yang berbedn (P>0,05) baik pada kambing yang beratla pada klse luteal maupun k~se I'olikuler (1,648 i- 0,363 vs 1,521 f 0,286 cint~lk pall,jang, 1.414 + 0,67 vs 1.060 ?r 0.463 L I ~ ~ hLcIlx~t d an 15,32 i 7.98 vs 15,75 -t 7,63 untuk ,iumlnh li>likcl) Oosil yilng berknalitas A lebih banyak (P<0,05) pada kambing yang bcrada pada fase luleal dibandingkan fase folikuler (2,87 i 2,97 vs 130 i: 1,65). Dan oosit yang berltualitas B dan C tidak menunjukan hasil yang berbeda (P>0,05) baik pads ltambing yang berada pada fase luteal maupun yang berada pada fase folikuler (1,99 i 2,07 vs 2.08 i: 1.38 ~~ntuooks it yang berkualitas B dan 0,93 + 1,71 vs 1.30 F 1,84 untuk oosit yang berltualitas C). Sedangkan oosit yang berkuailtas D dan j~un~laltoi tal oosit lebih banyak (P<0,05) pada kambing yang berada pada fase folikuler daripada fase luteal (8.55 2 4.78 vs 5,47 i: 4,30 r~ntuko osit berk~~alitaDs dan 13.12 i 5,76 vs 11.27 + 7.37 untuk jumlah total oosit). Sementara itu hasil pengamatan terhadap posisi ovariuni n~enu~~jukbahnw a berat ovarirrrn, volun~eo variom, folikel berdiameter <2 111111, 2-5 mn1, >5 nlln dan ,jumlali folikel menunjukan hasil tidak berbeda (P>0,05) baik pada ovariuru. ltanan maupun ovarium kiri (1,522 F 0,733 vs 1,316 2 0,579 untult berat, 228 i 1.41 vs 1.96 + 1,21 untuk volume, 7,80 F 5,79 vs 7,02 i: 6,06 untult foliltel berdiameter <2111m, 5,61 i 4,91 vs 6,02 -+ 4,29 untuk l'olikel berdiameter 2-5mm, 1,68 i: 1,51 vs 1.49 1 I ,47 untuk folikel berdiameter >5 mm dan 15,lO 2 S,14 vs 14,78 i 8,05 untult ,jumlal? total fblikel). Secara umum nilai rataan hasil penelitian ini menu11,jukan bahwa ovari~~rkna nan cenderung lebih aktif dari ovarium ltiri walaupun secara statistilt tidak terdapat perbedaan.