Kajian Potensi Pohon Lanskap Jalan sebagai Identitas Kabupaten Garut dan wilayah Sekitarnya
Abstract
Jalan sebagai atribut kota memiliki peran penting dalam memberikan kesan
kota. Salah satu kesannya adalah melalui pepohonan sebagai vegetasi yang paling
terlihat di pinggir jalan karena ukurannya. Kajian pohon pinggir jalan sebagai
identitas Kabupaten Garut dan sekitarnya diperlukan untuk mengoptimalkan
efektifitas fungsi jalan hijau dan sebagai bentuk upaya pelestarian tumbuhan yang
berkaitan dengan sejarah dan budaya daerah. Metode penelitian yang digunakan
adalah analisis fungsi pohon lanskap jalan, analisis estetika pohon lanskap jalan dan
wawancara dengan metode snowball sampling pada budayawan atau sejarawan.
Berdasarkan analisis fungsi pohon lanskap jalan di Kabupaten Garut dan
sekitarnya, fungsi pohon sebagai identitas daerah masih rendah. Fungsi pohon
lanskap paling tinggi adalah kualitas visual dengan nilai 69,23% dari 39 jenis pohon
lanskap jalan,hal tersebut menunjukan bahwa pemerintah daerah Kabupaten Garut
dan wilayah sekitarnya memang mengandalkan pohon lanskap jalan sebagai
penambah estetika kota. Fungsi pohon lanskap yang paling rendah adalah fungsi
pohon sebagai kontrol bunyi atau peredam kebisingan dengan nilai 7,69%,hal
tersebut disebabkan oleh kondisi penanaman yang harus rapat hanya dapat dipenuhi
oleh beberapa jenis pohon.
Berdasarkan hasil analisis estetika pohon lanskap jalan, dihasilkan 2
kategori keindahan yakni sedang dan tinggi dengan kisaran nilai 0-125. Tidak
adanya nilai rendah pada penilaian berbanding lurus dengan hasil analisis fungsi
pohon lanskap jalan yang optimal pada kualitas visual. Pada penanaman soliter
terdapat 3 lanskap dengan nilai SBE sedang dan 11 lanskap dalam kategori tinggi.
Pada penanaman massal sejenis, 17 lanskap yang dinilai termasuk kategori tinggi.
Pada penanaman kelompok campuran terdapat 7 lanskap dalam kategori sedang dan
30 lanskap dalam kategori tinggi.
Tumbuhan yang berkaitan dengan sejarah dan budaya Kabupaten Garut,
yaitu kaboa (Aegicerascorniculatum (L.) Blanco), cangkuang (Pandanusfurcatus),
kemiri (Aleuritesmoluccanus), asem (TamarindusindicaL.) dan bambu gembung
(Bambusa vulgaris Schrad. Ex Wendl.) belum digunakan di pinggir jalan
Kabupaten Garut dan sekitarnya. Tumbuhan yang paling potensial digunakan
sebagai pohon lanskap jalan adalah kemiri dan asem. Selain itu terdapat komoditas
produktif pemerintah Kabupaten Garut untuk pohon lanskap jalan yakni suren
(Toona sp.). The road as an attribute of the city has an important role in giving the
impression of the city. One of the impressions is through the trees as the most visible
vegetation on the roadside because of its size. Study of roadside trees as the identity
of Garut Regency and its surroundings is needed to optimize the effectiveness of
the green road function and as a form of plant conservation efforts related to
regional history and culture. The research method used is the analysis of the
function of the road landscape tree, the aesthetic analysis of the road landscape tree
and interviews with the snowball sampling method to humanists or historians.
Based on the analysis of the function of the road landscape tree in Garut
Regency and its surroundings, the function of trees as regional identity is still low.
The highest function of landscape trees is visual quality with a value of 69.23% of
39 types of road landscape trees,this shows that the local government of Garut
Regency and the surrounding area does rely on road landscape trees as an aesthetic
enhancer for the city. The lowest function of landscape trees is the function of trees
as sound control or noise suppression with a value of 7.69%,this is due to the tight
planting conditions that can only be met by a few types of trees.
Based on the results of the aesthetic analysis of the road landscape tree, 2
categories of beauty were produced, namely medium and high with a value range
of 0-125. The absence of low scores in the assessment is directly proportional to the
results of the analysis of the optimal function of the road landscape tree on visual
quality. In solter planting, there were 3 landscapes with moderate SBE values and
11 landscapes in the high category. In similar mass planting, 17 landscapes were
assessed in the high category. In mixed group planting, there were 7 landscapes in
the medium category and 30 landscapes in the high category.
Plants related to the history and culture of Garut Regency, namely kaboa
(Aegicerascorniculatum (L.) Blanco), cangkuang (Pandanusfurcatus), candlenut
(Aleuritesmoluccanus), tamarind (Tamarindusindica L.) and swollen bamboo
(Bambusavulgaris Schrad. Ex Wendl.) have not been used on the roadside Garut
Regency and its surroundings. The most potential plants used as road landscape
trees are candlenut and tamarind. In addition, there is a productive commodity of
the Garut Regency government for road landscape trees, namely suren (Toona sp.).
Collections
- MT - Agriculture [3782]