Hubungan Kadar Small Dense LDL-C, Obesitas Sentral, dan Perilaku Makan, dengan DM, PJK, dan Stroke di Indonesia
Abstract
Indonesia menempati peringkat pertama kematian akibat penyakit kardiovaskular (PKV), dan peringkat kelima di Dunia, dam diabetes melitus merupakan faktor risiko PKV termasuk subtipe PJK dan stroke. Faktor risiko utama DM, PKV adalah obesitas terutama obesitas sentral dan dislipidemia. Dislipidemia adalah gangguan metabolisme lipid salah satunya adalah peningkatan LDL-C. sdLDL-C merupakan subtipe B LDL-C yang berukuran kecil (<25,5 nm) dan lebih bersifat aterogenik. sdLDL-C adalah penyebab pembentukan sel busa di dalam dinding arteri ‘arterial stiffening’. sdLDL-C juga berhubungan dengan DM terkait dengan obesitas dan resistensi insulin (RI) yang berhubungan dengan PKV. Obesitas terutama obesitas sentral merupakan risiko utama peningkatan sdLDL-C, DM, PJK dan stroke. Obesitas sentral merupakan gangguan metabolik yang dinilai pengukuran lingkar perut ≥90 laki-laki dan ≥80 perempuan berdasarkan kategori etnis Asia. Cut-off point lingkar perut berbeda-beda untuk tiap etnis, sehingga sangat dimungkinkan bahwa cut-off point lingkar perut sebagai ukuran obesitas sentral di Indonesia berbeda dengan batasan umumnya di Asia.
Terdapat beberapa penelitian sdLDL-C di Indonesia, yaitu pada anak-anak, subjek DM, subjek PJK, uji beda nilai perhitungan dan pemeriksaan, dan menilai hubungan IMT dan sdLDL-C. Meskipun sudah ada penelitian mengenai hubungan sdLDL-C dan obesitas, namun belum ada penelitian dengan skala nasional yang menilai hubungan sdLDL-C, obesitas sentral, DM dan PJK dan stroke. Indonesia memiliki potensi data sosial demografi, perilaku dan data terkait metabolik, sehingga sangat berpotensi untuk menilai kadar sdLDL-C dengan perhitungan, dan menilai cut-off point obesitas sentral yang mewakili populasi Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kadar sdLDL-C dalam berbagai karakteristik sosio demografi, faktor risiko perilaku dan metabolik, menganalisis hubungan sdLDL-C, obesitas sentral, DM, PJK dan stroke di Indonesia, serta menilai batasan obesitas sentral hubungannya dengan penyakit berdasarkan populasi Indonesia.
Penelitian ini menggunakan data sekunder Riset Kesehatan Dasar 2013, dilakukan sejak Februari-Juli 2022. Subjek adalah dewasa berusia 19-79 tahun yang dilakukan pemeriksaan biokimia. Total 30.548 subjek dianalisis dari 34.007 setelah dilakukan cleaning berdasarkan kriteria eksklusi. Variabel penelitian ini meliputi faktor risiko sosial demografi, perilaku dan metabolik serta status penyakit. Faktor risiko sosial demografi adalah usia, jenis kelamin, wilayah tempat tinggal, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan status ekonomi, sedangkan faktor risiko perilaku meliputi konsumsi buah sayur, konsumsi makanan/minuman manis, asin, berlemak, merokok, dan aktivitas fisik. Faktor risiko metabolik meliputi IMT, lingkar perut (LP), kadar, TC, HDL-C, LDL-C, TG, kreatinin, dan tekanan darah. Status penyakit meliputi DM, PJK, stroke dan PKV. sdLDL-C dihitung dengan menggunakan persamaan Sampson: elbLDL-C: 1.43xLDL-C – (0,14x(ln(TG)xLDLC))- 8,99, dan sdLDL-C: LDL C–elbLDL-C, dan cLDL-C (calculated LDL-C) merujuk pada perhitungan Sampson. DM ditentukan berdasarkan pemeriksaan gula darah atau diagnosa, sedangkan PJK dan stroke berdasarkan diagnosa dan gejala. Data dikategorikan berdasarkan rujukan yang relevan, kemudian dianalisis menggunakan Exel dan SPSS versi 25. Analisis data dengan Uji Mann-Withney, Kruskal-Wallis, Chi-square, regresi logistik binomial dan multinomial. Data proporsi atau prevalensi disajikan dengan mempertimbangkan persentase tertimbang populasi pada complex sample analysis, demikian pula odds ratio (OR) dan 95% CI (confidence interval).
