Analisis Perubahan Garis Pantai di Pantai Barat Daya Pulau Ternate, Provinsi Maluku Utara
View/ Open
Date
2012Author
Angkotasan, Motalib Abdul
Nurjaya, I Wayan
Natih, Nyoman MN
Metadata
Show full item recordAbstract
Perubahan garis pantai telah terjadi di Pantai Barat Daya Pulau Ternate. Secara teoritis, perubahan garis pantai terjadi karena faktor aktivitas manusia berupa pembangunan di sepanjang pantai (pembangunan reklamasi pantai, groin, breakwater dan jetty), aktivitas penambangan pasir dan batu. aktivitas penambangan terumbu karang dan eksploitasi hutan bakau menyebabkan rusaknya kedua ekosistem tersebut, sehingga menurunkan fungsi dan peran kedua ekosistem tersebut sebagai penghalang laju abrasi dan sedimentasai. Faktor alamiah juga menyebabkan terjadinya abrasi dan sedimentasi (aksi gelombang, arus menyusur pantai, pasang surut, badai, aktivitas vulkanik dan tsunami). Faktor utama yang dominan menyebabkan terjadinya abrasi dan sedimentasi di Pantai Barat Daya Pulau Ternate adalah aksi gelombang dan aktivitas penambangan pasir. Sampai saat ini belum ada penelitian tentang perubahan garis pantai di Pulau Ternate, untuk itu maka penelitian ini sangat penting dilakukan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis transformasi gelombang di Pantai Barat Daya Pulau Ternate. Menganalisis laju perubahan garis pantai (abrasi dan sedimentasi) di Pantai Barat Daya Pula Ternate. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa data dan informasi tentang laju perubahan garis pantai kepada Pemerintah Kota Ternate, sebagai masukan dalam proses perumasan pengelolaan kawasan Pantai Barat Daya Pulau Ternate secara berkelanjutan.
Penelitian ini dilaksanakan di Pantai Barat Daya Pulau Ternate yang terletak pada 1270.30’–1270.31’ BT dan 0074’-0075’ LU. Panjang garis pantai yang diteliti sejauh 9810 m, jumlah grid 327 titik grid (30 m per grid), diklasifikasi menjadi 5 stasiun (A-E) dari Pantai Rua sampai Pantai Ngade. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data angin rata-rata harian selama 11 tahun dari tahun 2001-2011, data batimetri dan data pasang surut. Data batimetri dianalisis untuk melihat kontur kedalaman dan kelerengan pantai, data angin dianalisis untuk mengetahui kecepatan dan arah angin serta menghitung nilai tinggi dan periode gelombang, data pasang surut dianalisis untuk mengetahu tipe pasang surut dan pola elevasi muka laut yang bertujuan untuk memvalidasi data pasang surut dalam model MIKE 21 DHI. Data tinggi dan periode gelombang dan data batimetri diinput kedalam model MIKE 21 DHI untuk menghasilkan pola transformasi gelombang. Data batimetri, transformasi gelombang dan data posisi garis pantai serta area model penelitian diinput kedalam model MIKE LITPACK DHI untuk mensimulasi proses perubahan garis pantai. Analisis Citra Landsat 7 ETM menggunakan software Ermeper 6.4 dan Arcview 3.3 untuk menganalisis perubahan garis pantai hasil citra. Hasil model kemudian di tumpang susun dengan hasil citra untuk melihat pola perubahan garis pantai dari keduanya. ...dst
Collections
- MT - Fisheries [3026]