Analisis ekologi-ekonomi sistem tambak tumpangsari: di RPH Poponcol, Desa Mayangan, Kabupaten Dati II Subang
View/ Open
Date
1998Author
Zuna, Helmi Yudiarsafran
Dahuri, Rokhmin
Kusmana, Cecep
Suryana, Achmad
Metadata
Show full item recordAbstract
Hutan mangrove merupakan ekosistem penyangga antara lautan dan daratan, sehingga memegang peranan penting dalam mendukung produktivitas perairan pesisir di sekitarny Luas hutan mangrove di Indonesia saat ini sekitar 3,735 juta hektar (Kusmana, 1995). Kerusakan hutan mangrove disebabkan oleh kebutuhan lahan untuk berbagai kegiatan pembangunan dan kebutuhan kayu mangrove. Untuk mempertahankan kesinam- bungan sistem produksi tambak dengan hutan mangrove sebagai tempat hidup stok induk (parental stock) udang/ikan dikembangkan konsep tambak tumpangsari (Silvofishery). Pola tambak tumpangsari saat ini dipandang sebagai pola pendekatan teknis yang cukup baik dalam pemanfaatan hutan mangrove di daerah yang berpenduduk padat dengan luas lahan yang semakin terbatas. Dengan sistem ini petani dapat memanfaatkan lahan hutan dengan pola empang parit, sehingga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan mangrove dan sekaligus memelihara kelestariannya. Masalah utama untuk menerapkan sistem ini adalah belum diketahuinya dengan pasti perbandingan luas optimal antara tambak dan hutan mangrove.