Pengaruh pemberian kapur pada tanah podsolik merah kuning terhadap dinamika populasi gulma dan persitensi herbisida pratumbuh pada pertanaman kedelai (Glycine max (L.) Merr.)
View/ Open
Date
1994Author
Rustikawati
Wiroatmodjo, Joedojono
Iswandi, Anas
Mattjik, A. Ansori
Metadata
Show full item recordAbstract
Penelitian dilakukan pada tanah Podsolik Merah Kuning
di Bengkulu. Penelitian lapang disusun berdasarkan Rancangan
Petak Terpisah (strip pidt design) yang diulang tiga
kali dalam kelompok. Dosis kapur 0.00, 0.75, 1.50 dan
2.25 ton ha-1 atau 0.0, 0.5, 1.0 dan 1.5 setara penetralan
Al-dd sebagai faktor vertikal. Sedangkan faktor horisontal
adalah cara pengendalian gulrna, yaitu tanpa pengendalian
(kontrol), pengendalian manual 20 dan 40 hari setelah
tanam (HST), pengendalian dengan alaklor 1.5 kg b.a. ha-1,
alaklor 3.0 kg b.a. ha-1, metolaklor 2.0 kg b.a. ha-1 dan
metolaklor 4.0 kg b.a. ha-1. Untuk menentukan persistensi
herbisida dilakukan uji bioassay di rumah kaca.
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat
pengaruh pemberian kapur terhadap dinamika populasi gulma,
persistensi herbisida pratumbuh dan melihat interaksi pengendalian
gulrna dengan kapur yang menyebabkan pertumbuhan
dan produksi kedelai terbaik.
Gulma dominan pada areal penelitian adalah Borreria
alata dengan nilai JND 35 persen pada 2 minggu setelah
tanam {MST) kemudian meningkat hingga 45 persen pada 10
MST. Tidak terjadi pergeseran spesies dominan dari 2 MST
sampai 10 MST. Perlakuan penyiangan manual paling efektif
menekan populasi, bobot kering dan penutupan gulma.
Perlakuan penyiangan maupun pengapuran tidak berpengaruh
terhadap tinggi dan indek luas daun kedelai. Pengaruh
penyiangan nyata terhadap bobot kering tanaman pada
10 MST. Perlakuan terbaik adalah alaklor 3.0 kg.
Produksi kedelai per petak 2m X 3m tidak dipengaruhi
oleh perlakuan penyiangan. Produksi meningkat dengan meningkatnya
pernberian kapur sampai taraf 1.50 ton ha-1 (setara
penetralan 1.0 Al-dd). Pengapuran 2.25 ton ha-1 {setara
penetralan 1.5 Al-dd) tidak lagi meningkatkan produksi
secara nyata. Peningkatan tersebut disebabkan karena
meningkatnya bobot 100 butir pada perlakuan pengapuran.
Pengapuran hingga 1.50 ton ha-1 menurunkan persistensi
herbisida di dalam tanah. Pada tingkat kapur 2.25 ton
persistensi meningkat lagi. Berdasarkan hasil
analisis lintasan, pengaruh langsung terbesar yang menentukan
konsentrasi herbisida di dalam tanah adalah Ca-dd
dan mikroorganisme tanah dengan koefisien lintas (C)
berturut-turut 0.8832 dan -0.8610.
Collections
- MT - Agriculture [3772]