Model agribisnis peternakan sapi perah berkelanjutan pada kawasan pariwisata di Kabupaten Bogor : kasus Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Megamendung
View/ Open
Date
2006Author
Ridwan, Wonny Ahmad
Sutjahjo, Surjono H
Krisnamurthi, Bayu
Saefuddin, Asep
Pambudy, Rachmat
Metadata
Show full item recordAbstract
Kebutuhan susu terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat tentang perlunya gizi, namun jumlah sapi perah pengahasil susu relatif tidak bertambah. Sapi perah dapat berkembang dengan baik di dataran tinggi yang beriklim sejuk, dan pada umumnya juga menjadi tempat tujuan wisata, sehingga terdapat persaingan dalam pemanfaatan lahan untuk usaha sapi perah dan kegiatan pariwisata. Tujuan utama penelitian ini adalah melihat sampai seberapa besar tingkat keberlanjutan agribisnis sapi perah di Kecamatan Cisarua dan Kecamatan megamendung dan merumuskan kebijakan serta skenario kebijakan apa, agar agribisnis sapi perah yang berkelanjutan dapat berkembang di kawasan pariwisata. Penelitian dimulai dengan melihat tingkat kelayakan ekonomi usaha sapi perah yang ada saat ini, kemudian mengukur tingkat potensi wilayah dengan daftar Skala Prioritas Komoditas dan melihat seberapa besar tingkat berlanjutan dari wilayah tersebut untuk pengembangan sapi perah dengan RAPDAIRY sehingga diketahui atribut apa saja yang berpengaruh dalam berlanjutan agribisnis sapi perah. Analisis prilaku ekonomi dengan pendekatan ekonometrik diperlukan untuk melihat variabel mana saja yang paling berpengaruh terhadap pengembangan agribinis sapi perah yang berkelanjutan di kawasan pariwisata, kemudian besaran dan tanda dari setiap variabel yang telah didapat dalam analisis ekonometrik, dijadikan besaran dalam membuat simulasi sistem dinamis. Kelayakan ekonomi usaha sapi perah dengan memasukan faktor externalitas dinyatakan layak karena NBCR mempunyai nilai > 1,. Pada tingkat discount factor 20%. Tingkat kelayakan ekonomi usaha sapi perah sangat dipengaruhi oleh tingkat harga dan tingkat produktivitas. Daerah penelitian masuk dalam kategori sangat potensial untuk usaha sapi perah, dan mempunyai indek keberlanjutan sebesar 67,13 atau masuk dalam kategori cukup. Dimensi Keberlanjutan yang perlu ditingkatkan dengan segera adalah dimensi sosial budaya dan dimensi hukum. Daerah Penelitian hanya mampu menampung 5.700 ekor sapi perah pada kondisi lahan saat sekarang yang berbagi dengan usaha pariwisata. Kebijakan menaikan harga impor susu, dalam sistem dinamis tidak mendorong penambahan populasi sapi perah. Meningkatnya permintaan susu segar oleh industri pengolah susu, tidak mendorong terjadinya kenaikan harga susu segar ditingkat peternak. Kenaikan harga susu segar ditingkat peternak, adalah faktor insentif utama yang dapat mendorong peningkatan populasi sapi perah. Kenaikan harga BBM, dalam jangka panjang tidak menurunkan kegiatan pariwisata. Faktor penentu peningkatan jumlah wisatawan adalah kenaikan pendapatan perkapita. Daya serap lingkungan akan menurun sejalan dengan bertambahnya limbah, usaha pengelolaan limbah ternak akan meningkatkan daya serap lingkungan.