Pemetaan Perubahan Garis Pantai di Pesisir Selatan Tasikmalaya, Jawa Barat Menggunakan Citra Sentinel-2A
Date
2023Author
Gumilar, Galuh
Siregar, Vincentius Paulus
Agus, Syamsul Bahri
Metadata
Show full item recordAbstract
Pesisir pantai merupakan tempat yang mudah mengalami perubahan. Perubahan garis pantai begitu penting untuk diketahui dari luasan serta batas dari suatu wilayah pesisir. Pesisir selatan di Kabupaten Tasikmalaya dimanfaatkan untuk kegiatan pariwisata, industri dan perikanan. Pesisir kabupaten ini berhadapan langsung dengan samudera Hindia yang menyebabkan perubahan yang terjadi sangat dinamis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan garis pantai di pesisir Selatan Tasikmalaya Jawa Barat menggunakan citra satelit Sentinel-2A dengan metode Digital Shoreline Analysis System (DSAS). Metode DSAS menggunakan perhitungan Net Shoreline Movement (NSM) dan End Point Rate (EPR), NSM dihitung dengan mengukur jarak perubahan garis pantai dari tahun 2016, 2019 dan 2022. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa abrasi terbesar terjadi pada Zona E sebesar -139.71 m (NSM) dengan rata-rata End Point Rate (EPR) sebesar -23.3 m/tahun yang dikategorikan sebagai abrasi sangat berat, sedangkan akresi terjadi pada subzona B sebesar 137.82 m (NSM) dengan rata-rata End Point Rate (EPR) sebesar 22.98 m/tahun yang dikategorikan pada akresi sangat berat. Pesisir selatan Tasikmalaya dipengaruhi oleh sungai besar yang membawa material sedimen menyebabkan perubahan geomorfologi pantai. Coast is a dynamic place that can easily change. Changes in coastline are significant to know, from the extent to the boundaries of a coast area. The south coast of Tasikmalaya is well-used for tourism, industry, and fishery activities. The coast of this regency is directly facing the Indian Ocean, which causes the changes in this coast to be very dynamic. This study aimed to determine changes in the coastline on the south coast of Tasikmalaya, West Java, using Sentinel-2A satellite with the Digital Shoreline Analysis System (DSAS) method. The DSAS method calculates the net shoreline movement (NSM) and end point rate (EPR), whereas NSM is calculated by measuring the distance of shoreline changes from 2016, 2019, and 2022. The result shows that the largest abrasion occurred in Zone E by -139,71 m (NSM) with an average EPR of -23,3 m per year, which is categorized as a very heavy abrasion, where accretion occurred in Subzone B by 137,82 m (NSM) with an average EPR of 22,98 m per year which is categorized as a very heavy accretion. The south coast of Tasikmalaya is affected by rivers that carry sedimentary material that causes changes in the geomorphology of that coast.