Model pengelolaan tambak Wanamina di Delta Mahakam Kabupaten Kutai Kartanegara
View/ Open
Date
2015Author
Setiawan, Yunianto
Bengen, Dietriech G.
Pertiwi, Setyo
Kusmana, Cecep
Metadata
Show full item recordAbstract
Hutan mangrove memiliki potensi ekologi dan ekonomi yang besar. Hutan
mangrove memainkan peran penting dalam ekologi daerah pesisir dan mendukung ekosistem laut. Kondisi
eksisting Delta Mahakam dengan 85% kawasan mangrove telah rusak dan sebagian besar hutan mangrove
dikonversi menjadi tambak, membuat pemerintah melaksanakan program rehabilitasi hutan mangrove di
Delta Mahakam yang salah satu programnya adalah merubah sistem tambak ekstensif tradisional menjadi
tambak wanamina.
Wanamina adalah suatu bentuk kegiatan yang terintegrasi antara budidaya tambak air payau dengan
pengembangan mangrove pada lokasi yang sama. Konsep wanamina ini dikembangkan sebagai salah
satu bentuk budidaya perikanan berkelanjutan dengan input yang rendah. Konsep ini sudah
tliperkenalkan di Delta Mahakam sejak awal tahun 2000, namun hingga sekarang partisipasi petambak
untuk merubah sistem tambak ekstensif tradisionalnya ke iWanamina masih sangat rendah. Dengan
program rehabilitasi tarnbak yang bertujuan untuk mengembalikan ekosistem mangrove Delta Mahakam
diharapkan model pengelolaan tambak wanamina ini dapat digunakan sebagai perencanaan kawasan Delta.
Tujuan dari penelitian ini ada lima yaitu: (1) memetakan kondisi eksisting kawasan Delta Mahakam;
(2) mengetahui perubahan spasial penggunaan lahan ecara time series di Delta Mahakam; (3)
mengevaluasi kesesuaian lahan untuk budidaya tambak; (4) membuat model dari pengembangan tambak
wanamina 1Rhizophora spp. dan nipah; dan (5) merancang model pengelolaan hutan mangrove di Delta
Mahakam untuk peruntukan budidaya tambak wanamina secara berkelanjutan dan analisis kebijakannya
berdasarkan pemodelan tersebut.
Hasil penelitian menghasilkan rekomendasi kebijakan dari tiap tujuan yang tlianalisis yaitu: (1)
berdasarkan kondisi eksisting, pada saat sekarang produktifitas tambak sudah semakin menurun
dikarenakan sudah berkurangnya hutan mangrove dan umur tambak yang tua yang mengakibatkan banyak
terserang penyakit di Delta Mahakam. Oleh karena itu perlu digalakkan secara besar besaran program
rehabilitasi tambak melalui program wanamina; (2) berdasarkan analisis perubahan spasial, telah
telah terjadi konversi mangrove secara besar besaran dalam kurun waktu 25 tahun ini, yang
mengakibatkan degradasi lingkungan. Maka dari itu diperlukan strategi untuk mengembalikan kondisi
ekosistem Delta Mahakam melalui moratorium tidak ada penambahan pertambakan; (3) berdasarkan
analisis evaluasi kesesuaian lahan tambak maka clapat diambil kesimpulan banyak tambak berada pada
lokasi lahan yang tidak cocok terutama dari faktor kualitas tanah yaitu kandungan pirit yang tinggi
dan pH tanah yang rendah, strategi untuk mengatasi hal tersebut maka kawasan Delta Mahakam perlu
dibagi 3 zonasi yaitu zona sangat sesuai, sesuai dan tidak sesuai;
(4) Berdasarkan analisis finansial tambak, dapat ditarik kesimpulan bahwa tambak wanamina Rhizophora spp. berdasarkan analisis BCR layak untuk dijalankan di Delta Mahakam sedangkan
nipah tidak layak dijalankan; dan (5) Berdasarkan alisa model pengelolaan wanamina, selama kurun
waktu model dijalankan akan
te capai kondisi ideal perbandingan luasan areal mangrove dan areal pertambakan
. atla suatu kawasan budidaya memiliki rasio 60 % mangrove dibanding 40 %
• ambak dengan waktu simulasi model selama 30 tahun.
Tambak wanamina adalah solusi terbaik untuk mengembalikan kondisi
lingkungan Delta Mahakam yang telah mengalami degradasi, di sampmg
tambak mendapatkan keuntungan dari tambak, petambak juga menjaga
lingkungan dengan menanam mangrove di Delta Mahakam.