Kadar sdLDL-C dibagi menjadi 5 bagian sama besar (kuintil) berdasarkan nilai terendah dan tertinggi, yaitu K1 (≤ 24.86 mg/dl); K2 (24,87-31,06 mg/dl); K3 (30,07-37,74 mg/dl); K4 (37,75-46,11 mg/dl) dan K5 (≥ 46,12 mg/dl). Hasil penelitian menunjukan Prevalensi dan rerata peningkatan sdLDL-C lebih tinggi pada kelompok usia 49-64 tahun, laki-laki, tinggal di wilayah perkotaan, jenis pekerjaan sebagai wiraswasta, dan berada pada kelompok status ekonomi teratas. Berdasarkan faktor risiko perilaku, prevalensi dan rerata sdLDL-C paling tinggi pada kelompok dengan riwayat merokok, Aktivitas fisik sedentari, tidak konsumsi buah dan sayur, konsumsi makan makanan dan minuman manis ≥1 kali/hari, akan tetapi prevalensi dan rerata tertinggi sdLDL-C lebih tinggi pada kelompok konsumsi makanan berlemak <1 kali per hari. Berdasarkan faktor risiko metabolik pada kuintil 5 sdLDL-C cenderung memiliki rerata IMT, LP, TC, HDL-C, LDL-C, TG, GD2PP, GDP, GDS, kreatinin, tekanan darah sistolik dan diastolik paling tinggi antar kuintil.
Obesitas sentral berhubungan berhubungan positif dengan sdLDL-C (OR=3,49; 95% CI=3,31-3,89). Kuintil 5 sdLDL-C dibandingkan kuintil 1 berhubungan dengan 3,92 kali (95% CI=3,32-4,63) kali peningkatan risiko DM, 11,01 kali (95%CI=5,00-24,23) stroke, dan 4,41 kali (95% CI=3,34-5,83) PKV. sdLDL-C tidak berhubungan dengan peningkatan risiko PJK. Obesitas sentral berhubungan dengan peningkatan 2,02 kali (95% CI=1,83-2,22) DM, 2,22 kali (95% CI=1,54-3,19) PJK, 2,24 kali (95% C1:1,54-3,26) stroke, dan 2,28 kali (95% CI: 1,76-2,95) PKV. Pada nilai K4 kuintil LP mengalami peningkatan risiko DM pada laki laki dan perempuan (OR=1,40; 95% CI=1,08-1,81 dan OR=1,62; 95% CI=1,32-1,99), demikian pula nilai K4 pada peningkatan risiko PKV (OR=2,05; 95% CI=1,11-3,80) pada laki-laki, namun tidak terlihat pada perempuan. Pada nilai K5 LP berhubungan dengan semua peningkatan risiko penyakit.
Faktor-faktor yang berhubungan positif dengan peningkatan risiko DM adalah usia, jenis kelamin, riwayat merokok, IMT, TC, LDL-C, TG, kreatinin, dan hipertensi. Faktor risiko meliputi usia, status ekonomi, riwayat merokok, konsumsi makanan asin dan berlemak, IMT, kreatinin, hipertensi, dan DM berhubungan positif dengan PJK dan stroke, selain itu LDL-C, TG berhubungan positif dengan stroke. Aktivitas fisik merupakan faktor protektif yang konsisten menurunkan risiko DM, PJK, dan stroke. Terdapat penurunan cut-off point LP untuk menilai obesitas sentral pada laki-laki hubungannya dengan peningkatan risiko DM, PJK, stroke dan PKV dalam total analisis dibandingkan dengan cut-off point Asia. sdLDL-C dan Obesitas sentral terutama merupakan instrumen yang potensial untuk digunakan dalam asesmen risiko penyakit kronik. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai cut-off point yang paling tepat untuk menilai obesitas sentral terutama pada laki-laki terkait risiko penyakit DM dan PKV.
Collections
- MT - Human Ecology [2247]