Analisis Efisiensi Teknis Bawang Merah Di Provinsi Aceh
Abstract
Aceh menjadi salah satu provinsi yang memiliki potensi sebagai wilayah
pengembangan usahatani bawang merah. Dapat dilihat bahwa produksi dan tren
luas panen yang positif mengalami peningkatan setiap tahunnya. Selain itu,
pemerintah terus berupaya meningkatkan produksi untuk memenuhi permintaan
bawang merah. Selama ini Aceh masih bergantung pada pasokan dari luar daerah.
Kendala yang dihadapi Provinsi Aceh berkaitan dengan produktivitas.
Meskipun tren luas panen positif, namun produktivitas bawang merah di Provinsi
Aceh masih rendah jika dibandingkan dengan rata-rata produktivitas nasional.
Produktivitas yang rendah dapat disebabkan oleh penggunaan input yang tidak
tepat. Permintaan yang tinggi dan perbedaan harga jual membuat kegiatan
budidaya bawang merah tetap dilakukan pada musim kemarau dan musim
penghujan. Perbedaan musim tanam berdampak terhadap produksi yang
dihasilkan mengingat bawang merah merupakan tanaman yang responsif terhadap
musim. Oleh karena itu penting untuk dilakukan pengkajian terkait efisiensi teknis
usahatani bawang merah pada musim hujan dan musim kemarau agar menjadi
pertimbangan pemerintah dan petani dalam pengambilan keputusan terkait
budidaya bawang merah pada musim yang berbeda.
Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis tingkat efisiensi teknis usahatani
bawang merah berdasarkan perbedaan musim tanam dan faktor-faktor sosial
ekonomi yang memengaruhi efisiensi teknis usahatani bawang merah di Provinsi
Aceh. Penelitian menggunakan data cross section, yaitu berupa data sekunder
yang berasal dari Data Survei Rumah Tangga Hortikultura yang dilakukan oleh
BPS tahun 2014. Data yang digunakan untuk variabel input meliputi produksi,
bibit, pupuk, tenaga kerja, dan luas panen. Sedangkan untuk variabel inefisiensi
teknis meliputi pendidikan petani, sumber penggunaan benih, jenis lahan,
keanggotaan kelompok tani, dan musim tanam. Jumlah sampel yang digunakan
sebanyak 143 petani yang terdiri dari 109 petani yang berusahatani pada musim
kemarau dan 34 yang berusahatani pada musim hujan.
Metode analisis menggunakan Stochastic Frontier Analysis. Selanjutnya,
untuk fungsi produksi menggunakan fungsi produksi Cobb Douglas. Pemilihan
fungsi ini atas dasar lebih mudah digunakan dan telah memenuhi asumsi-asumsi
sebelumnya. Pendekatan analisis menggunakan metode Maximum likelihood
Estimation (MLE).
Hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel bibit, pupuk, tenaga kerja, dan
luas panen secara positif dan signifikan berpengaruh terhadap produksi bawang
merah di Provinsi Aceh. Berkaitan dengan itu, variabel bibit merupakan variabel
yang paling responsif terhadap peningkatan produksi dibandingkan dengan tiga
variabel lainnya. Selanjutnya, nilai rata-rata efisiensi teknis, usahatani bawang
merah di Provinsi Aceh dikategorikan secara teknis sudah efisien (0,864). Jika
dilihat berdasarkan perbedaan musim, usahatani pada musim kemarau lebih
efisien (0,911) dibandingkan dengan usahatani musim hujan (0,714). Sementara
itu, faktor-faktor yang berpengaruh signifikan meningkatkan efisiensi teknis yaitu
pendidikan, sumber benih, jenis lahan dan musim. Artinya nilai efisiensi teknis
usahatani bawang merah di Provinsi Aceh masih dapat ditingkatkan. Sedangkan
faktor keanggotaan kelompok tani berpengaruh signifikan menurunkan efisiensi
teknis usahatani bawang merah di Provinsi Aceh. Aceh is one of the provinces which have the potential in developing shallot farming. It can be seen by the increasing production and harvest trend every year. In addition, the government also makes serious efforts to increase production because it has not met the demand of shallot in the province. There are obstacles faced by the province related to productivity. In spite of the harvest trend being positive, the productivity itself is still lower compared to the national average production. It is caused by the inefficient use of input. Planting activity is usually still done in the dry and rainy seasons to fulfill the demand and price difference. The difference in planting seasons will impact production results because shallot is responsive to the seasons. Therefore, it is important to do research related to the technical efficiency of shallot farming in both seasons as a consideration for the government and farmers in making decisions about shallot cultivation in different seasons. This research aims to analyze the level of technical efficiency of shallot farming production based on the different planting seasons and the influence of socio-economic factors in Aceh. This research uses cross-section data. The data used is secondary data derived from Horticulture Household Survey Data conducted by BPS (Central Statistics Agency) in 2014. The data used for input variables include production, seeds, fertilizer, labor, and harvested area. Meanwhile, technical inefficiency variables are farmer education, source of seed use, land type, farmer group membership, and planting season. The number of samples is 143, consisting of 109 farmers who were farming during the dry season and 34 during the rainy season. The analysis method in this research is Stochastic Frontier Analysis. Meanwhile, for production function uses the Cobb-Douglas function. This function is chosen based on ease of use and has fulfilled the previous assumptions. The results show that the variables of seeds, fertilizers, labor, and harvested area significantly and positively affect shallot production in Aceh province. In this case, the seed variable is the most responsive variable in increasing production compared to the other three variables. Further, the average value of technical efficiency, shallot farming in Aceh province is already efficient with a value of 0,864. If seen based on seasonal differences, farming in the dry season is more efficient (0,911) than farming in the rainy season (0,714). Moreover, factors that significantly increase technical efficiency are education, seed sources, land types, and seasons. It means that the value of the technical efficiency of shallot farming in Aceh province still can be increased. Meanwhile, the factor of farmer group membership has a significant effect on reducing the technical efficiency of shallot farming in Aceh province.
Collections
- MT - Economic and Management [2962]