Arahan Pengembangan Kawasan Permukiman di Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau
Date
2023Author
Dewi, Citra Chintia
Pravitasari, Andrea Emma
Pribadi, Didit Okta
Metadata
Show full item recordAbstract
Perubahan penggunaan lahan berlangsung dinamis, pembangunan yang pesat menyebabkan ruang terbangun mendominasi dan menekan ruang alami untuk berubah fungsi. Kawasan Perumahan dan Permukiman mengambil proporsi luasan yang besar dalam suatu wilayah perkotaan. Terus bertambahnya luas permukiman merupakan akibat dari upaya pemenuhan kebutuhan atas permukiman, hal secara fisik dapat terlihat dari segi kuantitas dan kualitas permukiman. Luasnya lahan permukiman dan kepadatan penduduk yang tinggi merupakan salah satu ciri kawasan perkotaan. Luas permukiman yang terus bertambah setiap tahunnya sedang terjadi di Kota Tanjungpinang. Kota Tanjungpinang merupakan wilayah pesisir yang dicirikan dengan banyaknya permukiman yang dibangun di atas laut. Pada saat ini permukiman sudah berkembang ke arah daratan, perkembangan ini menyebabkan banyaknya terjadi alih fungsi lahan. Dengan kondisi keterbatasan lahan maka sangatlah penting untuk melihat potensi lahan-lahan yang dapat dikembangkan sebagai permukiman dan menyusun arahan perkembangan permukiman di masa depan.
Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis perubahan penggunaan lahan Kota Tanjungpiang tahun 2010-2020; menganalisis kesesuaia lahan untuk permukiman di Kota Tanjungpinang; menganalisis ketersediaan lahan pengembangan permukiman; membangun model prediksi penggunaan lahan di Kota Tanjungpinang tahun 2030; serta Menyusun arahan perkembangan kawasan permukiman di Kota Tanjungpinang tahun 2030. Perubahan penggunaan lahan dianalisis dengan metode tumpangsusun (overlay) peta penggunaan lahan tahun 2010, 2015, dan 2020. Kesesuaian lahan untuk permukiman dianalisis dengan metode evaluasi yang dikembangkan oleh FAO 2007, dan beberapa kriteria ditetapkan untuk ketersediaan lahan permukiman. Prediksi perubahan penggunaan lahan tahun 2030 dianalisis menggunakan land change modeler (LCM) dengan menggunakan dua skenario, yaitu skenario business as usual (BAU) dan skenario RTRW. Arahan pengembangan kawasan permukiman didapatkan dari overlay peta pada tujuan-tujuan sebelumnya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis penggunaan lahan yang mengalami penambahan luas paling besar adalah bangunan permukiman kota dan diprediksikan pada tahun 2030 dengan menggunakan kedua skenario bangunan permukiman kota merupakan jenis penggunaan lahan dengan peningkatan luas terbesar yang menjadikan penggunaan lahan ini mendominasi wilayah Kota Tanjungpinang lebih dari 20%. Kesesuaian lahan untuk permukiman sebesar 68,51% wilayah Kota Tanjungpinang masuk dalam katagori cukup sesuai (S2). Dari segi ketersediaan lahan, kawasan yang dapat dikembangkan sebagai permukiman masih cukup luas yaitu sebesar 7.324,83 ha atau 50,8% dari luas wilayah Kota Tanjungpinang. Arahan untuk pengembangan kawasan permukiman difokuskan pada lahan yang termasuk prioritas kategori 1 dan 2, untuk menghindari bencana, kerusakan tanah, dan sengketa tanah. Land use change takes place dynamically, rapid development causes built-up spaces to dominate and pressure natural spaces to change function. Residential and Settlement Areas occupy most of the areas in urban areas. Settlements that continue to expand in size result from efforts to meet settlement needs; this can be seen physically in the quantity and quality of settlements. The extent of residential land and high population density is one of the characteristics of urban areas. The residential area that continues to grow every year occurs in Tanjungpinang City. Tanjungpinang City is a coastal area characterized by the many settlements built on the sea. Currently, settlements have developed towards the mainland, and these developments have caused a lot of land conversion. With limited land conditions, it is crucial to see the potential of land that can be developed as settlements and to formulate directions for future settlement development.
The purpose of this study is to analyze changes in land use in Tanjungpiang City in 2010-2020; analyze land suitability for settlements in Tanjungpinang City; analyze land availability for settlement development; build a land use prediction model in Tanjungpinang City in 2030; and Prepare directions for the development of residential areas in Tanjungpinang City in 2030. Changes in land use were analyzed using the overlay method of land use maps in 2010, 2015, and 2020. Land suitability for settlements was analyzed using the evaluation method developed by FAO 2007, and several criteria were determined for the availability of residential land. The prediction of land use change in 2030 is analyzed using the land change modeler (LCM) using two scenarios, namely the business as usual (BAU) scenario and the RTRW scenario. Directions for the development of residential areas are obtained from map overlays on previous destinations.
The results of this study indicate that the type of land use that has experienced the most significant increase in area is urban residential buildings. It is predicted that in 2030 using both scenarios, urban settlement buildings will be the type of land use with the most significant increase in the area, which makes this land use dominate the Tanjungpinang City area by more than 20 %. Land suitability for settlements of 68.51% of the Tanjungpinang City area is included in the quite suitable category (S2). Regarding land availability, the areas that can be developed as settlements are still quite large, namely 7,324.83 hectares or 50.8% of the total area of Tanjungpinang City. Directions for the development of residential areas are focused on land that includes priority categories 1 and 2 to avoid disasters, land damage, and land disputes.
Collections
- MT - Agriculture [3787]