Pengeringan dan Ekstraksi Jahe Merah (Zingiber officinale) untuk Mempertahankan Mutu dan Meningkatkan Rendemen
Date
2023Author
Nasution, Addiena Syahvina
Hasbullah, Rokhani
Hartulistiyoso, Edy
Metadata
Show full item recordAbstract
Jahe merah merupakan bahan alami yang dimanfaatkan sebagai obat-obatan herbal yang memiliki potensi aktivitas antioksidan, antiinflamasi, antirematik, anti mikroba, dan antidiabetik. Potensi farmakologis pada jahe merah ini berkaitan dengan kandungan senyawa bioaktif sekunder yang terdiri dari gingerol, shogaol, paradol, fenol, dan flavonoid. Komposisi dari senyawa-senyawa ini dapat mempengaruhi aktivitas antioksidan pada jahe merah. Umumnya jahe merah diproses dan disimpan dalam bentuk bubuk untuk mempertahankan mutu selama penyimpanan. Pengeringan merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk menurunkan kadar air bahan, sehingga bahan tersebut dapat dipertahankan mutunya dan disimpan dalam waktu yang lama. Pengeringan dengan menggunakan suhu rendah dianjurkan dalam pengolahan jahe merah menjadi simplisia untuk mempertahankan kandungan bioaktif jahe merah. Maserasi diperlukan untuk mengisolasi kandungan bioaktif di dalam jahe merah dengan menggunakan pelarut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap komposisi proksimat jahe merah kering dan mengetahui pengaruh ekstraksi terhadap mutu ekstrak jahe merah.
Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap yaitu pengeringan jahe merah segar untuk menentukan suhu yang tepat dan suhu 50 ºC dipilih untuk pembuatan ekstrak jahe merah Penelitian ini menggunakan jahe merah segar yang kemudian diiris melintang dengan ketebalan 2 mm dan dikeringkan pada suhu pengeringan 40, 50, dan 60 ºC, kemudian ditetapkan suhu terbaik dengan menganalisis kandungan proksimat. Penelitian dilanjutkan dengan ekstraksi maserasi jahe merah hasil pengeringan suhu terpilih, dengan cara simplisia jahe merah yang digiling hingga memiliki ukuran partikel sebesar 60 mesh, selanjutnya dilakukan maserasi menggunakan pelarut etanol 96% pada perbandingan 1:4 dan 1:5 dengan durasi selama 48 jam. Parameter pengamatan pengeringan terdiri dari kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, kadar serat kasar, kadar karbohidrat dan rendemen. Parameter pengamatan untuk ekstraksi maserasi terdiri dari aktivitas anti oksidan, total fenol, total flavonoid, kadar abu ekstrak, kadar air ekstrak, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol dan rendemen.
Penelitian ini dilaksanakan secara eksperimen menggunakan rancangan acak lengkap dan dilanjutkan dengan uji DMRT taraf 5% untuk pengujian suhu, sedangkan pengujian ekstraksi maserasi menggunakan rancangan acak lengkap dan dilanjutkan dengan uji T taraf 5%. Hasil penelitian tahap pertama menunjukkan bahwa suhu 50 ℃ merupakan suhu yang terbaik di dalam pengujian dilihat dari parameter pengamatan yang diuji, dimana kandungan airnya lebih rendah dan berbeda nyata dengan suhu 60 ℃, kandungan serat kasarnya lebih rendah dan berbeda nyata dengan suhu 40 ℃ dan 60 ℃, rendemen yang dihasilkan lebih tinggi dan berbeda nyata dengan kedua suhu uji lainnya. Parameter pengamatan ekstraksi maserasi menunjukkan bahwa perbandingan pelarut 1:4 berbeda nyata dengan perbandingan pelarut 1:5 pada semua parameter uji, kecuali flavonoid. Berdasarkan data hasil penelitian menunjukkan suhu pengeringan pada setiap perlakuan menghasilkan respon yang baik dan memenuhi syarat jahe merah bubuk sesuai SNI (SNI 01-3709-1995). Pengeringan jahe merah pada 50 ºC dipilih dengan mempertimbangkan kandungan proksimat dan rendemen pada suhu tersebut serta durasi pengeringan selama proses pengeringan dilakukan. Berdasarkan hasil pengamatan penelitian ekstrak jahe merah, perbedaan rasio maserasi berpengaruh terhadap mutu ekstrak jahe merah. Rasio maserasi ekstrak jahe merah pada rasio maserasi 1:4 menunjukkan hasil yang lebih baik dari pada rasio maserasi 1:5 pada aktivitas antioksidan, total fenol, kadar air ekstrak, kadar abu ekstrak, kadar sari larut air, dan kadar sari larut etanol. Red ginger is a natural ingredient that is used as herbal medicine and has potential antioxidant, anti-inflammatory, antirheumatic, anti-microbial, and anti-diabetic activities. The pharmacological potential of red ginger is related to the content of secondary bioactive compounds consisting of gingerols, shogaols, paradols, phenols, and flavonoids. The composition of these compounds can affect the antioxidant activity of red ginger. Generally, red ginger is processed and stored in powder form to maintain its quality during storage. Drying is one way to reduce the water content of the material so that the quality of the material can be maintained and stored for a long time. Drying using low temperatures is recommended in processing red ginger into simplicia to maintain the bioactive content of red ginger. Maceration is needed to isolate the bioactive content in red ginger using a solvent. This study aims to determine the effect of temperature on the proximate composition of dry red ginger and determine the effect of extraction on the quality of red ginger extract.
This research was divided into two stages, namely drying fresh red ginger to determine the right temperature and 50 ºC was chosen for making red ginger extract. This study used fresh red ginger which was then sliced crosswise with a thickness of 2 mm and dried at a drying temperature of 40, 50 60 ºC, then the best temperature is determined by analyzing the proximate content. The research was continued with the maceration extraction of red ginger resulting from selected drying temperatures, by means of simplistic red ginger which was ground to a particle size of 60 mesh, then maceration was carried out using 96% ethanol solvent at a ratio of 1:4 and 1:5 with a duration of 48 hours. Parameters observed for drying consisted of moisture content, ash content, fat content, protein content, crude fiber content, carbohydrate content, and yield. Parameters observed for maceration extraction consisted of anti-oxidant activity, total phenols, total flavonoids, extract ash content, extract water content, water-soluble extract content, ethanol soluble extract content, and yield.
This research was carried out experimentally using a completely randomized design and continued with the DMRT test at 5% level for temperature testing, while the maceration extraction test used a completely randomized design and continued with T-test at 5%. The results of the first stage showed that 50 ℃ was the best temperature in the test seen from the observed parameters tested, where the water content was lower and significantly different at 60 ℃, the crude fiber content was lower and significantly different at 40 ℃ and 60 ℃, the resulting yield was higher and significantly different from the other two test temperatures. Parameters observed in maceration extraction showed that the solvent ratio of 1:4 was significantly different from the solvent ratio of 1:5 on all test parameters except for flavonoids. Based on the research data, it was shown that the drying temperature in each treatment produced a good response and met the requirments for powdered red ginger according to SNI (SNI 01-3709-1995). Red ginger drying at 50 ºC was chosen by considering the proximate content and yield at that temperature and the duration of drying during the drying process. Based on the results of observations of red ginger extract research, differences in the maceration ratio affect the quality of red ginger extract. The maceration ratio of red ginger extract at a maceration ratio of 1:4 showed better results than a maceration ratio of 1:5 on antioxidant activity, total phenol, extract water content, extract ash content, water-soluble extract content, and ethanol soluble extract content.
Collections
- MT - Agriculture Technology [2207]