Displaced Commercial Risk dan Policy Rate Pass-through Pada Sistem Perbankan Ganda di Indonesia
Abstract
Selama periode krisis ekonomi dan moneter yang terjadi pada tahun 1997-
1998, Bank Umum Syariah (BUS) masih dapat menunjukkan kinerja yang relatif
lebih baik dibandingkan dengan lembaga keuangan konvensional. Hingga akhir
September 1998 tercatat ada sebanyak 55 bank bermasalah semuanya bank
konvensional yang terdiri dari 10 bank termasuk kategori bank beku operasi, 5
bank berkategori bank yang dikuasai pemerintah, dan 40 bank berkategori bank
dibawah pengawasan Badan Penyehatan Perbankan Nasional, BPPN
(Perwataatmaja 2002). Saat itu Bank Muamalat sebagai satu-satunya bank syariah
tidak termasuk ke dalam daftar bank bermasalah, maka cukup alasan untuk
melihat bank syariah sebagai lembaga keuangan alternatif bahkan diharapkan
dapat menjadi mainstream di negara yang berpenduduk mayoritas muslim ini.
Tetapi mulai tahun 2005 pertumbuhan bank syariah mulai melambat.
Tetapi tentu saja perlambatan ini belum tentu berarti buruk. Menurut data Bank
Indonesia, mulai tahun 2005, pertumbuhan aset mengalami penurunan yang cukup
drastis. Perkembangan dari tahun 2005 sampai 2009 memiliki rata-rata
pertumbuhan 34 persen. Sementara itu, dari sisi penghimpunan dana pihak ketiga
(DPK) dan pembiayaan menunjukkan hal yang serupa. Pertumbuhan kedua
indikator tersebut semakin melambat mulai dari tahun 2005. Untuk DPK terlihat
ada kenaikan pertumbuhan dari tahun 2008 ke 2009. Sedangkan untuk
pembiayaan, belum terlihat ada kenaikan pertumbuhan sampai akhir tahun 2009
bahkan mencapai titik pertumbuhan terendahnya pada tahun tersebut. Rata-rata
pertumbuhan DPK dan pembiayaan dari tahun 2005 sampai 2009 berturut-turut
adalah 35 persen dan 33 persen. Baik total aset, DPK maupun pembiayaan,
ketiganya sama-sama mengalami booming pertumbuhan pada tahun 2004.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah displaced commercial risk
merupakan salah satu penyumbang masalah bagi perkembangan perbankan
syariah. Displaced commercial risk merupakan risiko yang dihadapi perbankan
syariah pada sisi penghimpunan dana dimana peningkatan suku bunga simpanan
di konvensional dapat membuat nasabah berpindah menyimpan dananya dari bank
syariah ke bank konvensional. Akhirnya jumlah penghimpunan dana di bank
syariah berkurang. Hal ini dikarenakan adanya nasabah yang berperilaku profit
motivated (floating) dan adanya perbedaan sistem penetapan return di kedua
sistem perbankan tersebut. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk melihat
seberapa besar respon banking rate terhadap adanya perubahan dalam policy rate
yang sering disebut dengan derajat policy rate pass-through, baik untuk bank
syariah maupun konvensional. Untuk menjawab tujuan penelitian tersebut,
beberapa metode kuantitatif telah digunakan. Pendekatan utama yang digunakan
adalah kointegrasi Engle-Granger dan error correction model. Selain itu
digunakan pendekatan kointegrasi lain dengan menggunakan autoregressive
distributed lag (ARDL)...dst
Collections
- MT - Economic and Management [2961]