Pengembangan dan Respon Glikemik Nasi Analog Berbahan Tepung Talas Beneng Sebagai Alternatif Pangan Tinggi Serat
Date
2023-07-10Author
Fajriaty, Deannisa
Setiawan, Budi
Sinaga, Tiurma
Sulaeman, Ahmad
Metadata
Show full item recordAbstract
Beras merupakan salah satu bentuk dari makanan pokok yang paling penting
di Indonesia sebagai sumber utama karbohidrat. Beras memberikan kontribusi
energi terbesar jika dibandingkan dengan protein, buah dan sayur terhadap total
energi individu dalam sehari. Tingginya konsumsi beras secara nasional tidak
sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan masyarakat Indonesia. Sehingga
membutuhkan pangan alternatif untuk memenuhi kebutuhan. Indonesia memiliki
keragaman hayati yang cukup beragam salah satunya terdapat 77 jenis sumber
karbohidrat yang mana dapat berpotensi untuk di manfaatkan sebagai perwujudan
ketahanan pangan nasional dengan cara diversifikasi pangan (BKP 2020). Pangan
lokal yang dapat dikembangkan sebagai sumber karbohidrat yaitu talas beneng.
Talas beneng (Xanthosoma undipes K. Koch) adalah talas yang berasal dari
Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Talas beneng memiliki beberapa
keunggulan yaitu memiliki kandungan serat pangan dan protein yang lebih tinggi
dibandingkan dengan jenis talas lain seperti talas hijau, talas semir, dan talas
mentega. Selain itu, talas beneng juga memiliki kandungan pati resisten yang tinggi.
Warna kuning pada talas beneng juga menunjukkan adanya kandungan β-karoten
pada talas beneng sebesar 0,0213 mg/100 g yang berpotensi sebagai antioksidan
(Nurapriani 2010).
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengembangkan produk beras analog
berbahan dasar tepung talas beneng sebagai pangan tinggi serat. Sedangkan tujuan
khusus dari penelitian ini yaitu 1) Mengembangkan formulasi beras analog
berbahan dasar tepung talas beneng, 2) Menganalisis nilai organoleptik dan sifat
fisik (waktu pemasakan beras dan warna beras analog) berbahan dasar tepung talas
beneng, 3) Menganalisis kandungan zat gizi (karbohidrat, protein, lemak), kadar air,
kadar abu, kandungan serat pangan beras analog berbahan dasar tepung talas
beneng, 4) Menganalisis nilai indeks glikemik beras analog terpilih berbahan dasar
tepung talas beneng.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan
desain penelitian RAL (Rancangan acak lengkap). Taraf perlakuan beras analog
dengan perbandingan tepung talas beneng, tepung jagung kuning F1(25:75),
F2(50:50) dan F3 (75:25) dan ditambahkan tepung kacang kedelai kuning 5%.
Tahapan penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu penelitian pendahuluan dan
penelitian utama. Penelitian utama dilakukan dengan mengembangkan 3 formulasi
beras analog yang akan dianalisis kandungan zat gizi, analisis sifat fisik (waktu
pemasakan beras dan warna beras), analisis organoleptik, analisis kandungan serat
pangan, informasi nilai gizi produk terpilih dan pengujian indeks glikemik produk
terpilih. Data hasil penelitian diolah dengan menggunakan Microsoft Excel 2013
dan dianalisis dengan Nutrisurvey, IBM Statistical Program Social Sciences
(SPSS) versi 25 dengan menggunakan uji analisis ragam (ANOVA). Selanjutnya
jika terdapat hasil berbeda nyata akan dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan’s
Multiple Range Test dengan nilai perbedaan nyata dengan p-value kurang dari 0,05
(p<0,05).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa beras analog talas beneng mengandung
zat gizi meliputi kadar abu, kadar protein, kadar air, kadar lemak, kadar serat
pangan serta karbohidrat total sebagai kandungan proksimat utama dalam beras.
Kandungan gizi secara berurutan F1(25:75) mengandung kadar air 5%, kadar abu
1%, kadar lemak 3%, kadar protein 12%, karbohidrat 73 dan serat pangan 9%.
F2(50:50) mengandung kadar air 5%, kadar abu 1%, kadar lemak 2%, kadar protein
10%, karbohidrat 75,5 dan serat pangan 11,93%. F3(75:25) mengandung kadar air
5%, kadar abu 1%, kadar lemak 1%, kadar protein 9%, karbohidrat 78 dan serat
pangan 12,97%.
Hasil statistik one way- ANOVA kandungan zat gizi yang berbeda signifikan
adalah kadar lemak, protein dan serat pangan pada setiap formulasi. Terdapat
perbedaan pada kadar lemak disetiap formulasi dilihat dari perbandingan tepung
talas dan tepung jagung yang berbeda. Talas beneng memiliki kadar lemak yang
rendah. Namun dengan penambahan tepung kedelai 5% dalam setiap formulasi
akan meningkatkan kandungan lemak juga terhadap beras analog yang dihasilkan.
Terdapat perbedaan signifikan pada kadar protein disetiap formulasi. F2 dan F3
dengan kadar protein lebih tinggi. Hal ini dikarenakan proporsi tepung jagung di F1
lebih banyak dibandingkan F1 dan F2. Oleh karena itu, seiringnya penambahan
tepung jagung pada setiap formulasi akan meningkatkan protein. Terdapat
perbedaan signifikan pada serat pangan disetiap formulasi. Hal ini dikarenakan
seiring dengan penambahan tepung talas akan meningkatkan serat pangan.
Sehingga beras taals beneng berpotensi untuk dijadikan pangan alternatif bagi
masyarakat dalam menjaga kesehatan.
Karakteristik fisik beras analog talas beneng meliputi waktu pemasakan beras
dan warna beras.Pemasakan beras analog dengan cara konvensional menghasilkan
tekstur nasi yang optimum dan menyerupai nasi pada umumnya. Sedangkan
pemasakan beras dengan rice cooker menghasilkan nasi yang cukup lengket dan
menyatu antara satu dengan yang lainnya. Perbandingan beras dan air yang dimasak
dengan rice cooker yaitu 50 g beras: 50 ml air pada setiap formulasi berkisar 5-6
menit atau setara perbandingan beras dan air 1:1. Beras analog memiliki warna yang
cenderung sama antar formulasi. Hasil statistik menunjukkan tidak berbeda
signifikan terhadap warna beras analog. Hasil statistik terhadap karakteristik atribut
sensori tekstur dan keseluruhan dari beras dan nasi goreng analog F2 berbeda
signifikan pada tesktur, karena tekstur beras analog cenderung homogen. Hal ini
juga sejalan dengan penilaian secara keseluruhan pada beras maupun nasi goreng
analog. F2 merupakan produk terpilih dan lebih banyak disukai panelis. Selain itu
memiliki kandungan serat pangan 11,93 gr dengan kandungan serat terlarut 2,04 gr
dan serat tidak terlarut 9,93 gr. Beras analog ini dapat diklaim sebagai pangan tinggi
serat berdasarkan peraturan BPOM No.1 2022 tentang pengawasan klaim pangan
tinggi serat pangan (6 g dalam 100 g). Nilai indeks glikemik beras analog F2 adalah
85 (kategori tinggi), sehingga perlu ditambahkan kembali bahan baku lain yang
memiliki nilai IG rendah. Dengan demikian beras analog ini dapat digunakan dapat
dimanfaatkan menjadi nasi goreng
Collections
- MT - Human Ecology [2193]