Persepsi seniman lukis tradisi Bali terhadap konservasi burung
View/ Open
Date
1993Author
Surata, Sang Putu Kaler
Alikodra, Hadi S.
Hubeis, Aida Vitayala
S. Somadikarta
Metadata
Show full item recordAbstract
Ada kecenderungan bahwa jenis dan populasi burung di Bali semakin menurun dari tahun ,ke tahun. Padahal burung sebagai satu komponen dari keanekaragaman hayati mempunyai peranan penting dalam memelihara keseimbangan ekosistem alam. Kepunahan satu (apalagi banyak) jenis burung akan menimbulkan gangguan pada sistem ekologis lingkungan. Karena itu upaya untuk melestarikan burung harus ditingkatkan guna menekan agar laju penurunan jenis dan populasi burung dapat ditekan seminimal mungkin.
Seniman lukis tradisi Bali adalah satu potensi yang dapat
dijadikan "ujung tombak" dalam upaya meningkatkan partisipasi
masyarakat terhadap konservasi burung, sebab (1) seniman
mempunyai kedudukan yang cukup dihormati dalam sistem sosiobudaya
di Bali; (2) apresiasi seniman terhadap burung biasanya
lebih tinggi dibanding kelompok masyarakat lain; (3)
seni lukis tradisi sebagai seni budaya tumbuh dan berkembang
seiring dengan proses seleksi, adaptasi dan evolusi pada ekosistem
alam serta ekos istem sos ial; ( 4) karya lukis dari
seniman dapat menjadi media dalam pendidikan dan penyuluhan
konservasi burung.
Tetapi sebelum berperan sebagai ujung tombak, terlebih
dahulu harus ada upaya untuk menelaah persepsi seniman lukis
itu sendiri untuk mengetahui tingkat kesadaran dan pemahaman
mereka terhadap konservasi burung sehingga pada saat berperan
sebagai ujung tombak, mereka sudah mempunyai persamaan
persepsi mengenai konservasi burung. Penelitian ini terutama
berupaya mengungkap seberapa dalam persepsi seniman lukis
tradisi Bali terhadap konservasi burung. Selain itu penelitian
ini juga bertujuan mengetahui keadaan avifauna di desa
tempat seniman bermukim dan berbagai peubah yang berpengaruh
pada persepsi seniman terhadap konservasi burung.
Penelitian dilakukan pada empat desa di Bali, yaitu Oesa
Batuan, Desa Kamasan, Desa Kerambitan dan Oesa Mas (Ubud).
Tiga komponen yang ditelaah adalah avifauna (burung yang terdapat
pada desa tempat seniman bermukim), biotipe (tipe habitat
tempat burung hidup) dan persepsi seniman terhadap konservasi
burung. Data primer untuk avifauna dikumpulkan dpngan
menggunakan metode IPA (Indices Ponctuels d'Abondance), untuk
biotipe dikumpulkan dengan metode fisiognomi dan untuk persepsi
seniman terhadap konservasi burung dikumpulkan melalui
wawancara terhadap seniman terkemuka dan kuesioner yang diantar
dari pintu-kepintu pada 21 seniman yang menganut gaya lukis
Batuan, 21 seniman yang menganut gaya lukis Kamasan, 5
seniman yang menganut gaya lukis Kerambitan dan 41 seniman
yang menganut gaya lukis Ubud.