Sustainable Management Initiavtive For Landscape And Ecosystem (Smile) Batang Toru: Fakta Dan Asa 20221)
Abstract
Lansekap Batang Toru (LBT) memiliki luasan 249.169 ha dengan lahan berhutan seluas 139.357 ha yang merupakan habitat 67 jenis mamalia dan 287 jenis burung, termasuk orangutan tapanuli (Pongo tapanuliensis), Harimau sumatera, Tapir, dll. Selain menjadi habitat keanekaragaman hayati yang bernilai tinggi, dalam LBT terdapat kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam oleh masyarakat hingga industri ekstraktif berskala besar. Kondisi ini menuntut pengelolaan lansekap secara lintas sektor dan multi kepentingan. Secara administratif, Lansekap Batangtoru terbagi dalam 238 desa di 26 Kecamatan lintas kabupaten/kota yaitu Kabupaten Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan dan Kota Padang Sidempuan (Gambar 1).
Sustainable Management Initiative for Landscape & Ecosystem (SMILE) Batang Toru merupakan upaya sinergis seluruh aktor pembangunan dan para pihak dalam mewujudkan pengelolaan Lansekap Batang Toru (LBT) yang mendukung pembangunan wilayah serta kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan. Dalam Lokakarya Para Pihak tanggal 6-7 Februari 2018 di Bogor, disepakati pembentukan sekretariat yang memiliki fungsi memfasilitasi pembentukan kelompok-kelompok kerja selaras dengan dinamika pengelolaan LBT secara berkelanjutan. Sekretariat pokja nasional bertempat di Fakultas Kehutanan IPB, sedangkan ditingkat provinsi sekretariat berada di Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara.
Kerja sama atau kemitraan merupakan keniscayaan dalam pengelolaan lansekap, salah satu kunci untuk menciptakannya adalah membangun kesadaran kolektif dan common vision untuk merealisasikan aksi kolektif. Semangat kerja kolaboratif di LBT kemudian tertuang dalam “Komitmen Bersama Pelestarian Ekosistem Batang Toru” atau lebih dikenal sebagai “Komitmen Sipirok” yang ditandatangani para pihak pada tanggal 23 Februari 2018.
FAKTA DAN ASA SMILE BATANGTORU 2022 memperlihatkan kinerja pengelolaan kolaboratif para pihak yang telah berjalan selama 6 tahun, sekaligus sebagai medium evaluasi bersama dalam menentukan langkah ke depannya. Selama wabah COVID 19, berbagai kegiatan yang dirancang para pihak mengalami hambatan nyata. Baru pada tahun 2022 beberapa inisiatif para pihak mulai bergulir Kembali.