Peranan Pembentukan Modal dan Infrastruktur dalam Peningkatan Produktivitas dan Efisiensi Usahatani Sayuran di Jawa Barat
View/ Open
Date
2012Author
Rachmina, Dwi
Daryanto, Arief
Tambunan, Mangara
Hakim, Dedi Budiman
Metadata
Show full item recordAbstract
Pembentukan modal dan infrastruktur merupakan faktor penting dalam
engembangan pertanian di Indonesia. Namun demikian, kondisi infrastruktur asih rendah karena adanya
fenomena misinvestment dan underinvestment pada tor pertanian Indonesia. Selain itu kemampuan
pembentukan modal internal
·saha pertanian (privat capital formation) juga masih rendah. Kondisi ini enyebabkan produktivitas
pertanian tumbuh dengan lambat yang berakibat pada
,elambatan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sektor pertanian. ementara itu, peranan
produktivitas dalam pertumbuhan PDB sangat penting mencapai 50,5 persen. Oleh karena itu kajian
tentang peranan pembentukan modal dan infrastruktur menjadi menarik dan penting.
Kajian difokuskan pada komoditas sayuran yang termasuk high value commodity, net impor, kontribusi
PDB sayuran terhadap PDB hortikultura paling tinggi namun memiliki perkembangan PDB paling
lambat dibandingkan komoditas hortikultura lainnya, serta diusahakan pada kondisi infrastruktur
yang beniariasi. Jawa Barat dipilih karena merupakan sentra produksi sayuran yang me iliki
produktivitas relatif rendah dan cenderung menurun pada periode 2005- 20 0. Penelitian ini
dilakukan pada level usahatani (farm level), mengingat sebagian besar kajian tentang pembentukan
modal dan infrastruktur dilakukan pa a level makro (agregat), regional, atau level perusahaan (firm
level). Kajian pada level usahatani belum banyak dilakukan, terutama pada usahatani sayuran.
Berdasarkan hat tersebut, maka secara umum penelitian ini bertujuan untuk memganalisis peranan
pembentukan modal dan infrastruktur dalam peningkatan proouktivitas dan efisiensi usahatani sayuran
di Jawa Barat. Beberapa tujuan kh sus, yaitu (1) menganalisis pola pembentukan modal dan
faktor-faktor yang me pengaruhi pembentukan modal usahatani sayuran, (2) menganalisis pengaruh
pembentukan modal dan infrastruktur terhadap produktivitas usahatani sayuran,
(3) menganalisis efisiensi keuntungan dan faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi keuntungan, (4)
menyusun rekomendasi kebijakan bagi peningkatan proouktivitas dan efisiensi usahatani sayuran.
Penelitian dilakukan pada sentra sayuran yaitu di Kabupaten Bandung dan Ka6upaten Garut dengan
sampel 192 unit usahatani yang tersebar pada lokasi dengan kondisi infrastruktur yang bervariasi
dan dipilih secara stratified simple ranUom sampling berdasarkan luas penguasaan lahan. Analisis
data menggunakan model persamaan simultan dan model fungsi keuntungan stokastik frontier. Unit
analisis usahatani sayuran difokuskan pada kentang dan kubis karena merupakan komoditas sayuran
utama yang diusahakan. Data utama yaitu data input output usanatani sayuran pada musim tanam
2010/2011. Data primer lain yang ai erlukan meliputi data perubahan aset usahatani periode
2006-2010, kredit u ltatani, karakteristik petani, usahatani, dan anggota keluarga, penerimaan
ahtangga, tabungan, pengeluaran rumahtangga, dan kondisi infrastruktur.
vi
Infrastruktur pada penelitian ini meliputi infrastruktur jalan, irigasi, teknologi konservasi
lahan, diversifikasi tanaman, dan teknologi benih, serta kredit usahatani. Pembentukan
modal yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu mbentukan modal tetap (fixed capita/formation)
atau disebutjuga aset tetap.
