Studi Oseanografi Paparan Sunda dan Implikasinya terhadap Perikanan Pelagis Kecil di Laut Natuna dan Laut Jawa
Date
2023Author
Apriansyah, Apriansyah
Atmadipoera, Agus Saleh
Jaya, Indra
Nugroho, Dwiyoga
Akhir, Mohd Fadzil
Metadata
Show full item recordAbstract
Paparan Sunda (Sunda Shelf, SS) merupakan formasi geologis dengan platform bawah laut dangkal besar yang membentang di perairan Asia Tenggara, sebagai bagian dari landas kontinen Eurasia, dan merupakan landas kontinen terbesar dan terluas di Asia Tenggara. Perairan SS dicirikan oleh kedalamannya yang dangkal, suhu yang hangat, dan tingkat produktivitas biologis yang tinggi. Perairan SS dipengaruhi angin monsun yang kuat yang dapat menyebabkan perubahan musiman pada suhu air, kadar nutrien, dan arus laut. Perubahan ini dapat berdampak signifikan pada ekosistem laut di wilayah tersebut, distribusi dan kelimpahan organisme laut serta memengaruhi produktivitas perikanan, seperti spesies ikan pelagis kecil. Potensi produksi ikan pelagis kecil di perairan SS, yang masuk dalam Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia (WPP 711 dan 712) pada tahun 2017, mencapai 694.947 ton atau sekitar 14,24% dari seluruh total produksi ikan pelagis kecil nasional. Posisi yang strategis Paparan Sunda serta tingginya produktivitas perairan dan potensi perikanan pelagis kecil di dalamnya menjadi motivasi dan alasan penting untuk melakukan studi secara komprehensif aspek oseanografi dan perikanan, dalam rangka pengelolaan perikanan laut yang berkelanjutan di perairan SS. Beberapa pertanyaan riset penting adalah: a) Bagaimana membangun konfigurasi model sirkulasi 3-dimensi resolusi tinggi dengan gaya pembangkit (atmosfer, pasut, dan debit sungai) di Paparan Sunda?; b) Bagaimana dinamika, karakteristik, variabilitas oseanografi Laut Natuna, serta pengaruhnya terhadap perikanan pelagis kecil?; c) Bagaimana dinamika, karakteristik, dan variabilitas oseanografi Laut Jawa, serta pengarunya terhadap perikanan pelagis kecil?
Disertasi ini difokuskan untuk mengkaji karakteristik oseanografi bagian utara (Northern Sunda Shelf) dan selatan (Southern Sunda Shelf) perairan SS serta implikasinya terhadap perikanan pelagis kecil di Laut Natuna dan Laut Jawa. Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis kondisi oseanografi perairan SS adalah pemodelan sirkulasi laut 3-dimensi dengan sistem model Coastal and Regional Ocean Community (CROCO), dimana domain model dibatasi pada posisi geografis berikut: (1) perairan NSS : 0.5o LU;103o BT sampai 11.5o LU; 114o BT; (2) perairan SSS: 9.5oLS; 104o BT sampai 0.5o LU; 120o BT. Gaya pembangkit komponen atmosfer model CROCO ini menggunakan dataset dari ERA5, dengan syarat batas komponen laut dari GLORYS12V1 - CMEMS, pasang surut dari TPXO9, dan debit sungai dari GLOFAS, dengan resolusi horizontal 1/18o (6,2 km) dan 40 lapisan sigma vertikal. Simulasi model dijalankan selama 11 tahun (2009 – 2020) dengan masa spin-up selama satu tahun (2009). Keluaran model INDESO (2008 – 2014) juga dipergunakan sebagai data utama dalam penelitian ini khususnya dalam mengkaji sirkulasi perairan, khususnya di Laut Natuna. Keluaran model INDESO dan CROCO dipergunakan untuk menganalisis karakteristik oseanografi (suhu, salinitas, arus, dan chl-a/ PPN – Primary Production of Nanopythoplankton) perairan SS dengan analisis: data klimatologi, variabilitas perairan dengan metode time-series (EOF, CWT dan PSD), intensitas dan durasi kejadian upwelling, pergerakan massa air (arus laut) menggunakan perangkat lunak Ichthyop, serta hubungan antara kondisi lingkungan (suhu, salinitas, arus laut) dan produktivitas perikanan pelagis kecil di Laut Natuna dan Laut Jawa. Metode statistik dengan PCA, Uji-T, dan Uji-F juga digunakan untuk menganalisis hubungan faktor lingkungan dan perikanan pelagis kecil. Penelitian ini juga memanfaatkan data yang bersumber dari penginderaan jauh (remote sensing) berupa konsentrasi