Kekerabatan Berbagai Aksesi Sagu (Metroxylon spp.) di Kabupaten Lingga, Kepualauan Riau
Date
2023-09-19Author
Agustin, Mardiani Dwi
Djoefrie, Mochamad Hasjim Bintoro
Santosa, Edi
Metadata
Show full item recordAbstract
Volume impor Indonesia untuk beberapa komoditas pangan seperti gandum dan gula semakin meningkat. Pati sagu dapat digunakan sebagai substitusi tepung gandum serta dapat dijadikan sebagai substitusi gula tebu. Jumlah produksi pati pada tanaman sagu dipengaruhi oleh karakter genetik dan karakter morfologi yang dimiliki. Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi keragaman jenis sagu
melalui analisis genetik serta mendapatkan informasi karakter morfologi tanaman sagu di Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau. Analisis genetik yang digunakan menggunakan marker RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA). Terdapat 9 primer RAPD yang digunakan. Program PCR yang digunakan yaitu pre-denaturasi (5 menit suhu 94 ℃). Selanjutnya tahapan cycle PCR sebanyak 45 cycle yaitu denaturasi (5 detik suhu 94 ℃), annealing (30 detik suhu 42 ℃) dan ekstensi (1 menit suhu 72 ℃). Diakhiri dengan tahapan ekstensi akhir (10 menit suhu 72 ℃). Dilanjutkan proses elektroforesis yang menghasilkan elektroforegram. Data elektroforegram di-skoring berdasarkan ada tidaknya pita DNA polimorfik. Data skoring tersebut kemudian diolah menggunakan program NTSYS untuk memperoleh dendogram kekerabatan sagu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman sagu di Kabupaten Lingga dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu kelompok I dengan nilai koefisien kemiripan 45%, kelompok II dengan nilai koefisien kemiripan 70% dan kelompok III dengan nilai koefisien kemiripan diatas 70%. Luas anak daun sagu berkisar 597,50–1608,47 cm2. Petiol, anak daun dan midrib pada fase dewasa cenderung memiliki warna hijau, sedangkan pada fase anakan cenderung memiliki warna merah. Karakter morfologi berduri atau tidak berduri pada tanaman sagu tidak dapat dijadikan acuan untuk membedakan suatu individu dengan individu lainnya untuk penamaan sagu. Indonesia's import volume for several food commodities such as wheat and sugar is increasing. Sago starch can be used as a substitute for wheat flour and a substitute for cane sugar. The amount of starch production in sago palm is influenced by genetic characters and morphological characters owned. This study aims to obtain information on the diversity of sago palm species through genetic analysis and obtain information on the morphological characters of sago palm in Lingga Regency, Riau Islands. The genetic analysis used used RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA) markers. There are 9 RAPD primers used. The PCR program used is pre-denaturation (5 minutes temperature 94 °C). Furthermore, the PCR cycle stages are 45 cycles, namely denaturation (5 seconds temperature 94
°C), annealing (30 seconds temperature 42 °C) and extension (1 minute temperature 72 °C). Ends with the final extension stage (10 minutes temperature 72 °C). Followed by the electrophoresis process that produces an electrophoregram. Electrophoregram data are scored based on the presence or
absence of polymorphic DNA bands. The scoring data is then processed using the NTSYS program to obtain a sago palm resemblance dendogram. The results showed that sago palm in Lingga Regency can be grouped into three major groups, namely group I with a similarity coefficient value of 45%, group II with a similarity coefficient value of 70% and group III with a similarity coefficient value above 70%. The area of sago palm leaves ranges from 597.50–1608.47 cm2. Petiols, leaflets and midrib in the adult phase tend to have a green color, while in the tillering phase tend to have a red color. The morphological character of spine or spineless in sago palm cannot be used as a reference to distinguish an individual
from another individual for entitle sago palm.