Analisis Transmisi Harga Bawang Merah di Provinsi Nusa Tenggara Barat
Abstract
Bawang merah merupakan salah satu komoditi hortikultura yang memiliki peranan cukup penting dan strategis di Indonesia. Salah satu wilayah dengan produksi bawang merah yang tinggi di Indonesia adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Permsalahan utama yang sering dijumpai dalam pengembangan bawang merah khususnya pada aspek off-farm yaitu disparitas dan fluktuasi harga yang tinggi. Disparitas dan fluktuasi harga yang tinggi ditingkat lembaga pemasaran akan memberikan peluang bagi pelaku pasar dalam memanipulasi harga. Hal ini dapat menyebabkan transmisi harga pada lembaga pemasaran menjadi tidak sempurna dan menciptakan inefisiensi pasar. Akibatnya, produsen tidak mendapat manfaat atas kenaikan harga di tingkat konsumen dan konsumen tidak mendapat manfaat atas penurunan harga produsen.
Tujuan dari penelitian adalah (1) Menganalisis pergerakan harga yang terjadi antara lembaga pemasaran bawang merah di Provinsi NTB; (2) Menganalisis transmisi harga antar lembaga pemasaran bawang merah di Provinsi NTB. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk data deret waktu (time series) bulanan dengan periode waktu bulan Januari 2016 hingga Desember 2021. Jenis data bulanan yang dikumpulkan berupa harga bawang merah di tingkat produsen, pedagang grosir dan harga bawang merah di tingkat konsumen yang bersumber dari Badan Pusat Statistik dan Dinas Pertanian Provinsi NTB. Penelitian ini menggunakan metode analisis CV (Coefficient of Variation) untuk melihat pergerakan harga antara lembaga pemasaran bawang merah dan metode AECM (Asymetric Error Correction Model) untuk melihat hubungan transmisi harga antar lembaga pemasaran bawang merah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pergerakan harga bawang merah berlangsung fluktuatif dengan pola pergerakan yang berbeda antara harga di tingkat produsen, pedagang grosir dan konsumen sepanjang tahun 2016-2021. Berdasarkan nilai coefisien variance (CV), harga di tingkat produsen cenderung lebih fluktuatif apabila dibandingkan dengan harga di tingkat pedagang grosir dan konsumen. Sementara itu, hasil estimasi uji asimetris transmisi harga menggunakan model AECM menunjukkan bahwa hubungan transmisi harga antar lembaga pemasaran bawang merah di Provinsi NTB terjadi secara asimetris. Pada hubungan transmisi harga antara produsen dengan pedagang grosir terjadi secara asimetris dalam jangka pendek sedangkan pada hubungan pedagang grosir dengan konsumen terjadi asimetris dalam jangka panjang. Asimetris transmisi harga antara produsen-grosir dipengaruhi oleh faktor adjusment cost sedangkan grosir-konsumen dipengaruhi oleh adanya market power di tingkat pedagang pengecer. Shallot is one of the horticultural commodities that have an important and strategic role in Indonesia. One of the areas with high shallot production in Indonesia is West Nusa Tenggara Province. The main problems that are often encountered in the development of shallots especially in the off-farm aspect, are disparities and high price fluctuations. Disparities and high price fluctuations at the level of marketing institutions will provide opportunities for market players to manipulate prices. This can cause price transmission in marketing institutions to be imperfect and create market inefficiencies. As a result, producers do not benefit from price increases at the consumer level and consumers do not benefit from producer price decreases.
The objectives of the study are (1) Analyzing the price movements that occur between shallot marketing institutions in NTB Province; (2) Analyzing price transmission between shallot marketing institutions in NTB Province. The data used in this study are secondary data in the form of monthly time series data with a time period of January 2016 to December 2021. The type of monthly data collected in the form of shallot prices at the producer level, wholesalers and shallot prices at the consumer level sourced from the Central Bureau of Statistics and the NTB Provincial Agriculture Office. This study uses the CV (Coefficient of Variation) analysis method to see the price movement between shallot marketing institutions and the AECM (Asymetric Error Correction Model) method to see the price transmission relationship between shallot marketing institutions.
The results showed that shallot price movements fluctuated with different movement patterns between prices at the producer, wholesaler and consumer levels throughout 2016-2021. Based on the coefficient of variance (CV) value, prices at the producer level tend to be more volatile when compared to prices at the wholesaler and consumer levels. Meanwhile, the estimation results of the asymmetric price transmission test using the AECM model show that the price transmission relationship between shallot marketing institutions in NTB Province occurs asymmetrically. The price transmission relationship between producers and wholesalers is asymmetric in the short term, while the relationship between wholesalers and consumers is asymmetric in the long term. Asymmetric price transmission between producer-wholesaler is influenced by the adjusment cost factor while wholesaler-consumer is influenced by the existence of market power at the retailer level.
Collections
- MT - Economic and Management [2970]