Induksi Kalus dari Eksplan Jantung Pisang Kepok (Musa acuminata x balbisiana cv. Kepok)
Date
2023-08Author
Ardhani, Dhiya Nabilla
Maharijaya, Awang
Rahayu, Megayani Sri
Metadata
Show full item recordAbstract
Perbanyakan pisang kepok yang memiliki genom triploid ABB menggunakan anakan yang tumbuh dari bonggol tanaman induk. Kelemahan dari perbanyakan konvensional ini adalah tidak mampu menyediakan bibit dalam jumlah banyak secara cepat. Selain itu, tanaman yang dihasilkan berpeluang tertular patogen dari tanaman induk. Perbaikan genetik pada pisang kepok juga sulit dilakukan secara konvensional, karena adanya berbagai kendala seperti sterilitas polen, masa regenerasi yang lama, dan terbatasnya keragaman genetik. Pendekatan bioteknologi melalui kultur jaringan dapat menjadi solusi dari permasalahan tersebut. Berbagai metode kultur jaringan pisang telah banyak dilakukan, salah satunya adalah regenerasi tanaman melalui jalur embriogenesis somatik. Embriogenesis somatik dalam kultur jaringan banyak dimanfaatkan untuk memperbanyak tanaman dalam waktu yang relatif singkat. Selain itu, tanaman yang dihasilkan dari embrio somatik mempunyai kemampuan tumbuh dan berkembang di lapangan dengan baik. Induksi kalus merupakan tahapan awal yang penting dalam embriogenesis somatik secara tidak langsung. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari respon pembentukan kalus pisang kepok pada media induksi kalus terhadap penambahan 2,4-D dan BAP, sehingga diharapkan akan memperoleh informasi media tumbuh yang optimal bagi induksi kalus yang berasal dari jantung pisang kepok.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Agustus 2022 di Laboratorium Kultur Jaringan PT. ITCI Kartika Utama, Penajam Paser Utara. Eksplan yang digunakan adalah bunga jantan dari jantung pisang kepok. Prosedur penelitian ini meliputi persiapan media tanam, sterilisasi alat dan media tanam. Selanjutnya, dilakukan pengambilan eksplan, sterilisasi eksplan, dan penanaman eksplan pada media induksi. Percobaan disusun menggunakan rancangan dua faktor, yaitu 3 taraf konsentrasi 2,4-D (1, 2, dan 4 ppm) dan 3 taraf konsentrasi BAP (5, 10, 15 ppm), sehingga demikian terdapat sembilan kombinasi perlakuan ditambah media kontrol tanpa ZPT. Setiap perlakuan terdiri dari 4 botol dengan masing-masing berisi 3 eksplan perbotol. Eksplan yang diamati setiap perlakuan adalah 12 eksplan. Pengamatan dilakukan selama 30 hari. Variabel waktu muncul kalus diamati setiap hari sampai eksplan berkalus. Persentase eksplan berkalus, warna dan tekstur kalus diamati pada akhir pengamatan.
Penambahan 2,4-D dan BAP berpengaruh terhadap pembentukan kalus eksplan bunga jantan pisang kepok. Pengamatan morfologi kalus dari eksplan bunga jantan pisang kepok hasil induksi menggunakan 2,4-D dan BAP menunjukkan bahwa semua kalus yang dihasilkan berwarna putih kekuningan dan bertekstur kompak. Komposisi media yang optimal untuk induksi kalus eksplan bunga jantan pisang kepok pada penelitian ini adalah media MS dengan penambahan 2 ppm 2,4-D dan 5 ppm BAP, dengan waktu muncul kalus 13 hari setelah induksi dan persentase berkalus 79,17%. Propagation of kepok plantain (ABB) used sucker that grow from the stem of parent plant. The weakness of this conventional propagation method is can not provide seeds in large quantities rapidly. Futhermore, the plants have the possibility of infected pathogens from the parent. Genetic improvement in kapok plantain is also difficult to do by conventionally, due to pollen sterility, long regeneration period, and limited genetic diversity. A biotechnology approach through tissue culture can solve that problems. Various methods of banana tissue culture have been widely used, one of which is plant regeneration through somatic embryogenesis. Somatic embryogenesis in tissue culture is widely used to reproduce plants in a relatively short time. Besides that, plants produced from somatic embryos have an ability to grow and develop well in field. Callus induction is an important step in indirect somatic embryogenesis. The purpose of this research is to study the response of the addition of 2,4-D and BAP for callus formation on male flower explant of kepok plantain. So, that it is expected to obtain optimal growth media information for callus induction from male flowers of kepok plantain.
This research was conducted from May 2022 to August 2022 at the Tissue Culture Laboratory of PT. ITCI Kartika Utama, Penajam Paser Utara. The explants used were male flowers of kepok plantain. The procedure for this research included preparation of planting media, sterilization of tools and planting media. Next, explants were collected, explants sterilized, and explants planted in induction media. The experiment used two factors design with three concentration levels of 2,4-D (1, 2, and 4 ppm) and three concentration levels of BAP (5, 10, and 15 ppm), so that there were nine treatment combinations plus control media without PGR. Each treatment consisted of 4 bottles, each containing 3 explants per bottle. Explants observed in each treatment were 12 explants. Observations were made for 30 days after planting. The time callus appeared was observed every day until the explants had a callus. The percentage of explants with callus, colour and texture of callus were observed on the last day of observation.
The results of this research are the addition of growth regulators 2,4-D and BAP had an effect on the formation of explant callus of kepok banana male flowers. Observation of callus morphology from male flower explants of kepok banana induced using 2,4-D and BAP showed that all the callus produced was yellowish-white in color and compact in texture. The optimal medium for callus induction of male banana flower explants was MS with the addition of 2 ppm 2,4-D and 5 ppm BAP, with callus appearing time 13 days after induction and callus percentage 79.17%.
Collections
- MT - Agriculture [3782]