Show simple item record

dc.contributor.advisorManan, Syafii
dc.contributor.advisorMudikdjo, Kooswardhono
dc.contributor.advisorBunasor
dc.contributor.authorTrisaptono, Ongko
dc.date.accessioned2023-06-27T14:07:00Z
dc.date.available2023-06-27T14:07:00Z
dc.date.issued1992
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/120348
dc.description.abstractPengelolaan merupakan salah satu ha! yang sangat mendasar dalam upaya konservasi tanah dan air dalam suatu DAS. Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan DAS adalah perbedaan ketersediaan air disepanjang waktu musim, yang dapat memberikan manfaat besar atau bahkan dapat merugikan baik terhadap DAS itu sendiri, ataupun bagi orang yang memanfaatkan DAS dalam menunjang kehidupan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keadaan keseimbangan air dan erosi yang terjadi dengan adanya reboisasi, mengetahui apakah reboisasi yang tel ah dilaksanakan sesuai dari segi konservasi tanah dan air, serta mengetahui pendapatan petani dari usahatani tumpangsari. Hasil analisis ini diharapkan dapat memberikan gambaran kecenderungan keadaan erosi dan keseimbangan air yang tersedia, sehingga dapat dipakai sebagai masukan baik bagi pengelola hutan dalam menetapkan kebijakan reboisasi selanjutnya, maupun bagi petani penggarap lahan hutan dalam usaha tumpangsari sehingga dapat meningkatkan pendapatan. Penelitian ini dilaksanakan di sub DAS Manting, merupakan salah satu sub DAS Konto Hulu, yang terletak di desa Tawangsari Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, dengan luas areal 459.72 Ha. Seluruh daerah ini merupakan kawasan hutan negara, yang secara administrasi termasuk kawasan RPH (Resort Palisi Hutan) Pujon Lor, BKPH (Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan) Pujon, KPH (Kesatuan Pemangkuan Hutan) Malang. Hasil evaluasi model erosi menunjukkan bahwa secara umum erosi terbesar terjadi pada hutan tanaman dengan tingkat erosi berkisar antara l 2. 9 sampai 69. 6 kg /Ha; tumpangsari den gan tingkat erosi antara 8. 7 sampai 65. 6 kg/ha.; semak dengan tingkat erosi antara 8.6 sampai 39.2 kg /ha,; dan hutan alam dengan tingkat erosi antara 2.7 sampai 35.0 kg/ha. Hasil evaluasi dari model keseimbangan air menunjukan bahwa pada sekitar bulan Agustus sampai September air mengalami defisit, defisit terbesar terjadi bulan September yaitu sebesar 2mm. Di Jawa li sekitar bulan Juli curah hujan mulai tidak mampu mengimbangi besarnya evapotranspirasinya ; keadaan ini memuncak pada bulan September, dimana nilai hujan dikurangi dengan evapotranspirasi potensial (PPE) i alah -68 mm. Akumulasi kekurangan air (defisit) ini akan terimbangi segera setelah hujan yangjatuh mampu mengimbangi besarnya evapotranspirasi, yaitu terjadi pada bulan Oktober dengan nilai PPE sebesar +84 mm, Pada daerah penelitian , secara umum terdapat 3 (tigaJ musim tanam dalam satu tahun, dan pada saat-saat tertentu petani cenderung memberikan tanah garapannya. Musim tanam I umumnya tanaman yang di usahakan ialah kubis (Brassika o!eraceae), sawi (Brassikajuncea), dan wortel (Beta vulgaris). Pada musim tanam 2 adalah buncis (Phaseolus vulgaris), kubis (Brassika oleraceaeJ, bawang prei (Allium porrum), dan tembakau (Nicoriana rabacum L.), sedang mus im tanam 3 ialah buncis (Phaseolus vulgaris), kubis (Brassika oleraceae), bawang prd (Allium porrum), jagung (Zea mays) dan wortel (Bera vulgar is). Berdasarkan t()tal penerimaan, total pendapatan bersih dan perbandingan total biaya produksi dengan total penerimaan (RC ratio) maka pola tanam yang paling menguntungkan adalah kubis - tembakau kubis. dst ...id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.titleengaruh Reboisasi dengan Tumpangsari Terha­dap Konservasi Tanah dan Air Serta Pendapatan Petani di Sub DAS Manting, Ma­lang, Jawa Timurid
dc.typeThesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record