Sebaran Spasial Makrozoobentos dan Penggunaannya sebagai Bioindikator di Perairan Pesisir Tangerang, Banten
View/ Open
Date
2015Author
Sahidin, Asep
Setyobudiandi, Isdradjad
Wardiatno, Yusli
Metadata
Show full item recordAbstract
Pesisir merupakan wilayah yang banyak mengalami perubahan fisik
maupun fungsinya akibat kegiatan antropogenik yang mengeluarkan bahan
pencemar. Oleh sebab itu, Perlu adanya pendekatan untuk mengetahui tingkat
pencemaran wilayah pesisir. Salah satu pendekatannya adalah metode fisika-kimia
air dan metode biologi (makrozoobentos) sebagai bioindikator. Tujuan penelitian
ini untuk menentukan struktur komunitas makrozoobentos secara spasial dan
memprediksi status perairan perairan Pesisir Tangerang, Banten.
Pengambilan sampel dilakukan di perairan Pesisir Tangerang, Banten pada
Bulan April-Agustus 2013. Sample diambil dari 52 stasiun yang terbagi ke dalam
3 lokasi yaitu Kronjo (15 stasiun), Cituis (15 stasiun) dan Tanjung Pasir (22
stasiun). Sample diidentifikasi dengan menggunakan buku panduan standar
identifikasi makrozoobentos dan World Register of Marine Species
(WoRMS: http://www.marinespecies.org/index.php). Sample makrozoobentos
teridentifikasi dianalisis sebarannya dengan analisis similaritas Bray-curtis dan
Canonical Correspondence Analysis (CCA), sedangkan status perairan dianalisis
dengan metode fisika-kimia air (indeks STORET) dan metode biologi dengan
makrozoobentos sebagai bioindikator dengan AZTI Marine Biotic Index (AMBI).
Fauna makrozoobentos ditemukan sebanyak 5458 spesimen, tersebar ke
dalam 74 species dan 15 kelas. Makrozoobentos polychaeta (25 spesies)
ditemukan dengan jumlah spesies terbanyak yang didomiasi polychaeta deposit
feeder (20 spesies), diikuti kelas bivalvia dan kelas lainnya. Kepadatan
makrozoobentos tertinggi ditemukan di lokasi Tanjung Pasir (634 ind/m2), diikuti
lokasi Kronjo (595 ind/m2) dan terendah ditemukan di lokasi Cituis (177 ind/m2).
Kesimpulan penelitian ini adalah berdasarkan analisis sebaran spasial
makroozoobentos Bray-Curtis lokasi Kronjo membentuk 4 kelompok, Cituis 3
kelompok dan Tanjung Pasir 5 kelompok, dan CCA menunjukan jenis
Ophryotrocha puerilis, Clitellio arenarius dan Xantho pilipes yang bersifat
kosmopolitan ditemukan di setiap zonasi pada lokasi berbeda. Adapun analisis
status perairan lokasi Kronjo menunjukan nilai AMBI dan STORET terrendah
dengan status tercemar sedang diikuti oleh lokasi Tanjung Pasir dengan status
buruk dan lokasi Cituis ditemukan tingkat pencemaran tertinggi dengan status
sangat buruk atau terganggu berat.
Collections
- MT - Fisheries [2934]