Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi dan Prestasi Akademik Siswa SD Nasima Semarang saat Pandemi COVID-19
Date
2023Author
Akbar, Aysha Ayunda
Kustiyah, Lilik
Dwiriani, Cesilia Meti
Metadata
Show full item recordAbstract
Gizi lebih di Indonesia sekarang ini merupakan masalah kesehatan dan perlu diperhatikan dengan serius. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan prevalensi anak umur 5 sampai 12 tahun di tanah air yang memiliki status gizi lebih ditemukan sebesar 20%, sedangkan di Provinsi Jawa Tengah dan Kota Semarang masing-masing sebesar 20,14% dan 27,87%. Beberapa faktor diketahui berpengaruh pada status gizi sebagai berikut: kualitas konsumsi pangan, aktivitas fisik, dan status kesehatan. Hal ini dapat menjadi faktor risiko berbagai penyakit, dan dapat berpengaruh pada kemajuan kognitif anak. Tujuan penelitian untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi dan prestasi akademik siswa sekolah dasar saat pandemi COVID-19. Penelitian cross-sectional ini dilangsungkan dari Oktober 2020 sampai Desember 2021 bertempat SD Nasima Semarang. Studi ini melibatkan 88 subjek yang dipilih secara purposive. Penelitian ini sudah memperoleh rekomendasi etik dari Komisi Etik Penelitian yang melibatkan Subjek Manusia dengan No. 381/IT3.KEPMSM-IPB/SK/2021. Data terdiri dari sosial ekonomi keluarga, karakteristik individu, dan status kesehatan yang dikumpulkan dengan mengisi lembar tanya jawab yang dipantau oleh peneliti; data tentang kualitas konsumsi pangan dan aktivitas fisik dikumpulkan melalui wawancara, masing-masing menggunakan food recall 2x24 jam dan activity recall 2x24 jam; data antropometri berupa berat badan dan tinggi badan subjek masing-masing dengan timbangan digital dan microtoise; dan data prestasi akademik diperoleh dari sekolah berupa nilai Ujian Akhir Semester (UAS). SPSS for Windows versi 21.0 digunakan untuk analisis data. Uji normalitas data menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Uji beda kualitas konsumsi pangan, aktivitas fisik, status kesehatan, status gizi, dan prestasi akademik berdasarkan jenis kelamin menggunakan Mann-Whitney; hubungan sosial ekonomi dengan kualitas konsumsi pangan, aktivitas fisik, dan status kesehatan, dan hubungan kualitas konsumsi pangan dan status kesehatan dengan status gizi dan prestasi akademik dianalisis menggunakan Spearman test; hubungan aktivitas fisik dengan status gizi dan prestasi akademik ditelaah dengan Pearson test. Hasil penelitian menunjukkan hampir seluruh subjek (94,3%) berasal dari keluarga kecil dan sedang. Sebagian besar ayah maupun ibu tamat akademi/perguruan tinggi. PNS/TNI/POLRI merupakan jenis pekerjaan paling banyak ayah (36,8%) dan ibu (35,2%) subjek. Hampir seluruh orang tua (94,3%) memiliki pendapatan lebih dari atau sama dengan UMK Kota Semarang tahun 2021 (Rp 2,810,025/bulan). Umur subjek 9-12 tahun (rata-rata 10,15±0,76 tahun). Sebagian besar subjek (81,8%) tidak mendapatkan uang saku. Subjek yang mendapat uang saku, rata-rata yang diberikan sebesar Rp 7.066,67±3927,31 per hari. Kualitas konsumsi pangan (p=0,418), status kesehatan (p=0,601) dan prestasi akademik (p=0,115) subjek laki-laki dan perempuan adalah tidak berbeda signifikan. Tingkat aktivitas fisik laki-laki (1,38±0,09) secara signifikan (p=0,044) lebih rendah daripada perempuan (1,42±0,08). Hampir seluruh subjek memiliki status kesehatan baik. Nilai Z-score IMT/U pada subjek laki-laki (1,58±1,62) signifikan(p=0,004) lebih tinggi dibandingkan perempuan (0,45±1,80). Proporsi laki-laki yang memiliki status gizi lebih (70,5%) signifikan lebih banyak daripada perempuan (38,6%). Hampir seluruh subjek memiliki prestasi akademik sangat baik. Sosial ekonomi keluarga tidak relevan hubungan kualitas konsumsi pangan dan aktivitas fisik siswa SD Nasima Semarang saat pandemi COVID-19 (p>0,05), namun pendapatan keluarga berhubungan negatif signifikan dengan status kesehatan (p<0,05). Kualitas konsumsi pangan, aktivitas fisik, dan status kesehatan tidak berhubungan dengan dengan status gizi dan prestasi akademik siswa SD Nasima Semarang (p>0,05). Sosial ekonomi keluarga yang baik tidak selalu diikuti oleh kualitas konsumsi pangan dan aktivitas fisik yang baik karena ada faktor lain, terutama faktor internal individu dan keluarga. Namun kualitas konsumsi pangan, aktivitas fisik, dan status kesehatan yang baik akan diikuti status gizi dan prestasi akademik yang lebih baik. Penelitian ini menyarankan perlu peran pemerintah setempat membuat kebijakan, sosialisasi, dan penyuluhan untuk peningkatan kualitas konsumsi pangan anak sekolah, terutama konsumsi buah, sayur dan kacang-kacangan. Konsumsi buah dan sayur sesuai anjuran Kemenkes (2014) yaitu 300-400 g/hari dengan hampir 70% nya merupakan sayur. Anjuran mengonsumsi kacang-kacangan sebanyak 2-4 porsi (setara 100-200 g tempe/hari atau 200-400 g tahu/hari). Partisipasi guru dan orang tua dapat mendukung peningkatan aktivitas fisik dengan cara penugasan dan pemantauan anak dalam melakukan aktivitas fisik atau berolahraga secara mandiri dan/atau bersama keluarga. Penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh kualitas konsumsi pangan, aktivitas fisik, dan status kesehatan terhadap status gizi dan prestasi akademik