Perbandingan Hasil Tangkapan Rajungan Dengan Menggunakan Dua Konstruksi Bubu Lipat Yang Berbeda Di Kabupaten Tangerang
Abstract
Bubu merupakan alat tangkap yang dalam pengoperasiannya membiarkan tujuan penangkapan masuk tanpa paksaan. Bubu di Kronjo adalah bubu lipat dua pintu, yang banyak dikenal nelayan di Pulau Jawa, digunakan untuk menangkap rajungan menggunakan umpan ikan asin. Di Kalimantan terdapat bubu lipat tiga pintu untuk menangkap kepiting bakau. Bubu lipat tiga pintu berasal dari Korea Selatan dan menggeser kedudukan Pintur/Rakkan yang menangkap biota yang sama. Penelitian ini bertujuan mengetahui jenis dan komposisi hasil tangkapan (HT) serta membandingkan penggunaan bubu lipat dua dan tiga pintu terhadap HT rajungan. Metode penelitian yang digunakan adalah experimental fishing. Data yang diperoleh berupa data primer dan sekunder. Hasil penelitian menunjukkan jenis HT yang diperoleh terdiri dari: rajungan (14%), keong macan (115), keong gondang (75%), dan udang barong (0%). Total HT rajungan bubu dua pintu 53 ekor dan bubu tiga pintu 11 ekor. Berat individu rajungan yang diperoleh bubu dua pintu berkisar antara 20-130 gram (rataan 65,7 gram), kisaran panjang dan lebar karapas individu adalah 3,5-6,5 cm (rataan 4,6 cm) dan 7-12,5 cm (rataan 9,3 cm). Sedangkan berat individu rajungan yang tertangkap oleh bubu tiga pintu berkisar antara 20-60 gram (rataan 45,4 gram), kisaran panjang dan lebar karapas individu yang diperoleh 3-5 cm (rataan 4,3 cm) dan 6,5-10,3 cm (rataan 7,1 cm). Dari analisis uji t student, diperoleh keputusan untuk tolak Ho yang berarti ada pengaruh konstruksi alat tangkap bubu lipat terhadap hasil tangkapan. Hal tersebut disebabkan oleh funnel yang berbentuk bulat dan kendur pada bubu tiga pintu yang menyulitkan HT masuk kedalam bubu. Berbeda dengan funnel pada bubu dua pintu, yang berbentuk horizontal sehingga memudahkan HT untuk masuk.