Pengelolaan Polen Untuk Produksi Benih Melon Hibrida Sunrise Meta dan Orange Meta
View/ Open
Date
2013Author
Agustin, Heny
Palupi, Endah Retno
Suhartanto, M. Rahmat
Metadata
Show full item recordAbstract
Produksi melon di Indonesia beberapa tahun terakhir mengalami fluktuasi
yang salah satunya disebabkan oleh ketergantungan terhadap benih melon hibrida
impor. Salah satu alternatif untuk mengurangi ketergantungan benih hibrida impor
adalah perakitan varietas hibrida lokal. Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT)
telah melepas dua varietas melon hibrida lokal yaitu Sunrise Meta dan Orange
Meta pada tahun 2009. Pengembangan produksi benih hibrida tersebut telah
berjalan dengan pola kemitraan. Pola kemitraan yang dikembangkan akan menjadi
lebih efisien karena tetua jantan akan disediakan oleh pihak pemulia dalam bentuk
polen untuk mencegah penyalahgunaan plasma nutfah. Pengelolaan polen juga
bermanfaat karena petani mitra tidak perlu menanam tetua jantan sehingga
meningkatkan efisiensi penggunaan lahan penangkar benih. Oleh karena itu,
pemulia perlu untuk memproduksi, mengolah dan menyimpan polen untuk
menjamin ketersediaan polen sewaktu-waktu diperlukan dengan viabilitas tinggi.
Pengelolaan polen melon merupakan salah satu faktor penting dalam kesuksessan
produksi benih hibrida.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan produksi dan viabilitas polen
melon dalam beberapa fase pembungaan dengan penambahan unsur mikro berupa
boron, (AgNO3+Na2SO4) serta kombinasi keduanya, mempelajari viabilitas dan
daya simpan polen melon pada dua fase perkembangan bunga (saat antesis dan
sehari sebelum antesis) serta mempelajari potensi pemanfaatan polen melon yang
telah disimpan dalam produksi benih melon hibrida. Penelitian dilaksanakan di
Kebun Percobaan Tajur II, Bogor dan Laboratorium Biologi dan Biofisik Benih,
Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB pada bulan Mei 2012 hingga
Februari 2013. Penelitian terdiri atas dua percobaan dengan menggunakan dua
tetua jantan M13 dan M21 yang diuji secara terpisah. Tetua jantan melon M13
dan M21 yang ditanam tidak hanya dipanen bunganya untuk diambil polennya,
tetapi juga dilakukan penyerbukan sendiri untuk memproduksi benihnya.
Percobaan pertama bertujuan untuk meningkatkan produksi dan viabilitas
polen melalui penambahan unsur mikro, dilakukan dengan menggunakan
rancangan acak lengkap (RAL) satu faktor yang terdiri atas empat taraf, yaitu
kontrol, aplikasi boron dalam bentuk boraks 10 kg ha-1, aplikasi AgNO3
200 ppm + Na2SO4 1000 ppm, dan kombinasi perlakuan antara boron
AgNO3+Na2SO4. Pengamatan dilakukan terhadap semua bunga yang terbentuk,
yang dibagi menjadi lima fase pembungaan yaitu P1: 22-27 HST (Hari Setelah
Tanam), pemanenan bunga jantan sebelum muncul bunga betina, P2: 28-33 HST,
pemanenan bunga jantan selama muncul bunga betina, P3: 34-39 HST,
pemanenan bunga jantan selama bunga betina digunakan dalam produksi benih
tetua jantan (penyerbukan sendiri), P4: 40-45 HST dan P5: 46-51 HST,
pemanenan bunga jantan selama pembesaran buah. Percobaan kedua dilakukan
untuk mempelajari pengaruh fase perkembangan bunga (saat antesis dan sehari
sebelum antesis) dan lama penyimpanan terhadap viabilitas polen serta produksi
benih melon hibrida.
Collections
- MT - Agriculture [3683]