Strategi Optimalisasi Pelabuhan Internasional Bitung Melayani Ekspor Produk Perikanan
Abstract
Indonesia memiliki potensi produksi ikan yang sangat besar dimana sebagian
besar terdapat di wilayah Indonesia Timur. Konsumsi ikan Indonesia untuk ekspor
terus mengalami peningkatan dan menempati peringkat kesebelas pemasok
kebutuhan ikan di pasar global pada tahun 2021 dengan nilai ekspor mencapai
US$5,7 miliar. Tujuan pasar produk perikanan Indonesia dengan sebagian besar
ditujukan ke negara Amerika Serikat, Cina, dan Jepang, sedangkan jenis komoditas
didominasi oleh udang, tuna – cakalang – tongkol, serta cumi – sotong – gurita.
Kegiatan ekspor perikanan dari Indonesia sebagai besar dilakukan melalui
transportasi laut melalui pelabuhan intenasional dan menempatkan Pelabuhan
Tanjung Perak sebagai sebagai peringkat pertama dengan muatan sebanyak 406,5
Ribu Ton dan Pelabuhan Bitung sebagai peringkat terakhir dengan muatan
sebanyak 5,5 Ribu Ton dalam mendistribusikan produk perikanan Indonesia ke luar
negeri.
Peran Pelabuhan Bitung sebagai pintu gerbang perdagangan internasional
untuk wilayah Indonesia Timur belum berjalan secara maksimal dalam
mendistribusikan komoditas unggulan yaitu perikanan yang sebagian besar berasal
dari Indonesia Timur. Pemanfaatan Pelabuhan Bitung dalam perdagangan
internasional khususnya untuk komoditas perikanan dari wilayah Indonesia Timur
harus ditingkatkan dan dioptimalkan guna efisiensi biaya logistik melalui efisiensi
jarak tempuh ke negara tujuan ekspor.
Secara umum penelitian ini untuk menilai Pelabuhan Bitung sebagai
pelabuhan internasional dan peranannya dalam logistik perikanan di wilayah
Indonesia Timur khususnya kegiatan ekspor, sehingga tujuan dari penelitian ini
adalah menilai fasilitas operasional Terminal Peti Kemas Pelabuhan Bitung sebagai
terminal dalam kegiatan ekspor-impor, menilai Pelabuhan Bitung dengan
pelabuhan internasional lainnya di wilayah Indonesia Timur baik konektivitas dan
hubungannya, serta merumuskan strategi dalam rangka optimalisasi ekspor produk
perikanan dari wilayah Indonesia Timur melalui Pelabuhan Bitung.
Penelitian ini dilakukan selama lima bulan, mulai Juni 2022 sampai Oktober
2022 di Terminal Peti Kemas Pelabuhan Bitung serta kegiatan logistik ikan di Kota
Bitung. Penelitian ini menggunakan data primer yang diambil menggunakan teknik
pengisian kuesioner, observasi lapangan, dan wawancara mendalam, sedangkan
data sekunder didapat dari PT Pelabuhan Indonesia (Persero) serta Badan Pusat
Statistik (BPS), serta beberapa referensi penelitian terdahulu yang membantu
menjawab tujuan penelitian. Penentuan responden dalam penelitian ini
menggunakan metode purposive sampling yang terdiri dari regulator dan praktisi
meliputi dua orang dari regulator (Kementerian Perhubungan), empat orang dari
praktisi (PT Pelabuhan Indonesia (Persero), Maersk Line, AP5I, PT Mitra Mandiri
Unggu), dan satu orang dari akademisi (IPB). Analisis yang dilakukan pada
penelitian ini meliputi analisis benchmarking dengan terminal sejenis dan tingkat
operasionalnya lebih unggul, analisis konektivitas, analisis hubungan
komplementer dan kompetisi, serta analisis ANP SWOT.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa fasilitas berupa kedalaman kolam
pelabuhan dan dermaga di Terminal Peti Kemas Pelabuhan Bitung sangat layak
untuk disandari kapal-kapal internasional serta dapat melayani kegiatan bongkar
muat peti kemas baik dry container maupun reefer container yang digunakan dalam
cold chain. Kinerja operasional di terminal tergolong baik karena memiliki nilai
yang relatif sama dengan terminal pembanding, namun arus peti kemas di Terminal
Peti Kemas Pelabuhan Bitung masih belum maksimal karena sangat terkait dengan
jumlah pasokan barang dari hinterlandnya. Sebagai pelabuhan internasional,
Pelabuhan Bitung belum mendapatkan dukungan pasokan barang dari pelabuhan
lainnya di wilayah Indonesia Timur, namun sudah memiliki konektivitas pelayaran
yang baik dengan pelabuhan lainnya. Optimalisasi Pelabuhan Bitung dalam
kegiatan ekspor produk perikanan dari Bitung maupun dari wilayah lainnya di
Indonesia Timur didapatkan melalui rumusan strategi yang menghasilkan enam
alternatif strategi dan menjadikan Bitung sebagai sentra konsolidasi hasil perikanan
sebagai prioritas utama. Lima strategi lainnya saling mengiringi dan mendukung
dalam mencapai strategi utama, dengan urutan tingkat prioritas sebagai berikut
optimalisasi informasi perdagangan regional dan internasional, peningkatan dan
modernisasi fasilitas terminal, peningkatan fasilitas cold chain, mendorong
pemerintah melakukan diplomasi perdagangan, meningkatkan konektivitas
pengiriman produk perikanan. Peningkatan ekspor produk perikanan melalui
Pelabuhan Bitung akan mendorong distribusi ikan dari luar Bitung sehingga akan
meningkatan produksi industri ikan di Bitung.