Pencemaran Mikroplastik Pada Bulu Babi (Echinodermata: Echinoidea) dan Strategi Pengelolaannya di Kepulauan Seribu
Date
2023Author
Rahmawati
Krisanti, Majariana
Riani, Etty
Cordova, Muhammad Reza
Metadata
Show full item recordAbstract
Peningkatan produksi plastik dan penggunaan plastik yang tidak berkelanjutan serta pembuangan limbah plastik yang tidak efektif menyebabkan sampah plastik masuk dan terakumulasi di lingkungan alami secara luas. Plastik mengalami degradasi ketika mengalami fotooksidasi, termal, dan degradasi mekanis sehingga menyebabkan kondisi fisik, kimia dan biologis plastik terfragmentasi menjadi ukuran partikel yang lebih kecil ukuran < 5 mm atau mikroplastik. Mikroplastik di perairan merupakan polutan yang dapat memberikan dampak negatif pada ekosistem perairan termasuk organisme yang hidup di dalamnya. Dampak negatif dipengaruhi oleh serapan senyawa kimia pada mikroplastik. Mikroplastik yang menyerap senyawa polutan akan berdampak buruk jika masuk ke dalam tubuh organisme perairan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kelimpahan, karakteristik dan kandungan polimer mikroplastik pada sedimen dan saluran pencernaan bulu babi dan menentukan hubungan antar kelimpahan mikroplastik pada sedimen dan saluran pencernaan bulu babi yang ditemukan di Kepulauan Seribu dan membandingkannya berdasarkan waktu yang berbeda.
Pengambilan sampel sedimen dan biota dilakukan pada bulan Juli & November 2022, sebagai perwakilan musim timur dan musim peralihan II di Indonesia. Pengambilan sampel sedimen dan bulu babi dilakukan di ekosistem terumbu karang di dua pulau, yakni Pulau Pari dan Pulau Harapan, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Organ biota bulu babi yang diambil dan dilakukan proses identifikasi adalah saluran pencernaan. Proses identifikasi mikroplastik dilakukan secara visual menggunakan mikroskop dan penentuan polimer mikroplastik menggunakan Spektroskopi inframerah transformasi Fourier (FTIR).
Kelimpahan mikroplastik sedimen dan saluran pencernaan bulu babi tersaji dalam bentuk rata-rata dan standar deviasi yang bervariasi di lokasi dan waktu yang berbeda. Rata-rata kelimpahan mikroplastik pada sampel sedimen yang ditemukan pada bulan Juli di Pulau Pari adalah 160 ± 158,75 partikel/kg dan di Pulau Harapan sebesar 113,33 ± 41,63 partikel/kg. Hasil mikroplastik pada sedimen di bulan November di Pulau Pari 186,67 ± 61,10 partikel/kg dan di Pulau Harapan 146,67 ± 64,29 partikel/kg. Berdasarkan perbedaan bulan pengambilan mikroplastik yang ditemukan pada sedimen di bulan Juli dan November tidak signifikan secara statistik (0,196 > 0,05).
Kelimpahan rata-rata mikroplastik yang ditemukan di saluran pencernaan bulu babi pada bulan Juli di Pulau Pari adalah 3,93 ± 2,25 partikel/g dan di saluran pencernaan bulu babi asal Pulau Harapan adalah 0,27 ± 0,28 partikel/g. Kelimpahan mikroplastik pada saluran pencernaan bulu babi pada bulan November di Pulau Pari adalah 1,73 ± 0,70 partikel/g dan di saluran pencernaan bulu babi asal Pulau Harapan adalah 0,73 ± 0,31 partikel/g. Berdasarkan hasil statistik menunjukkan bahwa mikroplastik yang ditemukan pada saluran pencernaan bulu babi di bulan Juli dan November tidak signifikan (1 > 0,05). Keberadaan mikroplastik pada saluran pencernaan bulu babi yang berhabitat di dasar perairan menunjukkan bahwa sedimen dasar perairan telah dipengaruhi oleh polusi mikroplastik. Hal ini searah dengan hasil statistika yang menunjukkan bahwa sedimen dan saluran pencernaan bulu babi memiliki hubungan yang signifikan pada bulan Juli (0,01 < 0,05) dan November (0,032 < 0,05).
Karakteristik dominan mikroplastik pada sedimen dan saluran pencernaan bulu babi adalah bentuk fragmen dan fiber; warna: biru, hitam dan merah; ukuran:
>1000 μm. Kandungan polimer yang dominan ditemukan di lokasi penelitian pada sedimen dan saluran pencernaan bulu babi adalah Polyester, Polypropylene, Polyethylene dan Ethylene Propylene. Keberadaan sampah plastik diperairan hingga berakhir menjadi mikroplastik menimbulkan dampak yang berbahaya pada lingkungan perairan serta organisme yang tinggal di dalamnya. Dengan demikian, diperlukan usulan upaya pengelolaan sampah plastik melibatkan pemerintah, LSM, aktivis, masyarakat dan peneliti untuk mendapatkan informasi sumber asal sampah plastik dan data secara statistik agar terciptanya evaluasi dan monitoring kebersihan lingkungan, kebijakan, penerapan pendidikan dan inovasi penanggulangan sampah. Selain itu, untuk mengatasi mikroplastik primer seperti microbeads atau plastik scrubber dan mikroplastik sekunder dapat dilakukan dengan cara membentuk filtrasi lanjutan pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Akan tetapi perlu menumbuhkan kesadaran masyarakat sebagai faktor utama untuk pengendalian sampah plastik.
Collections
- MT - Fisheries [3019]