Hasil penelitian menunjukkan pembentukan modal pada usahatani sayuran cukup tinggi mencapai 8,9
juta rupiah per tahun per unit usahatani dan cenderung
, eningkat pada skala usaha yang lebih tinggi. Pembentukan modal pada sahatani Iahan luas 8
kali usahatani lahan sedang dan 12 kali lahan sempit. Lahan
. erupakan jenis aset paling dominan dalam pembentukan modal, diikuti
• k ndaraan dan peralatan. Pembentukan modal responsif terhadap keuntungan dan endidikan petani
dengan elastisitas 1,0039 dan 1,1687, namun kurang responsif erhadap infrastruktur jalan dan
irigasi. Pengeluaran rumahtangga potensial enurunkan pembentukan modal. Sementara tabungan
justru berpotensi enurunkan pembentukan modal karena tabungan tidak ditujukan untuk enambah
aset usahatani melainkan untuk cadangan pengeluaran rumahtangga ang bersifat insidental tetapi
memerlukan jumlah uang cukup besar, misalnya biaya pendidikan, biaya ibadah haji/umrah, dan biaya
perayaan-perayaan.
Produktivitas (TFP) usahatani sayuran bervariasi antara 0,61 sampai 3,08 dengan rata-rata 1,39 dan
cenderung lebih besar pada lahan yang lebih luas. Usahatani yang memiliki indeks TFP kurang dari
satu (kurang dari rata-rata seluruh usahatani) masih banyak mencapai 39,58 persen. Faktor yang
sangat mempengaruhi TFP yaitu diversifikasi tanaman, pembentukan modal, kredit usahatani,
teknologi konservasi, dan pendidikan formal petani. Teknologi benih kurang berpengaruh secara
nyata. Pengaruh infrastruktur Galan dan irigasi) terhadap TFP tidak secara langsung melainkan
melalui pembentukan modal. TFP paling responsif terhadap diversifikasi tanaman dengan elastisitas
1,6364 (elastis). Pengaruh TFP terhadap produksi sayuran kurang kuat dibandingkan luas lahan.
Keuntungan usahatani meningkat sejalan dengan peningkatan luas lahan yang dikuasai dan cenderung
terjadi gap yang besar antara usahatani lahan luas de gan lahan sempit mencapai 6 : 1. Sementara
keuntungan usahatani lahan seliang relatif tidak terlalu berbeda dengan lahan sempit. Rata-rata
keuntungan mencapai IO1,8 juta per hektar per tahun. Harga benih, harga pupuk kimia, upah temaga
kerja, dan pembentukan modal non lahan sangat mempengaruhi keuntungan usahatani sayuran.
Keuntungan usahatani sayuran tersebut belum efisien dengan rata-rata tingkat efisiensi 0,53 dan
69,9 persen usahatani sampel m miliki tingkat efisiensi < 0,70. Peningkatan infrastruktur dan
pendidikan petani berJ)eran penting dalam peningkatan efisiensi keuntungan.
Peningkatan infrastruktur secara komprehensif mampu meningkatkan pembentukan modal, TFP,
produksi dan keuntungan usahatani sayuran. Usahatani laflan sempit lebih responsif terhadap
perubahan infrastruktur. Dengan demikian, peningkatan infrastruktur sangat berperan dalam
pengembangan usahatani sa uran, terutama pada usahatani lahan sempit. Implikasi penting dari
penelitian ini yaitu kondisi infrastruktur harus ditingkatkan melalui peningkatan alokasi anggaran
dan peningkatan kapasitas lembaga pendukung secara bertahap tetapi kontinyu. Rekomendasi spesifik
lainnya yaitu peningk tan intensitas dan kualitas bimbingan kepada petani didukung oleh peningkatan
skill dan kapasitas penyuluh, ersediaan dan distribusi benih unggul perlu mendapat fasilitasi
pemerintah,
perluasan akses kredit, khususnya kredit investasi.
Collections
- DT - Agriculture [752]