Pemanfaatan Cangkang Kerang Mutiara sebagai Rumah Ikan untuk Pengembangan Perikanan Karang.
Date
2023Author
Tahapary, Jacomina
Simbolon, Domu
Zulkarnain
Wiryawan, Budy
Metadata
Show full item recordAbstract
Ekosistem terumbu karang telah mengalami degradasi yang serius seperti bleaching akibat faktor cuaca panas dan aktivitas manusia. Ditemukan praktek penangkapan yang berlebihan terhadap spesies ikan yang terancam punah serta menyebabkan kondisi terumbu menjadi rusak karena telah menjadi patahan karang (rubble). Akibat kerusakan terumbu karang memberikan pengaruh tidak hanya penurunan keragaman hayati (kelangsungan hidup ikan) tetapi juga berdampak sosial ekonomi bagi keberlanjutan usaha perikanan karena nelayan pesisir sangat bergantung pada perikanan karang. Lamanya waktu pulih terumbu karang memberikan pengaruh lambatnya pemulihan ekosistem terumbu karang, maka perlu diciptakan habitat baru yang sesuai dengan preferensi ikan karang dan biota karang lainnya. Habitat tersebut haruslah dapat menarik ikan untuk berkumpul. Sasaran utama dari penelitian ini adalah memanfaatkan limbah cangkang kerang mutiara sebagai rumah ikan untuk pemulihan ekosistem dan keberlanjutan perikanan karang. Tujuan khususnya adalah merancang desain dan konstruksi rumah ikan dari cangkang kerang mutiara dan mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberadaan ikan pada rumah ikan, mengidentifikasi bentuk aktivitas ikan (fish activity) di sekitar rumah ikan, menentukan keanekaragaman (biodiversity) pada rumah ikan dan menentukan perspektif rumah ikan sebagai daerah penangkapan (fishing ground) alternatif.
Desain rumah ikan dikonstruksikan dengan bahan beton, dengan memanfaatkan limbah cangkang kerang mutiara pada struktur bagian luar. Desain menyerupai terumbu alami yang dibuat dalam 3 (tiga) perlakuan yakni rumah ikan tanpa cangkang kerang mutiara, rumah ikan dengan cangkang kerang mutiara yang ditancapkan, dan rumah ikan dengan cangkang kerang mutiara yang direkatkan. Struktur dibangun dengan jumlah 24 unit, dengan masing-masing perlakuan berjumlah 8 unit. Struktur tersebut kemudian diletakan pada perairan dengan 2 (dua) lokasi peletakkan, yakni pada terumbu karang baik dan terumbu karang rusak. Masing-masing lokasi diletakan 12 unit dengan 4 point yang dibuat dalam konfigurasi tiap point berisi 3 struktur dengan perlakuan yang berbeda. Pengamatan terhadap kehadiran ikan dilakukan setiap 14 hari selama 6 bulan dengan metode visual sensus. Pengaruh rumah ikan terhadap kehadiran ikan menggunakan analisa ANOVA, aktivitas makan dan berlindung dianalisis secara deskriptif, kelimpahan dan keanekaragaman ikan dengan Indeks keanekaragaman Shannon-Weiner, dan untuk menentukan rumah ikan sebagai alternatif daerah penangkapan digunakan analisa tropik level.
Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan desain rumah ikan tanpa cangkang kerang mutiara memiliki preferensi ketertarikan ikan lebih tinggi dibandingkan dengan dua perlakuan lainnya, karena sebaran ikan yang merata dan peletakkan rumah ikan belum begitu lama di dasar laut. Teramati 20 famili ikan karang yang berada di sekitar rumah ikan dengan komposisi 1739 individu pada lokasi terumbu baik dan 1517 individu pada terumbu rusak. Jumlah spesies ikan yang teramati pada lokasi terumbu baik 63 spesies, dengan komposisi ikan mayor
984 individu, ikan indikator 72 individu, dan ikan target 683 individu. Pada lokasi terumbu rusak teramati 60 spesies dengan jumlah komposisi ikan mayor 684 individu, ikan indikator 82 individu, dan ikan target 751 individu.
Aktivitas ikan yang teramati yaitu aktivitas makan dan berlindung, dimana aktivitas makan yang dilakukan oleh spesies Ctenochaetus striatus (Surgeonfish) dan Zebrasoma rostratum (Surgeonfish), keduanya merupakan ikan herbivora sedang memakan makroalga yang menempel pada struktur. Aktivitas berlindung dilakukan oleh ikan karang dan organisme karang lainnya karena struktur memiliki celah dan ruang untuk mereka dapat berlindung. Spesies yang teramati berrlindung dan mendiami rumah ikan adalah Chromis opercularis (Damselfish), Ctenochaetus striatus (Surgeonfish), Pomacentrus similis (Damselfish), organisme gastropoda dari spesies Trochus niloticus, dan teripang dari spesies Pearsonothuria graeffei.
Nilai kelimpahan pada lokasi terumbu baik, ikan mayor tertinggi dengan nilai 82, ikan target 56.91, dan ikan indikator 6. Di lokasi terumbu rusak, ikan target tertinggi dengan nilai 62.58, ikan mayor 57, dan ikan indikator 6.83. Indeks kelimpahan tertinggi ikan mayor pada spesies Amblyglyphidodon curacao (Damselfish) dengan nilai 36.5, berada di rumah ikan tanpa cangkang kerang. Ikan indikator spesies Chaetodon baronessa (Butterflyfish) dengan nilai 5.00 pada rumah ikan dengan cangkang kerang ditancapkan, dan ikan target spesies Acanthurus blochii (Surgeonfish) dengan nilai 32.75 di rumah ikan tanpa cangkang kerang. Semua spesies tersebut ditemukan pada lokasi terumbu karang baik.
Indeks keanekaragaman di lokasi terumbu baik pada kelompok ikan mayor 2.309, kelompok ikan target 2.340, dan kelompok ikan indikator 1.472. Pada terumbu rusak indeks keanekaragaman kelompok ikan mayor 2.049, kelompok ikan indikator 1.840, dan kelompok ikan target 2.275. Nilai indeks keanekaragaman tergolong sedang, kondisi ini menggambarkan bahwa lingkungan perairan hanya sebagian yang tergolong baik
Ikan target lebih banyak tertangkap pada lokasi terumbu rusak dengan jumlah tangkapan 86 individu dari 8 spesies ikan karang, sedangkan pada lokasi terumbu baik berjumlah 17 individu dari 8 spesies. Tropik level hasil tangkapan berada pada tropik level 4.2 dengan dominasi ikan karnivora dan omnivora. Ikan target yang tertangkap sebagian besar berukuran remaja sehingga diindikasikan rumah ikan berperan sebagai shelter, sehingga dapat dilakukan pengembangan daerah penangkapan pada lokasi tersebut.
Rumah ikan dirancang menyerupai terumbu alami untuk memenuhi kebutuhan ikan dan organisme karang yang bertujuan untuk menghuni struktur dan berlindung di dalamnya. Struktur beton dengan menggunakan cangkang kerang mutiara memberikan konfigurasi dan modifikasi untuk menyediakan tempat bagi biota yang menempel, sehingga ikan dapat bergerak mencari makan. Nilai kelimpahan tertinggi pada ikan mayor, keanekaragaman tertinggi pada ikan target, dan hasil tangkapan yang diperoleh menunjukkan ikan ekonomis sehingga dapat dikembangkan sebagai alternatif daerah penangkapan.
Collections
- DT - Fisheries [726]