siswa sekolah dasar dalam jangka panjang dapat dilakukan dengan desain prospective cohort study dan/atau jumlah sampel lebih banyak dengan karakteristik sosial ekonomi keluarga yang lebih beragam. Overnutrition is one of many public health issues in Indonesia that requires immediate action. According to the 2018 Indonesian Basic Health Research, the prevalence of overnutrition in children aged 5 to 12 years was 20%, whereas it was 20.14% and 27.87% in Central Java Province and Semarang City, respectively. Several factors influence nutritional status, including dietary intake, physical activity, and health state. Overnutrition can put people at risk for a number of diseases. Additionally, overnutrition can affect a child's cognitive growth. This study set out to look into how primary school students fared academically and nutritionally throughout the COVID-19 pandemic. From October 2020 to December 2021, Nasima Elementary School in Semarang served as the site of this cross-sectional study. 88 people were involved in this study. The Research Ethics Commission granted Ethical Approval for this Human Subjects Study with No. 381/IT3.KEPSM-IPB/SK/2021. Self-reported questionnaires were used to gather information on family socioeconomic status, individual characteristics, and health status; interviews utilizing two 24-hour food recall and two 24-hour physical activity recall were used to gather information on food consumption and physical activity; digital scales and microtoises were used to measure the subjects' height and weight directly, and end-of-semester exams were used to collect academic achievement data from the schools. The data analysis tool was SPSS for Windows version 21.0. The normality of the data was evaluated using the Kolmogorov-Smirnov test. The Spearman test was used to examine the relationships between family socioeconomic status and food consumption quality, physical activity, and health status, and also the relationships between food consumption quality and health status with nutritional status and academic achievement. The Mann-Whitney test was used to examine differences between sexes in these variables. The results showed that small and medium-sized families made up nearly all of the participants (94.3%). Most of of the fathers and mothers have completed college or university. Most interviewees' fathers (36.8%) and mothers (35.2%) worked as civil servants, soldiers, or police. Almost all parents (94.3%) earned more than or equal to the Semarang City Regional Minimum Wage (IDR 2,810,025/month) in 2021. The average age of the participants was 10.15 ± 0.76 years, ranging from 9 to 12 years. The majority of subjects (81.8%) did not receive pocket money. On average, those who received pocket money received IDR 7,066.67 3927.31 every day. Boys' and girls' food consumption quality (p=0,418), health status (p=0,601), and academic success (p=0,115) were not substantially different. Boys' (1.38 ± 0.09) physical activity level was substantially (p=0,044) lower than girls' (1.42 ± 0.08). Most of the subjects fell under the category of being in good health. Boys' BAZ (1,58 ± 1,62) was substantially higher (p=0,004) than girls' (0,45±1,80). In comparison to girls (38.6%), boys (70.5%) had a considerably higher prevalence of overnutrition. Almost all subjects achieved very high academic achievements. During the COVID-19 pandemic, only family income had a significant correlation with children' health status at Semarang's Nasima Elementary School (p<0.05); there was no significant relationship between food consumption quality or physical activity (p>0.05). The nutritional state and academic achievement of Nasima Elementary School Semarang’s students were unrelated to food consumption quality, physical activity, or health status (p>0.05). Good family socio-economic conditions were not always followed by good food consumption quality and physical activity because there are other factors related, especially internal factors individually and family. However, good food consumption quality, physical activity and health status will be followed by better nutritional status and academic achievement. The local government may need to play a role in policymaking, socialization, and nutrition education in order to improve the quality of students' food consumption, particularly their fruits, vegetables, and legumes consumption. The Indonesian Ministry of Health (2014) advised consuming 300–400 g of fruits and vegetables/day with almost 70% of the recommended amount being a serving is vegetables. Recommended consumption of legumes is 2-4 servings (equivalent to 100-200 g of tempeh/day or 200-400 g of tofu/day). The role of teachers and parents is needed to be able to support in improving physical activity by assigning and monitoring children in carrying out physical activities or exercising independently. A prospective cohort study design and/or a larger sample size with more varied family socio-economic characteristics could be applied to upcoming studies on the effects of food consumption quality, physical activity, and health status on nutritional status and academic achievement in primary school students.
Collections
- MT - Human Ecology [2247]