Induksi mutagen fisik pada anyelir dianthus caryophyllus Linn. dan pengujian stabilitas mutannya yang diperbanyak secara vegetatif
View/ Open
Date
2006Author
Aisyah, Syarifah
Sastrosumarjo, Sarsidi
Aswidinnoor, Hajrial
Saefuddin, Asep
Marwoto, Budi
Metadata
Show full item recordAbstract
Kurangnya varietas unggul lokal tanaman hias, termasuk anyelir menyebabkan tingginya tingkat ketergantungan Indonesia terhadap benih impor. Untuk itu perlu segera dilakukan kegiatan pemuliaan tanaman guna memperluas keragaman genetik anyelir, antara lain dengan perlakuan mutasi induksi. Pengetahuan tentang mutasi induksi fisik pada anyelir akan sangat membantu para pemulia mutasi anyelir dalam melakukan iradiasi sinar gamma pada anyelir. Hasil penelitian ini juga akan menambah sumber plasma nutfah anyelir bagi keperluan program pemuliaan tanaman selanjutnya.
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengevaluasi pengaruh iradiasi sinar gamma terhadap pembentukan anyelir mutan yang diinginkan dan menguji stabilitas mutan yang diperbanyak secara vegetatif. Iradiasi sinar gamma diberikan terhadap lima genotipe anyelir (genotipe 10.8, 11.10, 24.1, 24.14 dan 24.15), baik melalui teknik iradiasi tunggal maupun berulang, dan diberikan pada planlet dan stek pucuk sebagai jenis bahan tanamannya. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengamati radiosensitivitas dan menentukan LD50 berbagai genotipe klon anyelir terhadap iradiasi sinar gamma, (2) mendapatkan mutan solid anyelir yang potensial untuk dikembangkan, (3) menguji tingkat kestabilan mutan solid anyelir yang terbentuk akibat iradiasi sinar gamma baik melalui stek pucuk maupun melalui planlet, (4) mempelajari pola perubahan warna bunga dari berbagai warna bunga asal serta (5) mengidentifikasi keragaman genetik pada mutan terseleksi, baik secara sitologi maupun molekuler.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa iradiasi sinar gamma pada anyelir dapat menciptakan kisaran warna dan bentuk bunga yang baru tanpa mengubah karakter vegetatif penting lainnya. LD50 sinar gamma pada anyelir didapatkan sekitar 27-60 Gy untuk planlet dan sekitar 49-72 Gy untuk stek pucuk. Pada planlet, genotipe 24.1 paling tahan terhadap sinar gamma, sedangkan genotipe 10.8 merupakan genotipe yang paling sensitif terhadap sinar gamma. Pada stek pucuk, genotipe 10.8 paling tahan dan genotipe 24.15 merupakan genotipe yang paling sensitif terhadap sinar gamma.
Bahan tanaman berupa planlet lebih mudah bermutasi dibandingkan stek pucuk, teknik iradiasi tunggal masih lebih baik dari teknik berulang. Genotipe 24.1 adalah genotipe yang terbanyak membentuk mutan, sedangkan generasi MV2 adalah generasi yang paling banyak mengekspresikan karakter mutan.
Mutasi induksi fisik dengan iradiasi sinar gamma pada penelitian ini telah mampu menciptakan 106 mutan dari lima genotipe anyelir (19 mutan dari stek pucuk dan 87 mutan dari planlet) selama lima generasi. Berdasarkan karakter kualitatif bunga, penelitian ini berhasil membentuk mutan yang stabil sampai generasi kelima. Pada planlet, mutan mencapai kestabilannya pada generasi kedua (MV2) sedangkan pada stek pucuk, mutan mencapai kestabilannya pada generasi ketiga (MV3).
Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa perubahan morfologi yang terjadi pada mutan-mutan anyelir ini disebabkan oleh perubahan genetik, yang dapat diidentifikasi keragaman genetiknya melalui uji sitologi, yaitu dengan adanya perubahan bentuk, jumlah, dan ukuran kromosom tanaman mutan. ..dst
Collections
- DT - Agriculture [729]