Analisis Determinan Positive Deviance Status Gizi Balita di Wilayah Miskin dengan Prevalensi Kurang Gizi Rendah dan Tinggi
View/ Open
Date
2010Author
Sab'atmaja, Sakri
Khomsan, Ali
Tanziha, Ikeu
Metadata
Show full item recordAbstract
Peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak terlepas dari peranan status gizi. Sumber daya yang berkualitas membutuhkan asupan gizi sejak masih dalam kandungan hingga lima tahun pertama kehidupan yang merupakan masa kritis pertumbuhan dan perkembangan manusia. Saat ini di Indonesia terdapat 18,4% balita kurang gizi dan 36,8% balita pendek. Kondisi ini mencerminkan bahwa status gizi masih menjadi masalah bila dibandingkan dengan ambang batas kesehatan masyarakat (>10%). Faktor selain konsumsi makanan sebagai penyebab langsung, pola asuh dan status kesehatan juga memiliki kontribusi terjadinya balita kurang gizi dan pendek, yang diperparah dengan kemiskinan. Masalah kurang gizi banyak diderita balita terutama pada keluarga miskin, namun tidak semua keluarga miskin gagal merawat anaknya sehingga jatuh ke jurang gizi buruk. Dalam kondisi miskin ternyata masih terdapat balita yang tumbuh sehat dan optimal walaupun hidup di lingkungan yang mayoritas miskin. Hal ini merupakan bukti keberhasilan keluarga dalam merawat dan mengasuh anaknya agar tumbuh optimal sesui pola yang diharapkan. Fenomena ini dinamakan positive deviance, yakni balita dapat tumbuh dengan baik dan optimal walaupun hidup dan tinggal di lingkungan yang mayoritas miskin. Masalah ini membuat penulis tertarik untuk meneliti mengapa balita dari keluarga miskin dan hidup di lingkungan miskin ternyata masih dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis determinan positive deviance status gizi balita di wilayah miskin dengan prevalensi kurang gizi rendah dan tinggi, yang akan dibedakan menurut wilayah prevalensi kurang gizi rendah (2 propinsi) dan prevalensi kurang gizi tinggi (2 propinsi). Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional, yaitu menganalisis determinan positive deviance status gizi balita pada satu waktu. Data yang digunakan sebagai analisis adalah data sekunder dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, yang diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan R I. Sampel wilayah dalam analisis ini adalah Provinsi Papua, Daerah Iistimewa Yogyakarta (DIY), Lampung dan Nangroe Aceh Darussalam (NAD). Kriteria penetapan wilayah sampel meliputi wilayah dengan kemiskinan tinggi menurut BPS tahun 2009 (>14,15%) dan prevalensi kurang gizi rendah dan tinggi (+18,4%) yang dianalisis sesuai kuadran. Pemilihan wilayah berdasarkan kuadran terbagi menjadi 4 bagian yaitu; a) kuadran 1 terdiri dari populasi dengan tingkat ekonomi baik dan status gizi baik, b) kuadran 2 terdiri dari populasi dengan tingkat ekonomi baik dan status gizi kurang, 3) kuadran 3 terdiri dari populasi dengan tingkat ekonomi kurang dan status gizi kurang dan d) kuadran 4 terdiri dari populasi dengan tingkat ekonomi kurang dan status gizi baik. Terpilih sebagai lokasi penelitian adalah kuadran 3 (NAD dan Papua) dan kuadran 4 (DIY dan Lampung), sampel penelitian adalah semua sampel RISKESDAS di wilayah terpilih dengan kriteria usia di atas 9 bulan dari keluarga miskin (kuintil 1 dan kuintil 2). Sampel dalam analisis ini sebanyak 3.494 yang dipergunakan sebagai analisis secara keseluruhan dan selanjutnya diseleksi lagi untuk analisis determinan dan diperoleh sebanyak 2.586 balita....dst
Collections
- MT - Human Ecology [2197]