Pengaruh Pemberian Puding Okra Ungu (Abelmoschus esculentus L. Moench) terhadap Malondialdehida Orang Dewasa dengan Lemak Tubuh Tinggi
View/ Open
Date
2023Author
Fadilah, Nadya Rizki
Damayanthi, Evy
Nasution, Zuraidah
Metadata
Show full item recordAbstract
Gaya hidup modern yang terkait dengan pola makan yang tidak sehat, kurang berolahraga, paparan kombinasi bahan kimia dari berbagai sumber merupakan faktor eksternal yang berkontribusi dalam meningkatkan stres oksidatif yang mengarah pada berkembangnya Penyakit Tidak Menular (PTM). Secara global, World Health Organization menyatakan bahwa PTM bertanggung jawab atas 41 juta kematian dari 57 juta (71%) kematian di dunia dengan 15 juta kematian di antaranya terjadi pada individu dewasa hingga lanjut usia. Stres oksidatif terjadi ketika radikal bebas dalam tubuh melebihi kemampuan tubuh untuk menetralkan dan menghilangkannya. Peningkatan radikal bebas akan mengoksidasi berbagai makromolekul seperti protein, lipid, dan asam nukleat. Oksidasi lipid menghasilkan hidroperoksida yang kemudian mengalami fragmentasi untuk menghasilkan intermediet karbonil yang reaktif, salah satunya yaitu malondialdehida (MDA) yang merupakan salah satu biomarker yang paling sering digunakan sebagai penanda stres oksidatif. Penanda stres oksidatif berhubungan langsung dengan persen lemak tubuh, sejalan dengan ketahanan antioksidan yang menurun pada individu dengan persen lemak tubuh yang tinggi.
Pada kondisi meningkatnya stres oksidatif, dibutuhkan antioksidan eksogen yang dapat diperoleh dari asupan makan untuk mempertahankan fungsi seluler. Komponen bioaktif dari asupan seperti flavonoid dapat melindungi tubuh dari stres oksidatif. Salah satu sayuran yang banyak diteliti karena komponen bioaktifnya adalah okra. Sebagian besar aktivitas antioksidan okra (70%) berasal dari kuersetin yang merupakan flavonoid utama dengan kandungan yang lebih tinggi pada okra ungu dibandingkan dengan kandungannya dalam okra hijau. Komponen bioaktif pada okra ungu dapat dimanfaatkan dalam bentuk pangan fungsional, salah satunya yaitu puding. Okra menghasilkan gel yang juga mengandung antioksidan dan berperan sebagai gelling agent dalam memperbaiki tekstur makanan karena memiliki sifat hidrokoloid.
Saat ini belum ada penelitian mengenai okra dalam bentuk pangan fungsional yang melihat pengaruhnya terhadap biomarker stres oksidatif secara klinis. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan menguji efektivitas puding okra ungu sebagai pangan fungsional dalam memperbaiki kondisi stres oksidatif pada orang dewasa dengan lemak tubuh tinggi. Tujuan khusus dari penelitian ini terdiri dari 1) Melakukan analisis proksimat, komponen bioaktif, dan karakteristik mikroba puding okra ungu, 2) Mengidentifikasi karakteristik usia, antropometri, biokimia, asupan makan dan aktivitas fisik subjek, serta 3) Menganalisis pengaruh pemberian puding okra ungu terhadap kadar MDA darah.
Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimental dengan pre-posttest with control group design dan rancangan parallel arm. Subjek penelitian merupakan orang dewasa dengan persen lemak tubuh tinggi yang berjumlah 20 dan dibagi secara purposif menjadi dua kelompok, yaitu kelompok perlakuan yang mendapatkan intervensi puding okra ungu sebanyak 1 cup (±100 g) per hari dan kelompok kontrol. Skrining dilakukan sebelum intervensi sesuai dengan kriteria inklusi. Pengukuran tinggi badan dilakukan dengan menggunakan stadiometer, berat badan menggunakan timbangan berat badan digital, persen lemak tubuh menggunakan bioelectrical impedance analysis (BIA), dan kadar gula darah puasa menggunakan glucometer. Asupan makan kedua kelompok diperoleh melalui food recall 2x24 jam sedangkan data aktivitas fisik diperoleh melalui wawancara. Pembuatan puding okra ungu menggunakan metode blansir, ekstraksi dan perebusan. Percobaan laboratorium dilakukan untuk menganalisis proksimat, karakteristik mikrobiologi, dan sifat antioksidan puding okra ungu. Metode analisis yaitu AOAC, BPOM, dan SNI untuk uji proksimat, DPPH untuk uji aktivitas antioksidan, AlCl3 untuk uji kandungan flavonoid total, Folin-ciocalteu untuk kandungan fenol total, HPLC untuk uji kandungan kuersetin, dan metode cawan tuang untuk uji mikroba, serta ELISA untuk uji MDA. Analisis data menggunakan uji Independent Sample T-test, uji Mann-Whitney, uji Wilcoxon, dan uji regresi logistik.
Puding okra ungu memiliki kadar air 92,86 g 100 g-1, kadar abu 0,4 g 100 g-1, lemak total <0,02 g 100 g-1, protein 0,91 g 100 g-1, karbohidrat 5,84 g 100 g-1, serta energi 27 kkal 100 g-1. Komponen bioaktif puding okra ungu adalah aktivitas antioksidan sebesar 53,66% inhibisi pada konsentrasi 1 mg mL-1 dan 0,39 mg AEAC g-1 ekstrak puding, IC50 sebesar 543,79 ppm, flavonoid total 31,66±0,92 mg QE g-1 ekstrak puding, fenol total 6,21±0,19 mg GAE g-1 ekstrak puding dan 1,01±0,04 mg g-1 ekstrak puding terduga turunan kuersetin. Karakteristik mikrobiologi puding okra ungu telah memenuhi standar BPOM untuk batas maksimal cemaran mikroba pada pangan olahan, yaitu Enterobacteriaceae <10 koloni/g, Salmonella sp. negatif/25 g, dan angka lempeng total 1x101 koloni/g. Puding okra ungu yang diformulasikan telah dapat diterima dan menunjukkan potensi sebagai pangan fungsional dengan sifat antioksidan.
Karakteristik subjek pada kedua kelompok tidak berbeda signifikan (p>0,05), yaitu usia dewasa (20-32 tahun) dengan status gizi (Indeks Massa Tubuh 19,90-25,00 kg/m2) dan kadar gula darah puasa (68-95 mg dL-1) yang normal, namun memiliki persen lemak tubuh yang tinggi (>20% untuk laki-laki, >28% untuk perepmpuan). Kelompok intervensi memiliki rerata kecukupan energi, protein, lemak, dan asupan kolesterol yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol (p<0,05). Kelompok perlakuan dan kelompok kontrol menunjukkan rerata tingkat aktivitas fisik yang tergolong kategori yang ringan atau sedentary (p<0,05). Intervensi puding okra ungu sebanyak 1 cup/hari selama 28 hari tidak menunjukkan pengaruh terhadap perubahan kadar MDA subjek dewasa dengan persen lemak tubuh tinggi (p=0,05).
Uji multivariat menunjukkan bahwa intervensi puding okra ungu, tingkat kecukupan lemak dan asupan kolesterol subjek memengaruhi hanya 25,1% terhadap perubahan kadar MDA, sedangkan 74,9% lainnya dipengaruhi oleh faktor yang tidak diteliti, yaitu kondisi fisiologis seperti inflamasi dan faktor eksternal seperti polusi udara. Penelitian selanjutnya disarankan untuk melihat lebih lanjut potensi antioksidan puding okra ungu dengan dilakukan pada kondisi subjek dengan status oksidatif yang sama, seperti adanya penyakit atau kondisi klinis tertentu.
Collections
- MT - Human Ecology [2193]