dc.description.abstract | Ayam hutan hijau (Gallus Varius) adalah unggas asli Indonesia yang saat ini populasinya dikhawatirkan menurun sebagai akibat penurunan kualitas dan kuantitas habitat alamnya serta akibat penangkapan pejantan guna dijadikan bibit ayam bekisar. Agar kelangsungan hidup ayam hutan hijau tetap terjamin serta kebutuhan manusia untuk memanfaatkannya dapat terpenuhi, perlu dilakukan upaya konservasi melalui cara pembudidayaan. Untuk menunjang upaya tersebut diperlukan kelengkapan data- data dasar biofisiologinya yang sampai saat ini masih sangat langka.
Pengamatan perilaku seksual ayam hutan hijau di luar kandang dilakukan selama dua bulan guna memperoleh acuan bagi pengamatan selanjutnya. Pengamatan di dalam kandang dilakukan terhadap dua ekor pejantan dan dua ekor beti dikandangkan secara individu serta lima jantan dan lima betina yang dikandangkan berpasangan setelah enam bulan masa adaptasi. Pemeriksaan hormonal dan hematologis dilakukan delapan kali dalam selang waktu dua minggu, dari sampel darah yang diambil dari vena jugularis.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perilaku seksual ayam hutan hijau berpola khas, yang terutama ditunjukkan oleh pejantannya. Tahap prakopulasi diawali dengan 7 tanda-tanda perubahan warna muka menjadi lebih merah, peningkatan keagresifan berupa penyerangan terhadap pejantan lain di sekitarnya, serta diperdengarkannya suara kokokan dan kotekan yang khas. Selanjutnya diperlihatkan tarian percumbuan, walaupun tidak selalu mendapat tanggapan positif dari betina pasangannya. Perilaku seksual betina tidak tampak jelas, namun kopulasi hanya berlangsung saat betina pasangannya menunjukkan siap kawin dengan merundukkan tubuhnya terhadap pejantan, tanpa ada pemaksaan. Pada tahap postkopulasi pejantan mempertunjukkan tarian di seputar tubuh pasangannya…dst | id |