klorofil-a (chl-a) yang melingkupi dua wilayah penelitian (NSS dan SSS) dalam periode 2010 hingga 2019. Selanjutnya, data posisi kapal penangkapan ikan yang bersumber dari VIIRS Boat Detection (VBD) juga digunakan untuk menganalisis pergerakan kapal penangkapan sepanjang musim pada Laut Natuna dan Laut Jawa dengan perangkat lunak ArcGIS. Terakhir, analisis data perikanan pelagis kecil yang diperoleh dari data hasil tangkapan ikan pelagis kecil (layang – Decapterus spp., kembung – Rastrelinger kanagurta, selar – Selar spp., tembang – Sardinella fimbriata, siro/lemuru Jawa – Amblygaster sirm) dari kapal pukat cincin (purse seine) yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pemangkat, Kalimantan Barat dan PPN Pekalongan, Jawa Tengah dalam periode 2010 hingga 2019.
Penelitian disertasi ini disusun dalam tiga bagian: pertama, evaluasi model sirkulasi laut CROCO yang telah dibangun di perairan SS; kedua, kajian oseanografi paparan Sunda dan perikanan pelagis kecil di Laut Natuna; ketiga, kajian oseanografi paparan Sunda dan perikanan pelagis kecil di Laut Jawa.
Bagian pertama disertasi, dilakukan kajian mengenaii evaluasi model sirkulasi laut CROCO yang telah dibangun di perairan SS. Model dikembangkan pada bagian utara dan selatan perairan Paparan Sunda (NSS dan SSS). Evaluasi dilakukan pada beberapa parameter model (Suhu permukaan laut (SPL), Salinitas, Kecepatan arus zonal dan meridional, serta volume transport). Data pembanding digunakan keluaran model CMEMS, INDESO, dan berbagai data satelit. Hasil penting yang diperoleh dari bagian pertama disertasi ini adalah semua parameter model bersesuaian dengan data pembandingnya. Ini ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi yang tinggi (0,50 – 0,95) dan nilai RMSD dan STD yang kecil. Temuan studi dalam bagian ini mengindikasikan bahwa hasil keluaran model dapat dipergunakan untuk analisis lanjutan sesuai dengan tujuan penelitian.
Bagian kedua disertasi, dilakukan kajian mengenai kajian oseanografi paparan Sunda dan perikanan pelagis kecil di Laut Natuna. Kajian ini mengungkapkan bahwa sirkulasi paparan di NSS, dicirikan dengan pembalikan arus tepi barat di sepanjang Semenanjung Malaysia selama puncak monsun (MTL – Monsun Timur Laut dan MBD – Monsun Barat Daya), dan sirkulasi eddy siklonik (anti-clockwise) di lepas pantau utara Kepulauan Natuna selama periode MTL. Perubahan musiman sirkulasi selama periode musim yang berbeda ini turut membentuk karakteristik oseanografi berbeda. Massa air selama periode MTL dicirikan dengan massa air bersuhu rendah (<28 oC), dan salinitas tinggi (>32,6 psu). Sebaliknya pada periode MBD, massa air dicirkan dengan massa air bersuhu tinggi (>29 oC) dan salinitas rendah (<32,6 psu). Pola spasial properti massa air dapat dijelaskan dengan satu mode (ragam > 80%), yang dapat diinterpretasikan dan berhubungan dengan fluktuasi besar yang terjadi di bagian utara perairan, serta sumbu utama arus monsun/ SSTF, dengan variabilitas sinyal parameter oseanografi dominan dalam skala waktu intraseasonal, semiannual, annual hingga interannual. Analisis spasio-temporal yang dilakukan terhadap data VBD memperlihatkan dua puncak maksimum terjadi selama periode musim peralihan (April dan Oktober), dengan nilai minimum terjadi pada puncak MTL (Januari). Pusat distribusi aktivitas kapal penangkapan berada di antara Kepulauan Anambas dan Natuna, berkaitan arah sebaran partikel tak bermassa yang dilepaskan melalui eksperimen lagrangian pada masing-masing transek tiap musimnya. Temuan penting dari bagian ini adalah pusat konsentrasi kapal penangkapan ikan (VBD) dan musim penangkapan ikan pelagis kecil (layang, selar, kembung, tembang) terjadi di sepanjang musim peralihan (MP). Selama periode MP-1 hingga MP-2, dicirikan dengan kecepatan arus lemah, dan suhu hangat, yang berasosiasi karaketeristik oseanografi yang sesuai terhadap keberadaan ikan pelagis kecil di perairan ini.
