Model Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi Digital untuk Pengembangan Kapasitas Petani
Date
2023Author
Burhan, Ahmad Badari
Lubis, Djuara P.
Kinseng, Rilus A.
Bakti, Andi M. Faisal
Metadata
Show full item recordAbstract
Komunikasi pembangunan memainkan peran strategis dalam transformasi
pertanian padat input ke padat pengetahuan, disertai dengan pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) digital bisa menjadi multiplier untuk
menghubungkan orang dan tempat, meningkatkan rantai pasokan dan kolaborasi
sehingga pertanian menjadi lebih berjejaring dan pemanfaatan sumber daya
menjadi lebih efisien. Di antara aplikasi/platform TIK digital adalah aplikasi
pertanian berbasis ponsel pintar Android, grup Facebook (FB), grup WhatsApp
(WAG), Internet/Website, dan saluran YouTube dan memiliki kapabilitas untuk
menciptakan komunitas praktik virtual (VCoP). Namun, pemanfaataan TIK digital
oleh inidividu bisa berbeda karena faktor-faktor yang memengaruhinya, oleh
karena itu penelitian ini merumuskan masalah tentang “bagaimana pemanfaatan
TIK digital untuk pengembangan kapasitas petani?”
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menganalisis ragam pemanfaatan
aplikasi/platform TIK digital di kalangan petani sebagai platform komunikasi
pembangunan; (2) Menilai hubungan karakteristik individu petani pengguna TIK
digital dengan pemanfaatan aplikasi/platform TIK digital; (3) Menilai relasi sosial
pada lingkungan komunitas praktik virtual di kalangan petani pengguna TIK
digital; (4) Menilai pemanfaatan TIK digital untuk mode komunikasi dialogis,
berbagi pengetahuan, dan pengembangan kapasitas petani, dan; (5) Merancang
model pemanfaatan TIK digital untuk pengembangan kapasitas petani.
Penelitian ini menggunakan desain explanatory sequential mixed methods
yang memadukan metode survei pada pendekatan kuantitatif disertai wawancara
dan observasi partisipatif online pada beberapa aplikasi pertanian Android dan
WAG kelompok tani untuk memahami perilaku pemanfaatan TIK digital di
kalangan petani. Teknik pengambilan sampel menggunakan multistage cluster
random sampling. Sebanyak 529 petani pengguna ponsel pintar Android
berpartisipasi dalam penelitian ini, terdiri atas 221 petani berasal dari wilayah
Kabupaten Brebes, 150 petani berasal dari wilayah Kabupaten Boyolali, 158 petani
berasal dari wilayah Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah. Analisis
statistik deskriptif kuantitatif dan uji korelasi Gamma untuk menilai hubungan
antarvariabel. Selanjutnya, PLS-SEM digunakan untuk menilai kesesuaian model
luar (pengukuran) dan model dalam (struktural). Partial Least Square (PLS) adalah
Structural Equation Modeling (SEM) berbasis komponen atau berbasis varian dan
bertujuan untuk menilai kerangka teoritis dari perspektif model prediktif.
Penelitian ini berlandaskan pada kerangka pemikiran bahwa pemanfaatan
aplikasi/platform TIK sebagai platform komunikasi pembangunan dimaksudkan
untuk memfasilitasi mode komunikasi dialogis, berbagi pengetahuan, dan
pengembangan kapasitas petani dimotivasi oleh faktor-faktor individual dan
relasional. Di antara faktor-faktor individual yang dianalisis adalah karakteristik
demografi, sosial, ekonomi, dan orientasi budaya petani. Faktor individual lainnya
adalah keterampilan digital, efikasi-diri untuk berbagai pengetahuan atau
knowledge sharing self-efficacy (KSSE), dan resepsi aktif petani atas inisiatif
komunikasi pembangunan. Faktor relasional yang dianalisis adalah modal sosial
dan relasi kuasa sosial yang terjadi pada lingkungan VCoP di kalangan petani.
