Identifikasi Gen Pembawa Sifat Resistensi Asal Bakteri Vibrio Parahaemolyticus Serta Pengaruh Ekstrak Bawang Putih (Allium Sativum L) Untuk Penanggulangan Vibriosis Pada Udang Putih (Litopaneus Vannamei)
Date
2023-06-15Author
Ramadhaniah, Vetty
Indrawati, Agustin
Prasetyo, Bayu Febram
Metadata
Show full item recordAbstract
Vibriosis adalah penyakit bakteri yang sering terjadi di udang putih (Litopaneus
vannamei). Pada tahun 2009 penyakit vibriosis sangat ditakuti oleh pembudidaya udang
karena dapat menyebabkan munculnya kasus EMS (Early Mortality Syndrome) dengan
gejala kematian massal pada usia muda. Etiologi penyakit ini adalah bakteri Vibrio
parahaemolyticus. Vibriosis pada udang umumnya dapat dicegah dan diobati dengan
menggunakan antibiotik. Sayangnya penggunaan antibiotik yang tidak benar dapat memicu
resistensi multiple antibiotik.
Bawang putih (Allium sativum L) merupakan salah satu senyawa alami yang dapat
menekan pertumbuhan bakteri dan mengurangi resistensi multiple antibiotik. Penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji tingkat resistensi antibiotik terhadap bakteri Vibrio
parahaemolyticus yang diisolasi dan diidentifikasi dari udang putih. Mengidentifikasi
keberadaan gen penyandi resisten. Pemberian ekstrak bawang putih terhadap pertumbuhan
bakteri Vibrio parahemolyticus dalam pelarut etanol 96%.
Isolasi dan identifikasi bakteri Vibrio parahaemolyticus di udang putih diuji
resistensinya terhadap antibiotik seperti ampisilin, oksitetrasiklin, kloramfenikol,
enrofloksasin dan eritromisin. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode difusi
cakram Kirby-Bauer dengan tabel Clinical and Laboratory Standards Institute (CLSI) yaitu
mengukur diameter zona hambat yang mengelilingi cakram. Isolat yang resisten terhadap
antibiotik tertentu diuji terhadap keberadaan gen penyandi resisten. Kemudian dilanjutkan
dengan uji antibakteri terhadap bawang putih pada konsentrasi 20%, 40%, 60%, dan 80%.
Ekstrak bawang putih dengan maserasi menggunakan pelarut etanol 96% dan diuapkan
dengan rotary vacuum evaporator.
Hasil uji resistensi menunjukkan bahwa 30 isolat V. parahemolyticus sensitif
terhadap enrofloxacin (94%), kloramfenikol (97%) dan oksitetrasiklin (77%). Hasil uji
resistensi eritromisin pada tingkat sedang (42%) dan ampisilin dengan hasil resistensi (77%).
Bakteri yang resisten terhadap ampisilin menunjukkan adanya gen yang mengkode resistensi
protein BlaTEM dengan persentase 100% (dari 6 sampel) pada amplikon 516 bp. Antibakteri
ekstrak etanol 96% bawang putih dengan konsentrasi 20%, 40%, 60%, dan 80% dengan
diameter zona hambat rata-rata 4,9 mm, 8,4 mm, 9,4 mm dan 11,9 mm. Dapat disimpulkan
bahwa isolat V. parahaemolyticus resisten terhadap ampisilin dan terdapat gen pengkode
resistensi BlaTEM. Ekstrak bawang putih memiliki aktivitas antibakteri terhadap Vibrio
parahaemolyticus.
Collections
- MT - Veterinary Science [910]