Pengendalian Penyakit Busuk Buah pada Salak dengan Perlakuan Air Panas dan Agens Hayati
Abstract
Penyakit busuk buah merupakan salah satu penyakit penting yang menyebabkan penurunan pemasaran buah salak selama masa penyimpanan. Terjadinya busuk buah pada salak disebabkan oleh serangan cendawan yang menyebabkan kulit buah menjadi berwarna coklat kehitaman dan daging buah berair. Hal ini menjadi masalah penting dalam ekspor salak di Indonesia. Pengendalian terpadu selama penyimpanan digunakan sebagai alternatif penggunaan fungisida dalam pengendalian penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan strategi pengendalian penyakit busuk buah pada salak, sehingga mampu memperpanjang umur simpan buah salak. Teknik pengendalian dengan perlakuan fisik yaitu menguji pada perlakuan air panas dan penggunaan agens hayati dilakukan untuk melihat kemampuannya dalam mengendalikan penyakit busuk buah pada salak baik secara tunggal maupun kombinasi. Perlakuan air panas dilakukan dengan merendam buah pada suhu 45, 50 dan 55 °C selama 5 dan 10 menit. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap. Perlakuan agens hayati menggunakan isolat Bacillus subtilis B12, Bacillus sp. B48, aktinomicetes 41, aktinomicetes B dan Rhodotorula minuta DMG 16 BEP. Kombinasi perlakuan menggunakan suhu dan waktu optimum yaitu 50 °C selama 5 menit dan agens hayati potensial B12 dan B48 untuk melihat potensinya dalam mengendalikan penyakit busuk buah. Pada tiap perlakuan dilakukan pengamatan insidensi penyakit, isolasi dan identifikasi patogen serta melihat pengaruh mutu pada buah setelah perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan air panas dapat menghambat perkembangan penyakit busuk buah salak hingga hari ke-10 penyimpanan dan tetap mempertahankan mutu buah. Analisis sidik ragam menunujukkan bahwa perlakuan air panas suhu 45, 50 dan 55 °C selama 5 dan 10 menit berpengaruh nyata terhadap kerusakan buah salak pada uji Tukey dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan air panas tidak berpengaruh nyata terhadap kadar asam dan kadar air buah, tetapi berpengaruh nyata dalam menurunkan susut bobot buah, mempertahankan kekerasan buah dan organoleptik. Perlakuan air panas yang terbaik untuk menekan perkembangan penyakit yaitu pada suhu 50 °C selama 5 menit. Perlakuan agens hayati pada berbagai isolat dapat menghambat perkembangan penyakit busuk buah dan mempertahankan mutu buah hingga hari ke-10 dan 11 penyimpanan. Analisis sidik ragam menunujukkan bahwa perlakuan agens hayati pada buah salak berpengaruh nyata terhadap kerusakan buah pada uji Tukey dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan agens hayati tidak berpengaruh nyata terhadap kadar asam dan kadar air buah, tetapi berpengaruh nyata dalam menurunkan susut bobot buah, mempertahankan kekerasan buah dan organoleptik. Isolat B. subtilis B12 dan Bacillus sp. B48 memiliki potensi dalam menekan perkembangan penyakit busuk buah salak. Hasil isolasi dan identifikasi dari buah salak yang menunjukkan gejala sakit ditemukan 4 cendawan yaitu Thielaviopsis paradoxa, Aspergillus flavus, Penicillium sp. dan Fusarium sp. Cendawan T. paradoxa merupakan patogen utama penyebab penyakit busuk buah salak. Perlakuan air panas dan agens hayati mampu menekan perkembangan penyakit busuk buah dengan berkurangnya presentase kemunculan patogen. Kombinasi perlakuan dapat menghambat perkembangan penyakit busuk buah hingga hari ke 10 penyimpanan apabila dibandingkan dengan kontrol, Analisis sidik ragam menunujukkan bahwa kombinasi perlakuan berpengaruh nyata terhadap kerusakan buah salak pada uji Tukey dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi tidak berpengaruh nyata terhadap kadar asam dan kadar air buah, tetapi berpengaruh nyata dalam menurunkan susut bobot buah, mempertahankan kekerasan buah dan organoleptik. Kombinasi perlakuan air panas dan agens hayati belum menunjukkan hasil yang kompatibel. Fruit rot disease is one of the important diseases that causes high yield loss of
snake fruit during storage. It is caused by fungus which causes the fruit skin turned
blackish brown and the fruit flesh watery. This is an important problem in the export
ofsnake fruit in Indonesia. Integrated control during storage is used as an alternative
the use of fungicides in disease control. The aims of this study is to obtain a strategy
to control fruit rot disease in snake fruit, so as to extend the shelf life of snake fruit.
Physical control techniques, by hot water treatment and the use of biocontrol agents
performed to see the effectiveness to control fruit rot disease in salak plants either
singly or in combination both singly and in combination.
Hot water treatment was carried out by soaking the fruits at 45, 50 and 55 °C
for 5 and 10 minutes. The research carried out by completely randomized design.
Treatment of biocontrol agents using isolates of Bacillus subtilis B12, Bacillus sp.
B48, actinomycetes 41, actinomycetes B and Rhodotorula minuta DMG 16 BEP.
Combination treatment using the optimum temperature of 50 °C for 5 minutes and
potential biocontrol agents B12 and B48 to see their potential in controlling fruit
rot disease. In each treatment, disease incidence was observed, pathogen isolation
and identification were carried out and the effect of fruit quality after treatment was
monitored.
The results showed that hot water treatment and biocontrol agents singly
inhibited the development of fruit rot disease and maintained fruit quality up to the
10th and 11th day of storage. Analysis of variance showed that hot water treatment
at 45, 50 and 55 °C for 5 and 10 minutes had a significant effect on fruit damage in
the Tukey test with a 95% confidence level. Results of the analysis of variance
showed that the hot water treatment had no significant effect on the acid content
and moisture content of the fruit, but had a significant effect on reducing fruit
weight loss, maintaining fruit hardness and organoleptic. The best hot water
treatment to suppress disease development is at 50°C for 5 minutes.
Treatment of biological agents can inhibit the development of fruit rot disease
and maintain fruit quality until the 10th and 11th day of storage. Analysis of
variance showed that the treatment of biological agents on salak fruit had a
significant effect on fruit damage in the Tukey test with a 95% confidence level.
Results of the analysis of variance showed that the treatment of biological agents
had no significant effect on the acid content and water content of the fruit, but had
a significant effect on reducing fruit weight loss, maintaining fruit hardness and
organoleptic. Isolates B. subtilis B12 and Bacillus sp. B48 has the potential to
suppress the development of fruit rot disease of salak fruit
Collections
- MT - Agriculture [3699]