Strategi Pengelolaan Ekosistem Mangrove untuk Ekowisata yang Berkelanjutan di Desa Pejarakan, Kabupaten Buleleng
Abstract
Ekosistem mangrove selain berfungsi secara fisik, juga memiliki fungsi
sebagai penyeimbang ekologi dan manfaat ekonomi. Kawasan pesisir Desa
Pejarakan termasuk dalam kawasan pariwisata Kabupaten Buleleng yang saat ini
pemanfaatan eksisting masih berupa pertambakan garam rakyat serta tambak udang
dan Keramba Jaring Apung (KJA) oleh salah satu perusahaan bernama PT. Agung
Menjangan Mas yang berlokasi di Banjar Garuda Desa Pejarakan Kabupaten
Buleleng. Sejalan dengan aktifitas perseroan, terdapat area pesisir perusahaan yang
tidak digunakan sebagai area budidaya dan belum dimanfaatkan hingga saat ini.
Tujuan penelitian adalah menyusun strategi pengelolaan ekosistem
mangrove untuk pengembangan ekowisata pesisir di Desa Pejarakan. Guna
mencapai tujuan tersebut, maka dilakukan identifikasi potensi berupa sumberdaya
mangrove, estimasi nilai ekonomi ekowisata dan analisis sosial dan kelembagaan.
Metode yang digunakan dalam identifikasi potensi ekosistem mangrove tersebut
adalah spot check method, data ekonomi dengan pendekatan benefit transfer dan
data sosial dan kelembagaan melalui depth interview terhadap key person
stakeholder berbasis purposive sampling. Adapun analisis yang digunakan adalah
Daya Dukung Kawasan (DDK), Indeks Kesesuaian Wisata (IKW), Willingness to
Pay (WTP), Travel Cost Method (TCM) dan Stakeholder Mapping serta Gap
Analysis.
Hasil penelitian diperoleh jenis mangrove yang teridentifikasi sebanyak
sembilan jenis dan lima jenis biota asosiasi pada area seluas ± 15 Ha tersebut.
Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) dari empat area penelitian dua diantaranya
termasuk dalam ketegori sesuai (S) yaitu pada area II dan III sedangkan dua area
lainnya tidak sesuai (TS). Daya Dukung Kawasan (DDK) sebanyak 177 orang/hari
dengan nilai rata-rata WTP ketika diselenggarakan ekowisata mangrove adalah Rp
78.226,00 per wisatawan dan nilai manfaat keberadaan ekowisata tersebut adalah
Rp 1.661.520.240,00/tahun dengan asumsi kunjungan wisatawan saat weekend dan
hari libur. Strategi pengelolaan berdasarkan analisis stakeholder mapping
dikemukakan berupa pengelolaan berbasis pemberdayaan masyarakat, yaitu
golongan key players pada peta stakeholder berperan sebagai koordinator dalam
merencanakan pengembangan konsep ekowisata, adapun stakeholder tersebut
yaitu; Desa Adat Pejarakan, Dinas Pariwisata, Dinas Lingkungan Hidup dan PT.
Agung Menjangan Mas. Berdasarkan analisis gap, mengacu pada kondisi terkini
dan kondisi ideal, teridentifikasi strategi pengelolaan secara teknis berupa; (i) upaya
penyelenggaraan dan/atau pelibatan pelatihan pengawasan SDKP bagi Pokmaswas
terkait oleh UPT pengampu (ii) peningkatan kinerja pokdarwis terkait kebersihan
dan ekowisata melalui dukungan BUMDES Desa Pejarakan dan pelatihan
pengelolaan wisata oleh dinas pariwisata, (iii) pengembangan ekowisata terpadu
berbasis Desa Wisata Pejarakan dan (iv) percepatan pengesahan aturan awig-awig
sebagai Perdes oleh Desa Dinas Pejarakan. In addition to functioning physically, mangrove ecosystems also have other
functions, namely as ecological balancers and as sources of economic benefits. The
coastal area of Pejarakan Village is included in the tourism area of Buleleng
Regency, and currently, the existing utilization is still limited to the form of
aquaculture areas (shrimp and salt), where one of which is managed by PT. Agung
Menjangan Mas, with shrimp cultivation located in Banjar Garuda Pejarakan
Village. In line with the company's activities, there are coastal areas owned by the
company that are not used as cultivation areas and have not been utilized optimally.
The study aims to develop a strategy for mangrove ecosystem management
as ecotourism on the coast of Pejarakan Village. To achieve this goal, mangrove
resource potential is identified through economic value estimation and institutional
analysis. The methods used in identifying potential mangrove resources are the spot
check method, economic and institutional data obtained through interviews using
the purposive sampling method, and analysis that includes area carrying capacity
(DDK), tourism suitability index (IKW), willingness to pay (WTP), travel cost
method (TCM), Stakeholder mapping, and gap analysis.
The results of the study include nine types of mangroves identified with five
types of biota associations in an area of 15 Ha. The Tourism Suitability Index
(IKW) shows that of the four study areas, two is included in the appropriate
category (S) on the II and III area, while the other two are not suitable (TS).
Regional Carrying Capacity (DDK): 177 people per day. The average value of WTP
if an ecotourism event is held is IDR 78,226.00 per visitor, with the value of the
benefits of the existence of mangrove ecotourism at IDR 1.661.520.240,00 per year
assuming weekend and holydays tourist visits. The strategy to manage this study’s
case refers to stakeholder mapping analysis by strengthening Gap analysis. Based
on stakeholder analysis, it is put forward in the form of Community Empowerment,
for the stakeholder namely Pejarakan customary village government, the tourism
office, the environmental agency and PT. Agung Menjangan Mas. Based on the gap
analysis, ideal conditions have been identified that refer to current conditions based
on key person Stakeholder, namely; (i) organizing and/or engaging SDKP
supervision training for the relevant Pokmaswas by the marine and fisheries service,
(ii) improving Pokdarwis performance related to cleanliness and mangrove
ecotourism with the support of BUMDES Pejarakan Village and tourism
management training by the tourism agency, (iii) integrated ecotourism
development based on Pejarakan Tourism Village, and (iv) accelerating the
ratification of regulations awig-awig as Perdes by the Desa Dinas Pejarakan
Collections
- MT - Fisheries [3026]