Kandungan Lemak Kasar Cacing Tanah Lumbricus Rubellus dengan Menggunakan Pelarut Organik (Content of Lumbricus rubellus Earthworm's Crude Oil Using Organic Solvent)
Abstract
Lumbricus rubellus merupakan salah satu jenis cacing tanah yang dapat dimanfaatkan sebagai reaktor pemusnah sampah. Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia berkolerasi positif terhadap keberadaan sampah yang dihasilkan. Apabila masalah sampah ini tidak dapat ditangani dengan cepat dan tepat, maka akan menimbulkan dampak yang luas diantaranya masalah pencemaran dan gangguan lingkungan. Potensi dan manfaat cacing tanah lainnya adalah minyak hasil ekstraksi cacing tanah dapat digunakan sebagai bahan pelembab untuk kosmetik. Pengadaan lemak kasar cacing tanah di Indonesia masih sedikit dan masih mengandalkan pada negara lain. Menyadari ha1 tersebut, perlu kiranya dilakukan penelitian untuk mendapatkan lemak kasar cacing tanah dengan metode yang mudah serta membutuhkan biaya yang relatif murah sehingga kuantitas dan kualitas lemak kasar yang dihasilkan tetap dapat bemilai tinggi. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga, Fakultas Pertanian IPB Bogor dan Laboratorium Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangall (BALITBIO) dari bulan Juli-Desember 2000. Bahan yang digunakan adalah cacing tanah Lutnbricus rubellus umur 3,6 dan 9 bulan. Pelarut untuk mengekstrak cacing tanah sehingga didapatkan lemak kasamya yaitu acidic-hexane (n-heksan yang mengandung 10 % asam asetat) dan n- Izexane. Perbandingan cacing dengan pelarut adalah 1:5; 1:7; dan 1:9 (g:ml). Peubah yang diamati adalah rendemen (jumlah lemak kasar yang dihasilkan), komposisi dan karakteristik lemak kasar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kandungan lemak kasar cacing tanah berkisar antara 0.76-5.69 %, kandungan lemak kasar terbanyak terdapat pada cacing tanah umur 3 bulan (5.69 %). Pelarut organik yang terbaik adalah acidic-hexane. Perbandingan antara cacing tanah dengan pelarut yang terbaik adalah 1:7 (g:ml).Minyak cacing tanah umumnya benvarna merah gelap dan bau minyak yang dihasilkan dari proses ekstraksi dengan menggunakan pelarut acidic-hexane akan berbau sedikit asam, sedangkan bila menggunakan n-hexane akan berbau khas cacing tanah. Minyak cacing tanah umur 3 bulan mempunyai derajat ketidakjenuhan yang rendah, ditandai dengan kecilnya bilangan yodiurn yang dihasilkan (12,9 gram) sehingga mernpunyai mutu yang lebih baik dibandingkan dengan minyak cacing tanab umur 6 dan 9 bulan, karena lebih tahan terhadap proses oksidasi. Hasil analisis kromatografi gas menunjukkan bahwa asam lemak yang terkandung dalam minyak cacing tanah merupakan jenis asam lemak esensial yang sangat dibutuhkan tubuh dan inengandung asam lemak jenuh yang rendah serta asam lemak tidak jenuh yang tinggi, terutarna asam lernak jenuh rantai panjang yang rnengandung 20 atau 22 atom C diantaranya eicosapentaenoat (EPA) dan docosaheksaenoat (DHA).