Analisis Pendapatan dan Pemasaran Usahatani Jambu Kristal (Psidium Guajava) Di Bojong Farm Sukabumi
Abstract
Jambu biji merupakan salah satu komoditas pertanian sub hortikultura di Indonesia yang tingkat produksinya selalu meningkat setiap tahunnya, mulai dari tahun 2018 sampai dengan 2021. Jambu kristal merupakan varietas mutasi dari jambu biji yang dikembangkan oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) dan menghasilkan buah yang lebih manis dan biji buah jambu biji yang lebih sedikit. Jambu kristal memiliki perawatan yang mudah dan harga jual yang tinggi sehingga menjadikan jambu kristal sendiri sebagai daya tarik untuk petani dalam melakukan usaha tani jambu kristal. Pemasaran jambu kristal yang efisien dan efektif menjadi hal yang penting untuk memenuhi permintaan pasar yang selalu meningkat, selain itu dengan pemasaran yang efisien secara tidak langsung akan meningkatkan pendapatan dari petani jambu kristal lebih besar. Kelompok tani (poktan) merupakan salah satu lembaga yang memiliki banyak fungsi yang bermanfaat bagi petani, salah satu fungsi-fungsi tersebut merupakan solusi bagi petani dalam mengatasi masalah produksi dan penjualan. Poktan Assosiasi Jambu Kristal Bojong Farm merupakan salah satu lembaga yang berada di Bojong Kembar, Cikembar, Sukabumi yang menjadi lembaga objek dari penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis dan membandingkan pendapatan usaha tani petani anggota dan non-anggota poktan. Metode analisis untuk mengetahui efisiensi pendapatan usaha tani jambu kristal menggunakan R/C ratio dan untuk pemasaran menggunakan marjin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran. Pendapatan R/C ratio atas biaya tunai dan biaya total usaha tani jambu kristal anggota poktan lebih baik dibandingkan non-anggota. Hal ini dikarenakan harga jual di tingkat petani anggota poktan lebih tinggi dibandingkan dengan non-anggota poktan. Hasil dari analisis efisiensi pemasaran menunjukkan bahwa pemasaran jambu biji kristal non-anggota poktan merupakan saluran pemasaran yang lebih efisien dibandingkan pemasaran anggota poktan. Hal ini dikarenakan saluran pemasaran petani non-anggota poktan lebih pendek sehingga mengakibatkan marjin pemasaran yang rendah. Analysis of Income and Marketing of Crystal Guava Farming (Psidium Guajava) at Bojong Farm Sukabumi. Supervised by NINDYANTORO. Guava is one of the sub-horticultural agricultural commodities in Indonesia whose production level always increases every year, starting from 2018 to 2021. Crystal guava is a mutated variety of guava developed by Bogor Agricultural University (IPB) and produces sweeter fruit and fewer guava seeds. Crystal guava has easy maintenance and a high selling price, making crystal guava itself an attraction for farmers in conducting crystal guava farming. Efficient and effective marketing of crystal guava is important to meet the ever-increasing market demand, and efficient marketing will indirectly increase the income of crystal guava farmers. Farmer groups (Poktan) are one of the institutions that have many functions that are beneficial to farmers, one of these functions is a solution for farmers in overcoming production and sales problems. Bojong Farm Crystal Guava Association is one of the institutions located in Bojong Kembar, Cikembar, Sukabumi which is the object institution of this research. The purpose of this research is to analyze and compare farm income of farmer members and non-members of Poktan. The analysis method to know the efficiency of crystal guava farming income using R/C ratifmeo and for marketing using marketing margin, farmer's share and profit to marketing cost ratio. The R/C ratio on cash costs and total costs of crystal guava farming of Poktan members is better than non-members. This is because the selling price at the farm level of Poktan members is higher than that of non-members. The results of the marketing efficiency analysis show that the marketing of crystal guava non- members of the farmer group is a more efficient marketing channel than the marketing of farmer group members. This is because the marketing channel for non- member farmers is shorter, resulting in low marketing margins.