Bagian ketiga disertasi, dilakukan kajian mengenai kajian oseanografi paparan Sunda dan perikanan pelagis kecil di Laut Jawa. Kajian ini mengungkapkan bahwa sirkulasi shelf di SSS dicirikan dengan pembalikan arus monsun. Arus monsun ke arah barat selama periode MT (Musim Tenggara/Timur), yang menguat di sepanjang utara Laut Jawa, membawa massa air salinitas tinggi (>33 psu), dan suhu rendah (<28,5 oC) memasuki Laut Jawa berasal dari arus M-ITF dan proses upwelling di selatan Makassar, mencapai hingga Selat Karimata di sekitar 109 oBT. Sebaliknya, selama periode MB (Musim Barat), massa air suhu tinggi (~28,5 oC) dan salinitas rendah (~32,4 psu) diadveksikan ke arah timur oleh arus monsun, yang menguat sepanjang selatan Laut Jawa. Pola spasial properti massa air dapat dijelaskan dengan satu mode (variance > 90%), yang secara jelas dapat diinterpretasikan dan berhubungan dengan jalur utama arus monsun, yang membawa massa air dengan ciri yang berbeda, arus M-ITF, posisi upwelling dan proses fisis lainnya variabilitas dengan periodisitas dominan dalam skala waktu interannual, annual, semiannual, dan intraseasonal. Analisis spasio-temporal yang dilakukan terhadap data VBD di Laut Jawa memperlihatkan adanya pergeseran musiman yang berbeda dari kapal penangkapan ikan (VBD) dimana jumlah tertinggi sebaran VBD ditemukan sepanjang utara Laut Jawa (utara lintang 5 oLS) antara periode MT dan MP-2, namun jumlah yang lebih banyak ditemukan juga di sepanjang selatan Jawa (selatan lintang 5 oLS) antara periode MB dan MP-1. Temuan penting dari bagian ini adalah pergeseran meridional (utara-selatan) dari aktivitas kapal penangkapan ikan musiman dan musim puncak penangkapan ikan pelagis kecil (layang, siro, kembung, selar dan tembang) yang terjadi pada periode musim berbeda (MT dan MB), dikontrol oleh jalur utama arus monsun tersebut yang mempengaruhi karakteristik oseanografi perairan Laut Jawa.
Dari ketiga bagian disertasi tersebut dapat dirangkum bahwa karaketeristik oseanografi Paparan Sunda dicirikan dengan adanya pembalikan arus tepi barat di semenanjung Malaysia, yang berasal dari arus Laut Cina Selatan (LCS) dan Laut Jawa, Sunda Shelf Throughflow, sirkulasi eddy siklonik, upwelling Malaysia dan Makassar, limpasan sungai, serta pembalikan arus monsun, yang berasal dari arus Makassar ITF dan arus LCS. Karakteristik oseanografi tersebut berimplikasi terhadap perikanan pelagis kecil, khususnya dalam pergeseran meridional aktivitas kapal penangkapan ikan di Laut Jawa serta pembentukan musim penangkapan ikan pelagis kecil yang terjadi pada musim peralihan (MP) di Laut Natuna dan puncak musim (MT dan MB) di Laut Jawa.
Collections
- DT - Fisheries [712]