Analisis Risiko Dalam Usahaternak Ayam Broiler (Studi Kasus Usaha Peternakan X Di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor)
Abstract
Usaha peternakan ayam broiler mempunyai risiko yang tinggi. Risiko tinggi yang dihadapi peternak ayam broiler sangat dirasakan oleh Bapak Rahmat, pemilik usaha peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor. Usaha peternakan X adalah usaha peternakan ayam broiler plasma yang mempunyai kapasitas produksi sebanyak 4000 ekor setiap periodenya. Risiko yang dihadapi usaha peternakan X adalah risiko harga (baik harga input maupun harga jual output), risiko produksi (cuaca dan iklim bisa menyebabkan tingkat mortalitas sebesar 30-50 persen dan penyakit bisa menyebabkan tingkat mortalitas sebesar 50 persen), dan risiko sosial. Risiko-risiko tersebut sangat berpengaruh terhadap keuntungan atau pendapatan bersih yang diterima peternak. Kemampuan dalam meminimalkan risiko sangat dibutuhkan usaha peternakan X dalam menjalankan produksinya. Manajemen risiko adalah alat bantu bagi peternak untuk meminimalkan atau menghindari risiko yang dihadapinya. Berdasarkan kondisi di atas, maka beberapa permasalahan yang akan diteliti adalah : (1). Bagaimana pengaruh risiko terhadap pendapatan usaha peternakan X?, (2). Bagaimana alternatif manajemen risiko yang diterapkan untuk mengatasi risiko yang dihadapi oleh usaha peternakan X?. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk : (1). Menganalisis pengaruh risiko terhadap pendapatan usaha peternakan X, (2). Menganalisis alternatif manajemen risiko yang diterapkan untuk mengatasi risiko yang dihadapi oleh usaha peternakan X. Penelitian dilakukan pada usaha peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui kuesioner, observasi dan wawancara dengan pemilik peternakan, kepala kandang, anak kandang, dan field controller perusahaan inti. Data primer tersebut berupa keadaan umum lokasi penelitian dan manajemen risiko yang diterapkan usaha peternakan X. Data sekunder diperoleh melalui studi literatur dari instansi yang terkait dengan penelitian. Data sekunder tersebut diantaranya berupa data harga input dan output, laporan biaya, penerimaan, dan pendapatan perusahaan. Data yang telah diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan analisis risiko dan analisis deskriptif. Analisis risiko digunakan untuk menganalisis tingkat risiko yang dihadapi usaha peternakan X. Analisis risiko yang digunakan adalah dengan menghitung expected return, ragam (variance), simpangan baku (standard deviation), koefisien variasi (coefficient variation), dan batas bawah pendapatan. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis manajemen risiko yang diterapkan oleh usaha peternakan X. Usaha peternakan X berdiri pada akhir tahun 2002 dan mulai beroperasi pada bulan Maret 2003. Usaha peternakan X telah menjalin kemitraan dengan tiga perusahaan inti, yaitu PT Inter Agro Prospek (2003-2004), PT Prima Karya Persada (2004-2006), dan PT Super Unggas Jaya (2006-sekarang). Usaha peternakan X terletak di Kampung Cibentang RT 01/ RW 05, Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor. Usaha peternakan X memiliki struktur organisasi yang sangat sederhana. Struktur organisasi sederhana dapat mengantisipasi perubahan lingkungan dengan cepat. Nilai expected return yang diterima usaha peternakan X adalah sebesar Rp 5.768.199. Nilai ini menggambarkan bahwa pendapatan bersih yang diharapkan dapat diperoleh oleh usaha peternakan X setiap periode di masa yang akan datang adalah sebesar Rp 5.768.199 (cateris paribus). Nilai standard deviation yang diperoleh usaha peternakan X adalah sebesar Rp 10.095.088. Nilai tersebut menunjukkan bahwa risiko yang harus dihadapi usaha peternakan X setiap periode di masa yang akan datang adalah sebesar Rp 10.095.088 (cateris paribus). Nilai coefficient variation yang diperoleh usaha peternakan X adalah sebesar 1,75. Nilai coefficient variation sebesar 1,75 menunjukkan bahwa risiko yang ditanggung oleh peternak sebesar 175 persen dari nilai return yang diperoleh peternak. Nilai coefficient variation yang lebih besar dari 0,5 menunjukkan bahwa usaha peternakan X akan menghadapi peluang merugi pada setiap periode di masa yang akan datang (cateris paribus). Nilai batas bawah pendapatan yang diperoleh usaha peternakan X adalah sebesar Rp –14.421.977. Nilai ini menunjukkan bahwa kemungkinan risiko paling rendah atau kerugian terendah yang akan dihadapi usaha peternakan X setiap periode di masa yang akan datang adalah sebesar Rp –14.421.977 (cateris paribus). Berdasarkan hasil analisis risiko, risiko yang dihadapi usaha peternakan X yaitu risiko harga, risiko produksi, dan risiko sosial sangat berpengaruh terhadap pendapatan usaha peternakan X. Risiko-risiko tersebut menyebabkan pendapatan usaha peternakan X berfluktuasi tajam. Bahkan pada periode ke-6 dan ke-12 usaha peternakan X mengalami kerugian masing-masing sebesar Rp 3.326.570 dan Rp 21.213.029. Hasil kuesioner menunjukkan bahwa manajemen risiko yang diterapkan di usaha peternakan X adalah manajemen risiko harga, manajemen risiko produksi dan manajemen risiko sosial. Manajemen risiko produksi (proses persiapan kandang dan proses budidaya) dan manajemen risiko harga yang diterapkan masih belum efektif. Hal ini diindikasikan karena masih tingginya rata-rata tingkat mortalitas dan nilai FCR yaitu masing-masing sebesar 10 persen dan 1,88. Jumlah tersebut melebihi angka mortalitas dan nilai FCR standar yaitu sebesar 5 persen dan 1,5-1,6. Indikasi lain belum efektifnya manajemen risiko produksi dan manajemen risiko harga yang diterapkan adalah tingginya fluktuasi pendapatan bersih yang diterima usaha peternakan X. Manajemen risiko sosial yang diterapkan juga belum efektif, karena masih terjadinya kasus pencurian ayam. Alternatif manajemen risiko yang dapat diterapkan oleh usaha peternakan X diantaranya adalah mendatangkan tim medis yang dikepalai oleh seorang dokter hewan yang bertanggung jawab penuh terhadap kesehatan ayam secara keseluruhan. Adanya tim medis ini diharapkan dapat meminimalkan tingkat mortalitas akibat penyakit yang mewabah di usaha peternakan X. Alternatif manajemen risiko yang dapat juga diterapkan oleh usaha peternakan X adalah memperbaiki teknologi dalam hal pengaturan sirkulasi kandang. Perbaikan teknologi dalam hal pengaturan sirkulasi kandang dapat meminimalkan tingkat mortalitas akibat cuaca dan iklim yang tidak menentu. Beberapa hal yang dapat dilakukan diantaranya adalah membuat air deflector, memasang insulasi di atap kandang (Roof Insulation), dan memasang kipas angin.
Collections
- UT - Agribusiness [4624]