Aspek Ekonomi Pengusahaan Taman Buru Masigit Kareumbi Kabupaten Sumedang Jawa Barat
Abstract
Taman Buru Masigit Kareumbi (TBMK) sebagai salah satu dari 14 taman buru yang ada di Indonesia memiliki prospek untuk diusahakan. Potensi kawasan biofisik yang meliputi luasan, aksesibilitas, kondisi topografi dan vegetasi sangat mendukung untuk dilakukan pengusahaan. Disisi lain, adanya kecenderungan peningkatan rekreasi berburu baik pemburu lokal maupun pemburu asing adalah peluang bagi pengusahaan TBMK. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aspek ekonomi pengusahaan TBMK melalui perhitungan Net Present Value (NPV), Benefits Cost Ratio (BCR) dan Internal Rate of Return (IRR) berdasarkan pertimbangan teknis dan ekologis.
Kawasan TBMK memiliki daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa, ekosistem atau gejala alam untuk dikembangkan melalui kegiatan perburuan satwa, wisata alam, kebudayaan, penelitian, ilmu pengetahuan, dan penyediaan plasma nutfah untuk budidaya. Berdasarkan hasil analisis, kegiatan utama dalam pengusahaan TBMK adalah penyusunan dokumen perencanaan, relokasi enklave, pembangunan infra struktur dan perlengkapannya. Disamping itu untuk memenuhi fungsi konservasi, maka pembinaan habitat dan pembinaan populasi harus mendapat perhatian yang besar. Dua opsi dilakukan dalam analisis ini yakni (1) pengusahaan TBMK dari perburuan dan ekowisata, (2) pengusahaan TBMK dari usaha perburuan saja. Pada kedua opsi tersebut terdapat skenario breeding di dalamnya dan tanpa breeding. Total investasi untuk opsi 1 pada masing-masing skenario adalah Rp 7.501.360.000,00 dan Rp 7.141.160.000,00. Sedangkan total investasi untuk opsi 2 untuk skenario yang sama bertutut-turut sebesar Rp 6.977.860.000,00 dan Rp 6.617.660.000,00.
Kebutuhan rusa sebagai target buru dipenuhi dengan cara introduksi pada tahun awal pengusahaan sesuai rekomendasi Ratag tahun 2006 melalui analisis ekologi populasi sebanyak 4.280 ekor. Dari jumlah tersebut dapat diperoleh jatah buru sesuai hasil panen lestari per tahun sebanyak 624 ekor terdiri dari 416 jantan (trofi) dan 208 betina (non trofi). Untuk menambah efisiensi pengelolaan dilakukan introduksi tambahan sebanyak 960 ekor untuk breeding dengan nisbah kelamin 160 jantan dan 800 betina. Perburuan rusa dapat dimulai pada tahun keempat pengusahaan.
Hasil analisis finansial menunjukkan bahwa pengusahaan TBMK dengan tarif rusa dan babi hutan 1.500 USD dan 750 USD serta 150 USD dan 100 USD (trofi dan non trofi) pada suku bunga rill 9% dari perburuan dan ekowisata diperoleh NPV Rp 50.160.631.000,00 dan BCR 1,677 (dengan breeding). Sedangkan pengusahaan tanpa breeding didapatkan NPV Rp 24.955.315.000,00 dan BCR 1,476. Pengusahaan TBMK untuk 2 skenario tersebut layak dilakukan. Pengusahaan TBMK dari usaha perburuan saja dengan skenario breeding diperoleh NPV Rp 36.896.371.000,00 dan BCR 1,548. Pengusahaan TBMK dari perburuan saja tanpa breeding menghasilkan NPV Rp 19.293.690.000,00 dan BCR 1,386. Hal ini berarti pengusahaan tersebut dapat diterima.
Collections
- MT - Professional Master [883]