Penentuan Dosis Pupuk N, P, K Optimum untuk Padi Sawah Varietas Bioemas Agritan
Abstract
Peningkatan produksi padi merupakan salah satu strategi dasar dalam upaya pencapaian ketahanan pangan nasional. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi padi adalah penggunaan varietas unggul dan pemupukan berimbang. Efisiensi pemupukan merupakan salah satu komponen penting yang menjadi salah satu tantangan dalam upaya peningkatan produksi padi. Dosis optimum N, P, dan K sangat penting dalam mencapai produksi padi yang optimum. Anjuran pemupukan padi sawah selama ini dinilai kurang efisien karena kondisi kesuburan antar wilayah sangat beragam. Penelitian untuk menentukan dosis optimum pupuk N, P, dan K untuk varietas baru yaitu varietas Bioemas Agritan perlu dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan dosis pupuk N, P, dan K optimum untuk pertumbuhan dan produktivitas padi sawah varietas Bioemas Agritan.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2022 sampai dengan Juni 2022 di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten. Penelitian terdiri atas tiga percobaan paralel yaitu percobaan pemupukan N, P, dan K menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak dengan lima taraf pupuk yaitu 0, 50, 100, 150, dan 200% dari dosis acuan. Dosis acuan yang digunakan adalah urea 300 kg ha-1 (138 kg N), SP36 75 kg ha-1 (27 kg P2O5), dan KCl 100 kg ha-1 (60 kg K2O). Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali, sehingga tiap seri percobaan terdapat 15 unit percobaan masing-masing berukuran 4 m x 5 m. Pupuk urea diaplikasikan tiga kali masing-masing ⅓ dosis pada 7, 25, dan 42 HST. Pupuk SP36 diaplikasikan seluruhnya pada 7 HST. Pupuk KCl diaplikasikan dua kali masing-masing ½ dosis pada 7 dan 42 HST.
Peningkatan dosis N 0–200% dari dosis acuan berpengaruh terhadap bobot kering daun dan tajuk fase 50% berbunga, bobot kering tajuk dan bobot kering total saat panen, laju pertumbuhan tanaman (LPT) fase primordia–50% berbunga, bobot kering batang dan biji saat panen, efisiensi serapan N saat panen, panjang malai, jumlah gabah per malai, persentase gabah terisi penuh, bobot gabah per 6,25 m-2 dan hasil gabah ha-1. Peningkatan P2O5 0-200% dari dosis acuan berpengaruh terhadap efisiensi penggunaan hara P dan jumlah malai per rumpun. Peningkatan dosis K2O 0-200% berpengaruh terhadap bobot kering daun fase 50% berbunga, bobot kering tajuk panen, bobot kering biji panen, LPT fase vegetatif-primordia, serapan hara K fase 50% berbunga, serapan hara K biji saat panen, panjang malai, dan bobot 1000 butir. Respon peubah tersebut menunjukkan pola kuadratik. Hasil dari peubah hasil gabah per hektar dikonversi menjadi hasil relatif dan dibuat persamaan kuadrat untuk menentukan dosis pemupukan N optimum varietas Bioemas Agritan yaitu 140,93% N setara dengan 422,79 kg ha-1 urea, sedangkan dosis pupuk optimum P2O5 dan K2O tidak dapat ditentukan karena hasil gabah per hektar tidak berbeda nyata. Increasing rice production is one of the basic strategies in efforts to achieve national food security. Efforts that can be made to increase rice production are the use of superior varieties and balanced fertilization. Fertilization efficiency is an important component which is one of the challenges in efforts to increase rice production. Optimum dosages of N, P, and K are very important in achieving optimum rice production. So far, suggestions for fertilizing lowland rice have been considered inefficient because fertility conditions vary widely between regions. Research to determine the optimum dosage of N, P, and K fertilizer for a new variety, Bioemas Agritan, needs to be carried out. The purpose of this study was to determine the optimum dosage of N, P, and K fertilizers for the growth and productivity of lowland rice of the Bioemas Agritan variety.
The research was conducted from February 2022 to June 2022 at the Banten Assessment Institute for Agricultural Technology. The study consisted of three parallel experiments, namely N, P, and K fertilization trials using a randomized complete block design with five fertilizer levels, namely 0, 50, 100, 150, and 200% of the reference dosage. The reference dosage used was urea 300 kg ha-1 (138 kg N), SP36 75 kg ha-1 (27 kg P2O5), and KCl 100 kg ha-1 (60 kg K2O). Each treatment was repeated three times, so that in each experimental series there were 15 experimental units, each measuring 4 m x 5 m. Urea fertilizer was applied three times ⅓ each dosage at 7, 25, and 42 DAP. SP36 fertilizer was applied entirely at 7 DAP. KCl fertilizer was applied twice, ½ dosage each at 7 and 42 DAP.
Increasing the dosage of N 0% until 200% from the reference dosage has an effect on dry weight of leaves and shoots at heading, dry weight of shoots and total dry weight at harvest, crop growth rate (CGR) at primordia until heading, stems and seeds dry weight at harvest, absorption efficiency N at harvest, panicle length, number of grain per panicle, percentage of grain filled, grain weight per 6,25 m-2 and grain yield ha-1. The increase in P2O5 0% until 200% from the reference dosage affected the efficiency of P nutrient use and the number of panicles per clump. Increasing the dosage of K2O 0% until 200% affected the leaf dry weight at heading, shoots dry weight at harvest, seeds dry weight at harvest, CGR at vegetative until primordia, K nutrient uptake at heading, seed K nutrient uptake at harvest, panicle length, and 1000 grain weight. The variable response shows a quadratic pattern. The yield of the grain yield per hectare variable was converted to relative yields and a quadratic equation was made to determine the optimum N fertilizer dosage for the Bioemas Agritan variety, namely 140,93% N equivalent to 422,79 kg ha-1 urea, while the optimum fertilizer dosages P2O5 and K2O could not be determined because the yield of grain per hectare was not significantly different.
Collections
- MT - Agriculture [3781]