Pengembangan Sistem Insentif Berbasis Jasa Ekosistem Dalam Pengelolaan Ekosistem Lamun (Kasus Perairan Teluk Kotania Serang Bagian Barat Provinsi Maluku)
View/ Open
Date
2014Author
Wawo, Mintje
Adrianto, Luky
Bengen, Dietriech G
Wardiatno, Yusli
Metadata
Show full item recordAbstract
Padang lamun merupakan ekosistem pesisir yang sangat bernilai ekonomi sekaligus sangat terancam kondisinya dibandingkan dengan ekosistem pesisir lainnya. Kapasitas penyerapan emisi karbon untuk mengurangi pengaruh perubahan iklim sangatlah dipengaruhi oleh kelestarian padang lamun. Namun informasi tentang keberadaan padang lamun yang dikaitkan dengan kemampuannya sebagai penyimpan karbon masih sangat terbatas, terutama di wilayah Indonesia Bagian Timur. Studi tentang pengelolaan ekosistem lamun dapat dikatakan sangat sedikit. Sebagai bagian dari vegetasi, fungsi utama lamun adalah menyerap karbon sehingga berperan pula dalam proses penyeimbangan karbon di biosfir. Fungsi pengelolaan ekosistem tidak hanya berdimensi fisik untuk menjaga kelestarian dan keberlanjutan sistem sumberdaya pesisir dan lautan, namun juga memiliki dimensi sosial. Dengan demikian diperlukan adanya penyediaan insentif bagi masyarakat yang tinggal di sekitar ekosistem lamun tersebut. Oleh karena itu, saat ini sangatlah diperlukan adanya pemberian insentif (Payment for Ecosystem Services/PES) sebagai suatu upaya guna mempertahankan keberlanjutan jasa ekosistem lamun dalam menunjang kelangsungan hidup masyarakat sekitarnya.
Tujuan penelitian ini dilakukan untuk (1) Mengidentifikasi jasa ekosistem lamun, (2) Mengkaji dinamika pemanfaatan dalam Sistem Sosial-Ekologi lamun, (3) Mengestimasi nilai sumberdaya lamun, baik dari jasa ekosistem penyedia maupun jasa ekosistem regulasi dan (4) Menyusun sistem insentif berbasis jasa ekosistem guna pengelolaan ekosistem lamun berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan di perairan Teluk Kotania, Kecamatan Piru, Seram Bagian Barat, Kabupaten Maluku Tengah, Propinsi Maluku. Lokasi penelitian meliputi Pulau Marsegu, Pulau Osi, Pulau Burung, Pulau Buntal, Pulau Tatumbu, Dusun Tamanjaya, dan Dusun Loupessy. Penelitian dilakukan secara sistematis, rasional dan obyektif terhadap semua faktor yang mempengaruhi pembayaran jasa ekosistem. Pengelolaan ekosistem lamun dikaji dengan pendekatan Sistem Sosial-Ekologi. Status ekosistem lamun dan masyarakat pesisir, menggunakan pendekatan survei ekologi dan survei sosial ekonomi. Data ini selanjutnya dianalisa menggunakan metode CLSA (Coastal Livelihood System Analysis) dan Total Nilai Ekonomi. Langkah berikutnya adalah menyusun strategi pengelolaan ekosistem lamun melalui Metode Matriks Keterkaitan dan sistem insentif.
Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut: (1) Luasan padang lamun di perairan Teluk Kotania adalah sebesar 823,615 ha, dengan kehadiran 7 jenis yakni Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii dan Halophila ovalis dari suku Hydrocharitacea, serta 4 jenis yaitu Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Halodule pinifolia, dan Syringodium isoetifolium dari suku Cymodoceaceae, (2) Total karbon tersimpan pada ketujuh jenis lamun dan sedimen di perairan Teluk Kotania adalah sebesar 32856.09 Mg C, (3) Biomassa lamun rata-rata (karbon tersimpan) dalam rhizoma...dst
Collections
- DT - Fisheries [725]