Partisipasi Kelompok Masyarakat Dalam Pengelolaan Kawasan Hutan Lindung, Kasus di Hutan Lindung Gunung Nona kota Ambon Propinsi Maluku
View/ Open
Date
2010Author
Salampessy, Messalina L
Nugroho, Bramasto
Purnomo, Herry
Metadata
Show full item recordAbstract
Pengelolaan kawasan Hutan Lindung sering dihadapkan pada dilema antara
kepentingan pelestarian keanekaragaman hayati dengan kepentingan dan
kebutuhan masyarakat terhadap kawasan tersebut. Efektifitas pengelolaan
kawasan tersebut akan terganggu karena rendahnya partisipasi masyarakat dan
interaksinya yang kurang mendukung. Berbagai faktor heterogenitas masyarakat
akan mempengaruhi bentuk interaksi yang terjadi antar masyarakat dengan
kawasan tersebut. Interaksi ini dapat berdampak positif atau negatif yang
selanjutnya akan mempengaruhi efektifitas pengelolaan kawasan pelestarian alam.
Selain itu keterlibatan berbagai pihak dalam upaya pengelolaan juga turut
mempengaruhi strategi pengelolaan kawasan tersebut
Semenjak Hutan Lindung Gunung Nona ditetapkan sebagai kawasan
lindung melalui keputusan Menteri Kehutanan Nomor 430/Kpts-II/1996 tentang
kawasan hutan Gunung Sirimau dan hutan Gunung Nona, program reboisasi giat
dilakukan oleh berbagai pihak dimana hal ini mengambarkan adanya
keikutsertaan masyarakat baik secara kelembagaan maupun personal terhadap
kelestarian hutan lindung ini. Namun demikian hingga saat ini pemerintah
menemui kendala untuk mengendalikan perambahan dan meningkatnya
penebangan liar. Masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan Hutan Lindung
Gunung Nona (HLGN) masih memiliki ketergantungan erat dengan kawasan ini
dan berhubungan dengan mata pencaharian mereka dari pengelolaan dusungnya.
Dusung sebagaimana yang didefenisikan oleh Oszaer (2002) adalah areal kebun
tradisional masyarakat Maluku, dimana terdapat berbagai jenis tanaman berkayu
dan didominasi oleh jenis pohon penghasil buah-buahan, sebagian
dikombinasikan dengan tanaman-tanaman bermanfaat lainnya maupun hewan
ternak.
Faktor heterogenitas dan karakteristik (Individu dan Organisasi) yang
mempunyai hubungan erat dan berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat
dalam pengelolaan kawasan HLGN adalah Pengetahuan tentang hutan lindung,
luas penguasaan lahan dusung, status pemilikan dusung, lama keterlibatan dalam
organisasi serta hubungan pengurus dan anggota masyarakat dalam organisasi.
Melalui berorganisasi dan berpartisipasi, upaya membangun koordinasi termasuk
pertukaran informasi dan berbagai hal serta efisiensi biaya dapat diatasi. Hal ini
sejalan dengan yang dikemukan oleh Agrawal dan Gibson, 1999 bahwa lebih
seringnya interaksi-interaksi dapat menurunkan biaya-biaya untuk bagaimana
membuat keputusan-keputusan yang kolektif tersebut. Untuk itulah maka
partisipasi memberikan pilihan untuk aspirasi tiap individu dan sangat
mempengaruhi kebijakan yang dibuat. Upaya untuk mengidentifikasi dan
menjalin hubungan dengan berbagai stakeholder akan membantu masyarakat
setempat untuk mengembangkan kepercayaan diri dan meningkatkan keahliaan
bernegosiasi dengan berbagai pihak....dst
Collections
- MT - Forestry [1415]