Sebagian besar responden adalah petani kecil dengan luas lahan kurang dari
0,5 hektar dan memiliki penghasilan usaha tani kurang dari Rp1.000.000 per bulan.
Temuan penelitian ini mengindikasikan bahwa faktor-faktor individual, antara lain
usia, pendidikan, pendapatan usaha tani, kepemilikan PC atau laptop (di samping
ponsel pintar), ketersediaan anggaran kuota Internet, dan orientasi budaya
berkorelasi signifikan dengan pemanfaatan aplikasi TIK digital tertentu. Sebagian
petani memiliki keterampilan digital rendah, padahal semua jenis keterampilan
digital berkorelasi sangat signifikan dan positif dengan intensitas pemanfaatan
semua aplikasi TIK digital. Selain itu, temuan penelitian ini juga mengindikasikan
pentingnya faktor psikologi dan kognitif sosial dalam pemanfaatan aplikasi TIK
digital, yaitu efikasi-diri untuk berbagi pengetahuan. Perbedaan pada karakteristik
individu petani menyebabkan ketidaksetaraan digital dan sekaligus
mengindikasikan preferensi petani terhadap pemanfaatan aplikasi/platform TIK
digital tertentu sesuai dengan karakteristiknya.
Pemanfaatan aplikasi TIK digital mengembangkan atau menguatkan modal
sosial dan relasi kuasa sosial. Modal sosial yang dikonstruksi dari hubunganhubungan
sosial pada lingkungan virtual komunitas petani sebagian besar berada
pada tingkat moderat hingga tinggi. Relasi kuasa sosial mengacu pada basis kuasa
sosial, pemberdayaan, dan kemitraan pada tingkat moderat hingga tinggi. Disparitas
pada relasi sosial ini memberikan kontribusi ketidaksetaraan pada perilaku berbagi
pengetahuan di kalangan petani.
Selanjutnya, pemanfaatan aplikasi/platform TIK digital juga memfasilitasi
mode komunikasi dialogis, berbagi pengetahuan, dan pengembangan kapasitas di
kalangan petani. Sebagian besar petani mempraktikkan prinsip-prinsip mode
komunikasi dialogis pada tingkat moderat sampai tinggi, kecuali interaktivitas pada
tingkat mendekati moderat, intensitas berbagi pengetahuan juga sebagian besar
tergolong rendah hingga moderat, dan menghasilkan disparitas dalam
pengembangan kapasitas petani dengan persentase substantial pada tingkat rendah
hingga tinggi, meskipun lebih dari 50 persen petani memersepsi pengembangan
kapasitas pada tingkat moderat.
Model pemanfaatan TIK digital untuk pengembangan kapasitas memberikan
landasan untuk memahami fenomena ketidaksetaraan digital di kalangan petani.
Akhirnya, penelitian ini menyimpulan adanya ketidaksetaraan di kalangan petani
dalam pemanfaatan TIK digital sebagai platform komunikasi pembangunan untuk
mode komunikasi dialogis, berbagi pengetahuan, dan pengembangan kapasitas
disebabkan adanya disparitas pada faktor-faktor individual dan relasional di
kalangan petani. Upaya yang disarankan untuk individu petani, pengurus kelompok
tani, penyuluh pertanian lapangan (PPL), pengembang aplikasi, admin grup
Facebook dan WAG kelompok tani, dan pengambil kebijakan untuk meningkatkan
kapasitas petani adalah mendorong individu petani lebih aktif dalam memanfaatkan
TIK digital untuk mempraktikkan mode komunikasi dialogis dan meningkatkan
perilaku berbagi pengetahuan pada lingkungan VCoP, melibatkan mereka secara
lebih efisien dan efektif dengan memperhatikan karakteristik dan kerentanan petani
kecil, serta konteks spesifik dan lokalitas.
Collections
- DT - Human Ecology [564]